Saat ini sedang viral video tentang ibu (dengan jilbab lebar) yang mengeluarkan paksa anaknya dari mobil. Katanya karena anaknya tidak mau les.
Apakah yang dilakukan ibu tersebut bagian dari kasih sayang dia? Entahlah.
Orang tua saya dulu menyuruh kami ikut les dua saja. Les Bahasa Inggris dan les pelajaran. Kami tidak begitu suka les Bahasa Inggris dan sering bolos terutama adik laki-laki saya. Mungkin saat itu di kota tempat kami tinggal kebutuhan untuk punya skill Bahasa Inggris tidak setinggi saat ini maka ibu kami membiarkan saja kami bolos les Bahasa Inggris. Kalau les pelajaran sekolah se gak bisa bolos karena kami butuh menyelesaikan PR-PR yang sulit dan juga gurunya datang ke rumah. Bagaimana bisa bolos?
Kembali ke ibu yang sedang viral dan menerima hujatan karena sikapnya yang membahayakan anaknya, tidak di pungkiri saat ini banyak orang-dewasa-yang-terpaksa-menjadi-orang-tua dengan tidak layak.
Bagaimana maksudnya?
Kesabarannya tipis sehingga ringan tangan dan enteng menyiksa anak, tidak tahu cara mendidik anak yang baik. Tahunya cuma bagaimana supaya anak mampu bersikap manis.
Kadang saya berharap Mbak Rahel Yosi itu bikin parenting seminar. Sepertinya beliau bisa mendidik anak dengan baik. Beliau bisa bersikap kalem saat anaknya menumpahkan makanan di tempat umum, ataupun enjoy dengan 'kekacauan' dalam rumah akibat anak-anak.
Orang-dewasa-yang-terpaksa-menjadi-orang-tua dengan bodoh itu banyak. Contoh: Ada seorang ibu yang terpisah dari bayinya sendiri saat naik pesawat itu, see...
Di Jepang akhir-akhir ini beberapa kasus KDRT menyebabkan anak-anak dibawah usia 12 tahun yang mati di tangan orang tuanya sendiri. Apakah para Orang dewasa yang terpaksa menjadi orang tua ini tidak ada kesadaran bahwa dari melalui mereka telah lahir seorang manusia? Atau mereka hanya mengambil konsekuensi hasil dari hubungan seks yang mereka lakukan? saya gemas.
Saya belum pernah punya anak, jujur belum tahu kenakalan anak yang membuat para orang dewasa yang terpaksa menjadi orang tua ini jadi lepas kontrol.
Saya punya 3 keponakan yang juga luar biasa aktifnya, kadang tantrum parah. Tapi kayaknya orang tua mereka (adek saya) tidak pernah lepas kontrol dalam menangani mereka.
Jadi apa yang salah?
Saya, yang tidak punya pengalaman mendidik anak ini mencoba mengurai satu-persatu dari perspektif saya.
Kecerdasan emosi yang rendah
Para-Orang-dewasa-yang-terpaksa-menjadi-orang-tua ini tidak mampu mengontrol emosi mereka saat lelah. Bila anda lelah, menjauh saja dari anak-anak. Mereka itu memang berpotensi menjadi little monster. Saran saya ini hanya berlaku bagi para orang dewasa yang terpaksa menjadi orang tua dengan kemampuan ekonomi tinggi seperti ibu yang lagi viral itu. Karena dia punya mobil ya, kemungkinan besar dia punya pembantu.
Para orang dewasa yang terpaksa menjadi orang tua dengan kemampuan finansial menengah kebawah rata-rata malah melepas saja anak-anak mereka, karena mereka sibuk dengan penjagaan ekonomi keluarga.
Tidak punya konsep mendidik anak
Banyak para-orang-dewasa-yang-terpaksa -menjadi-orang-tua bahkan dengan kemampuan finansial menengah keatas yang harusnya lebih berpendidikan, hanya tahu membesarkan anak bukan mendidik. Disini saya heran. Mereka ini dari golongan ekonomi menengah keatas, tentu tidak punya kesulitan ekonomi kan. Tidak pusing mikir besok makan apa, bagaimana bayar SPP anak, dll. Tapi mengapa mereka tidak punya waktu untuk membekali diri dalam mendidik anak? Seperti ibu yang lagi viral itu, membahayakan anak hanya karena anaknya gak mau les? Ya mungkin dia sudah di puncak kelelahan menyuruh anaknya les makanya dia begitu. Tapi mari kita kupas. Lesnya les apa? Les pelajaran? Apakah perlu? Demi apa? Nilai tinggi di sekolah? Atau les Bahasa asing?
Untuk apa? Persiapan kuliah di luar negeri? Ok kalau les ini maha penting dan bagaimanapun si anak harus pergi, tapi apakah sebagai orang dewasa yang sudah memilih jadi orang tua dia tidak punya strategi lain untuk menyuruh anaknya ikut les? Atau dia tidak punya skill untuk itu? Ya sudah kalau begitu...
Tuntutan dari lingkungan.
Tidak di pungkiri tuntutan dari masyarakat terhadap anak itu berat. Harus berprestasi di sekolah, harus menguasai ini-itu, tapi apakah orang-dewasa-yang-terpaksa-menjadi-orang-tua ini tidak ada power untuk melindungi anaknya sendiri dari tekanan-tekanan itu? Atau sebenarnya dia yang tertekan kemudian melampiaskannya pada anak? Entahlah.
Sudah saatnya tuntutan tidak logis pada anak ini di hentikan.
Saya tahu menjadi orang tua itu bukan hal mudah dan tidak seenak hubungan seks. Kalau gak sanggup mendidik anak, pakai kondom aja mas-mbak pas ngeseks
Well, sekian nyinyir saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H