Hal yang sama penting dengan mengatur pola makan adalah mengatur cara bernafas. Nafas kita menjadi pendek ketika dalam keadaan marah, gelisah dan perasaan negatif lainnya. Nafas pendek adalah ketika sistem saraf simpatik bekerja secara berlebihan sehingga mengganggu kerja sistem saraf otonom yang mengatur organ tubuh lain. Kondisi ini memicu otot menegang, mempengaruhi proses pembuangan kotoran tubuh dan membebani pikiran. Hasilnya adalah kegelisahan yang tak kunjung reda. Latihlah pernafasan perut: secara perlahan hirup udara dari hidung hingga perut mengembung lalu hembuskan hingga perut kembali mengempis. Pernafasan perut akan menurunkan beban kerja sistem saraf simpatik dan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik yang bekerja jika kita dalam keadaan rileks.Â
10. Perbaiki suasana hati
Dr. Hiromi Shiya mengatakan bahwa kondisi perut berhubungan erat dengan suasana hati. Buruknya kondisi perut akan berpengaruh pada kondisi tubuh secara keseluruhan. Orang-orang yang bergantung pada obat-obatan antidepresi atau obat penenang justru terbukti dalam jangka panjang kondisi tubuhnya semakin buruk. Hubungan antara perasaan dan kondisi usus tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam penanganan pasien depresi. Perasaan memang tidak tampak kasat mata, namun menurutnya hal itu dapat tercermin dari kondisi usus sedangkan kondisi usus ditentukan oleh pola makan. Ingin bahagia? Resepnya adalah perbaiki perasaan, perbaiki usus dan makanan!
Dengan membersihkan usus dari sisa makanan yang merupakan sampah, sembelit dan pembengkakan akan hilang, kepekaan diri kita pun akan meningkat. Yuk kita coba praktikkan sedikit demi sedikit "Revolusi Makan" ala Dr. Hiromi Shinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H