Mohon tunggu...
Dwi Septiarini
Dwi Septiarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tuhan Bersama saya :)

God bless me !

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kertas Bekas Jadi Kerajinan Tangan Bernilai

27 Juli 2022   14:11 Diperbarui: 27 Juli 2022   14:17 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rusmiati adalah seorang perajin yang sadar dengan lingkungan. Dia membuat kerajinannya dengan menggunakan bahan bekas dan bisa dijual hingga jutaan. 

Kertas seringkali menjadi sampah baik di kantoran maupun di rumah-rumah warga. Bahkan sering kali sampah kertas yang tidak dipakai itu akan dibakar, sehingga asapnya bisa menjadi polusi udara. usaha kerajinan dari bahan kertas itu mulai digelutinya pada tahun 2019. 

Berawal dari kejenuhannya sebagai pegawai kantoran dan ingin merintis usaha sendiri. Kerajinan dari kertas itu pun terus dipelajarinya melalui Youtube. Walau beberapa kali gagal ia pun tak menyerah. Tak hanya itu, modal awal yang dihabiskan dalam pembuatan kerajinan itu pun mencapai puluhan juta rupiah.

Melihat hal itu, Luh Rusmiati, 43 tahun, waga Banjar Dinas Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng, mengubah sampah kertas yang tidak terpakai itu menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.

Bahkan produk kerajinan dari bahan kertas itu pun sempat terjual hingga keluar negeri. Dari tangan terampil wanita kelahiran 4 Juni 1979 silam itu, kertas bekas seperti koran dan kertas HVS yang sudah tidak terpakai, diubah menjadi kerajinan tas, bokor, keranjang, tatakan gelas, tempat alat tulis, serta kerajinan lainnya yang terbuat dari kertas. 

Produk hasil kerajinan Rusmini, dibanderol mulai dari kisaran harga Rp5 ribu hingga Rp200 ribu. Harganya pun ditentukan dari berapa banyak kertas yang dipakai dan tingkat kesulitannya.

Rusmiati menyebut. Saat itu, ia melihat kertas koran yang menumpuk tidak terpakai yang ada di rumah saudaranya. Dari situ lah ide tersebut muncul.

Ia pun mulai mempelajari membuat kerajinan dari kertas koran, melalui media sosial Youtube. Tak lama baginya untuk membuat kertas yang terpakai itu, diubah menjadi barang. Awalnya kerajinan itu dipasarkan dari mulut ke mulut melalui saudaranya.

Setelah itu, akhirnya kerajinan tangan Rusmiati mulai diminati pembeli. Hal itu pun dimanfaatkan Rusmiati, untuk menambah penghasilan sebagai karyawan di sebuah perusahan di distributor bahan kimia dan sebagai guru les privat di Denpasar.

"Suka buat kerajinan awalnya. Banyak koran numpuk di rumah saudara daripada dibuang saya minta. iseng belajar dari Youtube. Akhirnya jadi barangnya. Tanya ke saudara, laku dijual nggak?. Awalnya buat bentuk bokor, akhirnya saudara beli, dipromosikan ke teman. Dikenalin ke orang kerja art shop. Bisa nyambi jadinya,"ujarnya ditemui belum lama ini.

Kata Rusmiati, bisnis kerajinan dari bahan kertas ini mulai benar-benar ditekuni nya sejak tahun 2019. Saat itu ia harus pulang dari Denpasar karena ibunya meninggal. Karena memiliki warung tidak ada yang mengurus, akhirnya Rusmiati memutuskan untuk mengisi warung tersebut dengan kerajinan tangan dari kertas tersebut. 

Saat awal merintis usahanya, ia hanya membuat kerajinan asbak dan gantungan kunci. Saat awal pemasaran hasil kerajinannya ia pun tidak mematok harga pasti dan hanya di jual kepada teman-temannya. Namun, kini ia sudah berani memasarkan hasil kerajinannya itu lewat akun media sosial miliknya.

Karena ibu meninggal 2019 akhirnya harus pulang. Karena ada warung kecil yang tidak yang mengurus. Jadi mengurus warung sambil buat kerajinan ini juga,"kata dia.

Untuk membuat kerajinan dari kertas itu, awalnya Rusmiati akan memotong kertas APS atau kertas koran tersebut, dengan potongan memanjang. Setelah dipotong kertas tersebut lalu dilinting sehingga membentuk seperti rotan. 

Kemudian, kertas yang sudah dilinting itu, langsung diberikan cat untuk pewarnaan dasar dan dijemur. Setelah kering kertas lintingan yang sudah diberi cat dasar itu, langsung dianyam sesuai produk kerajinan yang diinginkan. 

Setelah menjadi produk, produk kerajinan dari kertas itu pun langsung di lem. Pengeleman nya pun harus dilakukan dua kali, untuk memastikan kekuatan produk tersebut.

Rusmiati menyebut, untuk saat ini produk kerajinan dari kertas yang paling laris dibeli yakni produk keranjang parcel. Saat hari raya, produk keranjang parcel dari kerajinan kertas itu bisa laku 100 buah. Sehingga saat kerajinannya ramai dibeli, dia pun mengajak tetangga dan iparnya untuk membantunya membuat lintingan kertas. Biasanya setiap satu lintingan kertas itu diupah Rp 25 rupiah.

biasanya satu set meja dan kursi dari bahan bekas hasil karyanya dijual ia jual dengan harga Rp 1.5 juta , dengan ukuran diameter 80 Centimeter. Dalam pembuatan meja tersebut biasanya ia mengabiskan 5 Kilogram, sampah kertas yang di belinya dari beberapa desa. Dengan waktu pengerjaan sekitar 2 minggu.

 "Yang ikut kerja ada lima orang. Kalau pas lagi ramai. Waktu ini Hari raya nyepi keranjang parcel habis terjual sampai 100 biji. Itu dikerjakan dalam waktu dua mingguan,"ucapnya. 

Biasanya bahan bekas itu dibuatnya menjadi meja dan kursi. ia hanya membuat kerajinan meja dari sampah itu ketika ada yang memesannya. Dia pun mengaku belum berani membuat meja dan kursi itu dengan jumlah yang banyak. 

Selain meja yang dibuat dengan bahan sampah kertas, Rusmiati juga membuat kerajinan lain dengan menggunakan bahan viber dan Jerami. Untuk bahan Viber nya biasanya dia gunakan sebagai kerajinan pot dengan beberapa jenis bentuk. Sedangkan untuk, bahan jeraminya ia gunakan sebagai bahan pembuatan pelakat.

Bahan plastik sampah tidak bisa perbulan dapat berapa. Seminggu full langsung ambil. Kalau pot penjualannya sudah sampai keluar provinsi Bali. Biasanya bentuk biksu dan garuda. Pot kisaran harga Rp 2.5 juta sampai Rp 10 juta,

 Selain itu, Rusmiati mengaku Untuk saat ini produk yang dibuatnya lebih sering menggunakan kertas HVS karena selain kuat, bahannya pun lebih mudah didapat. Bahanya kertas HVS bekas tersebut, didapat dari kertas yang sudah tidak terpakai di kantoran.

"bahanya sampai saat ini belum beli. Dapat kertas yang tidak terpakai dari kantor-kantor. Yang ngasih bahanya biasanya kasi feedback kerajinan tempat alat tulis,"katanya.

Namun usaha kerajinan kertas bekas Rusmiati, juga terimbas pandemi. Dulunya kerajinan kertas bekas itu dipasarkannya melalui homestay yang ada di Singaraja. 

Namun sejak pandemi, tamu yang menginap sepi bahkan tidak ada. Sehingga ia menarik kembali hasil kerajinan itu, dan sekarang kerajinannya itu hanya dipasarkan melalui art shop kecil miliknya.

Dulu pasarkan melalui homestay, pasti ada aja yang beli. Sekarang kan sudah tidak ada tamu, homestay nya kosong semua jadi barangnya saya tarik semua. 

Masa pandemi ini, pesanan hampir tidak ada sama sekali. Sebelum pandemi tropi per minggu ada yang pesan 2 sampai 3 paket. Tapi saat pandemi ini, pemesanan meja yang yang tinggi. Biasanya di pesan untuk di caf-caf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun