Mohon tunggu...
Dwi Sekarwangi Subagio
Dwi Sekarwangi Subagio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student of Community Education, Faculty of Educational Science, Universitas Pendidikan Indonesia

If you can't be intelligent, than be a good person!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemberdayaan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Hidup, Perlukah?

17 Mei 2022   20:25 Diperbarui: 17 Mei 2022   20:55 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kehidupan sosial terdapat berbagai macam kelompok sosial dari berbagai macam tingkatan sosial. Kehidupan sosial masyarakat dapat menjadi sebuah faktor pendukung dari diadakanya pembangunan namun, sering kali juga menjadi sebuah faktor penghambat. 

Ketidakmampuan dan ketidaktahuan yang dimiliki oleh masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya masyarakat yang kurang berdaya, dan rendahnya produktivitas yang dilakukan. Banyak sekali kemampuan dari masyarakat yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 

Begitupun dengan adanya pemberdayaan dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan berbagai kemampuan dalam hidupnya yang bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai proses yang dapat membangun manusia atau masyarakat melalui berbagai pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Pemberdayaan merupakan terjemahan dari empowerment, berasal dari kata power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan, sehingga pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, dari pihak yang berdaya kepada pihak yang kurang berdaya.

Pemberdayaan juga dapat dikatakan sebagai sebuah paradigma pembangunan masyarakat dengan berpusat pada pembangunan manusia yang bisa mendorong kemajuan dan perubahan sosial masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti pelatihan ketenagakerjaan, pelatihan keterampilan, berbagai macam pendidikan, pelatihan mengelola sumber daya dll.

Sudah dua tahun berlalu COVID-19 mewabah diseluruh dunia, adanya pandemic COVID-19 ini mengubah berbagai tatanan kehidupan masyarakat, semua tatanan kehidupan berubah begitu saja dengan cepat, pandemic COVID-19 juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat dan kesejahteraan berbagai masyarakat di berbagai belahan bumi manapun. 

Dalam jurnal milik Gulesci, et all (2021) dengan judul “Can youth empowerment programs reduce violence against girls during the COVID-19 pandemic?” dijelaskan bahwa di Bolivia selama pandemic COVID-19 banyak sekali masyarakat yang tersiksa karena adanya pemberlakuan lockdown yang mengakibat masyarakat tidak dapat kemana-mana dan tidak sedikit dari mereka yang kehilangan pekerjaannya. 

Imbas dari pemberlakuan lockdown tersebut banyak sekali peningkatan terjadinya kekerasan rumah tangga yang terjadi terutama pada kaum wanita dan anak-anak. 

Melihat terjadinya hal tersebut, pemerintah di Bolivia membuat sebuah program pemberdayaan yang ditujukan bagi kaum pemuda terutama para perempuan agar mereka dapat lebih berdaya. Program tersebut menggabungkan pelatihan soft skill dan keterampilan teknis dengan pendidikan seksual juga pendampingan untuk mencari bantuan kerja. 

Program tersebut dirancang untuk memperkuat kapasitas kaum pemuda terutama perempuan agar dapat menghasilkan pendapatannya dan mengembangkan keterampilannya, sehingga mereka dapat keluar dari hubungan yang tidak sehat dan bisa lebih percaya diri dalam mengekspresikan dirinya, sehingga dengan adanya program pemberdayaan ini juga mampu mengurangi tingkat kekerasan yang terjadi terhadap kaum perempuan di Bolivia.

Pemberdayaan juga bisa dilakukan bukan dengan hanya pelatihan secara langsung, namun bisa juga memanfaatakan berbagai media sosial yang ada. 

Seperti halnya pada jurnal milik Oono, et all (2021) yang berjudulu “Empowering Reality: The Development of an ICT4Injury Prevention System to Educate Parents while Staying at Home” dijelaskan bahwa pemberdayaan orang tua yang memanfaatkan sistem pemberdayaan secara virtual atau disebut sebagai empowering reality. 

Sistem tersebut memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan bagi para orang tua untuk bisa menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi anak-anak mereka, karena sering dan banyak terjadi kecelakaan yang menimpa balita di tempat tinggal mereka yang bisa membahayakan dirinya. 

Adanya sistem pemberdayaan secara virtual tersebut dapat menjadi salah satu faktor pencegah terjadinya kecelakaan yang menimpa para balita di rumahnya. 

Selain berhasil mengurangi terjadinya kecelakaan pada balita di rumah, sistem pemberdayaan tersebut juga berhasil memotivasi para orang tua untuk menciptakan lingkungan rumah yang jauh lebih aman lagi, juga memberikan kesempatan bagi para orang tua dan pendidik untuk memajukan pendidikan secara virtual untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman.

Seperti yang kita ketahui bahwasannya pemberdayaan dapat dilakukan dalam, berbagai bentuk dan media.  Seperti halnya dijelaskan dalam jurnal milik Ju,b, et all (2021) yang berjudul “From voiceless to voicing: The communication empowerment of sex-trafficking survivors by using participatory video” di mana sebuah grup di Filipina memanfaatkan video partisipatif dalam pelatihan digital sebagai sebuah media dalam program pemberdayaan bagi para penyintas perdagangan seks di Filipina. 

Grup tersebut membuat program pemberdayaan bagi para penyintas perdagangan seks agar para penyintas dapat lebih berdaya dan merasa diterima kembali dikehidupan sosialnya, karena pada dasarnya para penyintas bukan hanya mengalami kekerasan secara fisik dan seksual, 

mereka pun termarginalisasi dari kehidupan sosialnya. Grup tersebut membuat sebuah program pemberdayaan dalam pelatihan TIK dengan bentuk pelatihan digital untuk mempromosikan penyembuhan psikologis, mengekespresikan diri, membangun komunitas dan membentuk peluang kerja. 

Setelah diadakannya pemberdayaan tersebut memberikan peluang bagi para penyintas untuk meningkatkan praktik komunikatif mereka, dan berkontribusi pada pengembangan partisipasi. Pemberdayaan ini juga berguna sebagai alat yang mendukung komunikasi dan membuat para penyintas merasa lebih berdaya lagi karena mendapatkan berbagai dukungan dari orang di luar.

Pemberdayaan juga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dan mengurangi permasalahan yang ada. Seperti halnya dalam jurnal milik Damen, H et all (2021) yang berjudul “Parental empowerment as a buffer between parental stress and child behavioral problems after family treatment” 

dijelaskan bahwa pemberdayaan yang dilakukan untuk orangtua dalam mengatur stress yang dirasakannya dapat menjadi sebuah penyangga antara rasa stress yang semakin meningkat dengan berbagai permasalahan para anak-anaknya. 

Permasalahan yang terjadi antara anak dan orang tua dengan rasa stress yang dirasakan oleh orang tua akan lebih kecil jika para orang tua diberdayakan dalam mengatur tingkat stress yang dirasakan. 

Selain itu juga, dalam jurnal milik Hibbs (2022) yang berjudul “I could do that!”– The role of a women’s non-governmental organisation in increasing women’s psychological empowerment and civic participation in Wales” permasalahan lain yang dapat terselesaikan adalah kurang dipandangnya perempuan di lingkungan sosial Wales karena masih tingginya angka ketidaksetaraan gender, dan kehidupan politik pun masih di dominasi oleh para laki-laki. 

Organisasi non-pemerintah pun akhirnya membuat sebuah program pemberdayaan dan memberdayakan perempuan secara psikologis sehingga para perempuan di Wales dapat terlibat dalam masyarakat sipil. Setelah diadakannya pemberdayaan perempuan khususnya secara psikologis, para perempuan di Wales merasakan adanya peningkatan dalam berbagai faktor, seperti kepercayaan diri, 

peningkatan afeksi diri dan pengetahuannya di bidang sosial dan politik sehingga mereka dapat berperan aktif dan lebih dihargai dalam kehidupan bermasyarakat.

Melalui berbagai kegiatan pemberdayaan yang ada diharapkan mampu mengarahkan para masyarakat yang tidak berdaya mampu untuk membangkitkan dan memberdayakan diri mereka guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan kata lain memberdayakan ialah memampukan dan memandirikan masyarakat tersebut.

Referensi

Damen, H., Scholte, R. H. J., Vermulst, A. A., van Steensel, P., & Veerman, J. W. (2021). Parental empowerment as a buffer between parental stress and child behavioral problems after family treatment. Children and Youth Services Review, 124(July 2020), 105982. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2021.105982

Gulesci, S., Puente–Beccar, M., & Ubfal, D. (2021). Can youth empowerment programs reduce violence against girls during the COVID-19 pandemic? Journal of Development Economics, 153(July), 102716. https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2021.102716

Hibbs, L. (2022). “I could do that!”– The role of a women’s non-governmental organisation in increasing women’s psychological empowerment and civic participation in Wales. Women’s Studies International Forum, 90(November 2021), 102557. https://doi.org/10.1016/j.wsif.2021.102557

Ju, B., Poveda, S., & Thinyane, H. (2021). From voiceless to voicing: The communication empowerment of sex-trafficking survivors by using participatory video. Asian Journal of Social Science, September. https://doi.org/10.1016/j.ajss.2021.09.012

Oono, M., Shreesh Babu, T. S., Nishida, Y., & Yamanaka, T. (2021). Empowering Reality: The Development of an ICT4Injury Prevention System to Educate Parents while Staying at Home. Procedia Computer Science, 198(2021), 77–85. https://doi.org/10.1016/j.procs.2021.12.213

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun