Metafora ini memosisikan warga sebagai korban sekaligus pejuang. Dengan menampilkan perjuangan mereka, media membangun empati pembaca terhadap kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat terdampak banjir. Narasi ini sering mengarahkan perhatian pada aspek kemanusiaan, seperti kebutuhan akan bantuan logistik dan tempat pengungsian.
Analisis metafora dalam wacana berita banjir di Jakarta Utara menunjukkan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk menggambarkan realitas tetapi juga membentuk persepsi dan opini publik. Penggunaan metafora seperti "air laut mengamuk" atau "warga sebagai pejuang" memberikan makna yang lebih dalam, baik dalam menggambarkan dampak banjir maupun urgensi tindakan.
Reporter : Dwi Setia Ningsih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H