Mohon tunggu...
dwisatriabimantara
dwisatriabimantara Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

seniman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengembangan Potensi Seni Siswa SMP Nasional Malang Melalui Kelas Vokal.

19 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi seni siswa SMP Nasional Malang melalui kelas vokal. Seni vokal merupakan salah satu cabang seni yang dapat membantu siswa untuk mengekspresikan diri, sekaligus mengasah kemampuan teknik vokal mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan, yang meliputi perencanaan, pengembangan materi pembelajaran, uji coba, dan evaluasi. Program kelas vokal dirancang untuk melibatkan siswa dalam berbagai latihan vokal yang mencakup teknik pernapasan, intonasi, artikulasi, dan ekspresi. Instrumen penilaian yang digunakan meliputi tes vokal awal dan akhir, rubrik penilaian vokal, kuesioner umpan balik siswa, dan observasi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas vokal efektif dalam meningkatkan kemampuan teknis vokal siswa serta membangun rasa percaya diri mereka. Selain itu, kelas vokal juga berperan penting dalam mengembangkan kreativitas dan apresiasi seni siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran seni vokal di tingkat SMP, khususnya dalam meningkatkan kualitas pengajaran seni vokal yang terstruktur dan menyeluruh.

Kata Kunci: Pengembangan potensi seni, kelas vokal, penelitian pengembangan, kemampuan vokal, SMP Nasional Malang.

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara, (UU no.20 th 2003 pasal 1:1). Pemerintah melaksanakan pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Kecerdasan ini sangat penting dimiliki oleh setiap individu agar dapat menghadapi perkembangan zaman yang kini telah memasuki era globalisasi. Menurut  (Hamalik, 2008), Pembelajaran merupakan kombinasi dari berbagai unsur, termasuk unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara sederhana, pembelajaran dapat dipahami sebagai hasil dari interaksi yang berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam pengertian yang lebih mendalam, pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk membantu siswa belajar, yaitu mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melibatkan interaksi dua arah antara guru dan siswa, di mana terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam konteks ini, diperlukan kurikulum serta pemahaman tentang apa yang diinginkan siswa dan cara-cara efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Dari sudut pandang kebudayaan, pendidikan berperan dalam mempertahankan, melanjutkan, dan mengembangkan keberadaannya melalui penyesuaian terhadap lingkungan sekitar. (Kapoyos et al., 2020). Pendidikan seni adalah pendidikan yang menggunakan seni sebagai media. Dengan kata lain, pendidikan seni merupakan salah satu aspek dari pendidikan di sekolah umum, yang melalui berbagai kegiatan pengajaran dan pembelajaran diharapkan dapat mendorong siswa menuju kedewasaan sebagai individu yang bermartabat. Melalui pendidikan seni, diharapkan dapat tercapai martabat yang utuh dan luhur, yaitu dengan memberikan perlakuan yang dapat merangsang potensi kreatif dan kepekaan estetik siswa. (Yulianto et al., 2020).

Kesenian di Indonesia memiliki berbagai ragam, termasuk seni rupa, seni tari, seni drama, dan seni musik. Seni musik mencakup permainan alat musik tiup, gesek, perkusi, serta vokal. Berbeda dengan alat musik gesek, tiup, dan perkusi yang berupa benda mati, alat musik vokal terletak pada tubuh manusia. Seni vokal adalah ekspresi seni seseorang yang menggunakan teknik head voice untuk menciptakan keindahan dalam suara. Keindahan seni vokal dapat diwujudkan dalam bentuk paduan suara dan pertunjukan solo vokal. Paduan suara adalah penyajian komposisi vokal oleh sekelompok penyanyi dalam harmoni sopran, alto, tenor, dan bas yang dipimpin oleh seorang konduktor. Sementara itu, pertunjukan solo vokal melibatkan seorang penyanyi yang membawakan komposisi vokal sesuai dengan karakter vokalnya dan biasanya ditampilkan dalam bentuk konser (Kristanto, 2020).

Menurut (Yudha, 1998) Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah yang dirancang untuk mendukung kelancaran program kurikuler. Dari dua pendapat tersebut, kita dapat melihat bahwa ekstrakurikuler berfungsi sebagai pendukung proses pembelajaran yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga memberikan pengalaman praktis. Hal ini memudahkan siswa dalam memahami teori dan sekaligus melatih konsentrasi mereka.

Program pelaksanaan kelas vokal di SMP Nasional Malang ini adalah suatu program kerja mahasiswa asistensi mengajar dari Universitas Negeri Malang yang berasal dari prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik. Tujuan dari program ini adalah untuk mengembangkan potensi vokal siswa, yang terlihat saat SMP Nasional Malang mengadakan lomba menyanyi pada acara Splash Fest, di mana banyak siswa menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti lomba tersebut. Namun, siswa sering kali beranggapan bahwa vokal hanya sekadar bernyanyi tanpa memperhatikan teknik produksi suara yang benar. Akibatnya, saat bernyanyi, suara siswa belum terlalu lantang karena pernapasan yang kurang tepat, intonasi nadanya masih banyak yang fals, artikulasinya belum akurat, pemenggalan kalimat dalam lagu juga tidak tepat, serta ekspresi saat membawakan lagu terlihat datar.

Oleh karena itu, mahasiswa Pendidikan Seni Tari dan Musik menciptakan kelas vokal ini agar siswa dapat memahami dan menerapkan teknik menyanyi dengan benar. Kelas ini dirancang untuk memberikan pengetahuan mendalam mengenai teknik vokal yang baik, termasuk cara pernapasan yang efektif dan penguasaan intonasi, sehingga siswa dapat meningkatkan kualitas suara mereka dan menampilkan performa yang lebih baik dalam berbagai kesempatan.

Selain itu, kelas vokal juga bertujuan untuk membangun kepercayaan diri siswa saat tampil di depan umum. Dengan bimbingan yang tepat, siswa akan belajar bagaimana mengatasi rasa gugup dan menyampaikan emosi melalui lagu yang mereka nyanyikan. Kegiatan ini tidak hanya akan meningkatkan keterampilan vokal mereka tetapi juga memberikan pengalaman berharga dalam berkolaborasi dengan teman-teman sekelas dalam paduan suara atau pertunjukan kelompok. Melalui program ini, diharapkan siswa tidak hanya menjadi penyanyi yang lebih baik tetapi juga lebih menghargai seni musik sebagai bagian dari budaya mereka. Dengan demikian, kelas vokal di SMP Nasional Malang diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi siswa untuk mengeksplorasi potensi seni mereka secara lebih luas dan mendalam.                                        

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengevaluasi pengembangan potensi seni siswa di SMP Nasional Malang melalui kelas vokal. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur keterampilan vokal, kepercayaan diri, dan minat siswa terhadap seni sebelum dan setelah mengikuti program kelas vokal. Selain itu, tes keterampilan bernyanyi juga dilakukan untuk menilai peningkatan kemampuan vokal siswa secara objektif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah dirancang untuk mengukur keterampilan vokal siswa dan menentukan apakah terdapat perubahan signifikan dalam keterampilan, kepercayaan diri siswa setelah mengikuti kelas vokal. Dengan pendekatan ini, penelitian bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dampak kelas vokal terhadap pengembangan potensi seni siswa serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan program pendidikan seni di masa mendatang.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Kelas vokal ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan disetiap hari rabu sepulang sekolah. Kelas vokaal  ini diikuti sebnayak 8 siswa. Pada pertemuan pertama, dijelaskan teknik vokal dasar yang mencakup pernapasan, kontrol suara, dan artikulasi, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkannya secara langsung. Siswa diajarkan bagaimana cara menggunakan suara dengan benar dan efektif agar dapat menghasilkan vokal yang jelas dan indah. Pada pertemuan kedua, setelah menguasai teknik vokal dasar, siswa mulai mempraktekkan teknik tersebut dengan materi lagu Lukisan Indonesia. Dalam sesi ini, mereka tidak hanya berfokus pada penguasaan nada dan irama, tetapi juga belajar untuk menerapkan teknik vokal yang telah diajarkan sebelumnya agar lagu tersebut dapat dinyanyikan dengan lebih ekspresif dan penuh penghayatan. Pertemuan ketiga difokuskan pada praktek menyanyikan lagu Lukisan Indonesia secara utuh, dengan penekanan pada ekspresi, penampilan panggung, dan penguasaan emosi dalam bernyanyi. Siswa dilatih untuk tidak hanya menyanyi dengan teknik yang tepat, tetapi juga bagaimana membawa pesan lagu melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan interaksi dengan audiens. Setiap pertemuan dirancang untuk meningkatkan kemampuan vokal siswa secara bertahap, dari teknik dasar hingga penampilan panggung yang lebih profesional.

Pertemuan pertama

Pada awal kegiatan kelas vokal di SMP Nasional Malang, guru membuka kegiatan dengan berdoa dan melakukan Perkenalan. Pelaksanaan ekstrakurikuler vokal pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Oktober 2024. Di awal kegiatan  memberikan penjelasan mengenai berbagai teknik vokal yang meliputi pernapasan, resonansi, intonasi, artikulasi, frasering, dan sikap tubuh. Siswa mengamati dan mendengarkan dengan seksama penjelasan yang disampaikan oleh guru AM. Setelah itu, guru memberi penjelasan mengenai pentingnya pernapasan dalam bernyanyi. Guru menjelaskan bahwa pernapasan merupakan elemen krusial dalam bernyanyi, karena napas menjadi penggerak utama suara. Terdapat dua jenis pernapasan yang perlu diketahui, yaitu pernapasan dada dan pernapasan diafragma. Dalam pernapasan dada, udara diambil dengan cara membusungkan dada, yang menyebabkan bahu dan dada terangkat saat menghirup napas. Guru kemudian mempraktikkan pernapasan dada di depan siswa. Dalam praktik ini, guru mengingatkan agar sikap tubuh tetap tegak tanpa ada yang membungkuk ke samping atau ke belakang. Kedua tangan diletakkan di pinggang, dan guru memberi instruksi untuk menarik napas selama lima hitungan, menahan napas selama lima hitungan, lalu mengeluarkannya sambil melafalkan huruf "A" sepanjang mungkin. Guru mengingatkan siswa untuk memastikan bahu tidak naik saat mengambil napas. Setelah mempraktikkan pernapasan dada, guru meminta siswa untuk mengikuti langkah-langkah yang telah dicontohkan. Siswa kemudian mencoba mempraktikkan pernapasan dada, dengan tanda bahu yang naik dan dada yang terangkat. Meskipun banyak siswa yang berhasil mencontohkan dengan benar, guru menjelaskan bahwa pernapasan dada ini termasuk jenis pernapasan yang dangkal, sehingga tidak terlalu tepat digunakan dalam bernyanyi karena napas yang dihasilkan cenderung cepat habis atau pendek. Guru kemudian menjelaskan pernapasan diafragma, yaitu teknik pernapasan dengan mengisi paru-paru melalui pengembangan tulang rusuk (Kartikasari et al., 2019). Teknik ini dianjurkan karena menghasilkan napas yang lebih ringan, panjang, santai, dan berkualitas. Guru memberi contoh dengan menarik napas lima hitungan, menahan lima hitungan, dan menghembuskan napas dengan rileks sambil memegang perut. Guru juga mengajak siswa membayangkan mencium aroma bunga atau masakan dan merasakan perut mengembang. Siswa yang terbiasa dengan pernapasan dada merasa kesulitan, tetapi dengan panduan guru, mereka terus mencoba. Ketika perut mengembang, itu menandakan penggunaan pernapasan diafragma. Guru menjelaskan bahwa pernapasan diafragma lebih baik untuk bernyanyi karena lebih lama dan stabil dibandingkan pernapasan dada. Setelah itu, guru dan siswa mempraktikkan kedua teknik pernapasan untuk membandingkan mana yang lebih efektif saat bernyanyi.

Gambar 2, Pertemuan kelas Vokal di SMP Nasional Malang.
Gambar 2, Pertemuan kelas Vokal di SMP Nasional Malang.

Pertemuan Kedua

Pelaksanaan pembelajaran kelas vokal pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 6 November 2024. Pada pertemuan ini, guru langsung memperkenalkan materi lagu pertama. Sebelum mulai menyanyi, guru memandu siswa untuk pemanasan pernapasan dengan teknik menarik napas empat hitungan, menahan empat hitungan, lalu mengeluarkan napas hingga habis tanpa suara. Setelah itu, guru melanjutkan dengan menarik napas enam hitungan, menahan enam hitungan, dan mengeluarkan napas. Kemudian, guru memandu siswa untuk membaca tangga nada do-re-mi-fa-sol-la-si-do sebagai bagian dari pemanasan, untuk membantu siswa mengenal tangga nada dengan baik dan mengucapkan setiap kata dengan jelas. Aktivitas pemanasan ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh dan suara agar lebih siap dalam bernyanyi dengan teknik yang benar. Selanjutnya, sebelum memulai materi lagu "Lukisan Indonesia," guru menjelaskan pentingnya pemahaman makna atau pesan lagu yang akan dinyanyikan. Guru menekankan bahwa agar lagu yang dibawakan memiliki rasa dan pesan yang sampai kepada pendengar, seorang penyanyi harus memahami makna lagu dengan baik. Guru mengungkapkan bahwa makna lagu "Lukisan Indonesia" adalah tentang menjaga kelestarian alam Indonesia serta bersyukur kepada Tuhan atas karunia dan anugerah-Nya yang tercermin dalam keindahan negeri Indonesia. Guru juga menjelaskan bahwa lagu ini mengajak kita untuk mencintai tanah air, menghargai warisan budaya, dan menjaga alam agar tetap lestari bagi generasi mendatang. Setelah memberikan penjelasan mengenai makna lagu, guru mulai memimpin siswa untuk menyanyikan lagu "Lukisan Indonesia," dengan fokus pada penghayatan lirik dan teknik vokal yang tepat. Guru mengingatkan siswa untuk tidak hanya fokus pada nada dan irama, tetapi juga pada ekspresi dan penjiwaan yang dapat membuat lagu tersebut lebih hidup dan menyentuh hati pendengar. Siswa kemudian mulai berlatih bersama, berusaha menggabungkan teknik vokal dan pemahaman makna lagu untuk menghasilkan penampilan yang maksimal.

Gambar 3, lirik Lagu Lukisan Indonesia
Gambar 3, lirik Lagu Lukisan Indonesia

Guru mencontohkan menyanyi lagu “Lukisan Indonesia” dengan benar, lalu siswa mendengarkan gru menyanyi sampai selesai. Setelah itu guru memandu siswa untuk mengikuti guru bernyanyi Lukisan Indonesia. Saat siswa mencoba menyanyikan lagu "Lukisan Indonesia," kebanyakan dari mereka cenderung menggunakan pernapasan dada, karena mereka sudah terbiasa dengan teknik tersebut saat bernyanyi. Hal ini membuat siswa kesulitan dalam menerapkan pernapasan diafragma seperti yang diajarkan oleh guru. Selain itu, intonasi siswa dalam menyanyi masih banyak yang kurang tepat, terutama pada nada-nada tinggi, di mana sebagian besar siswa belum mampu mencapai nada tersebut dengan baik. Pemenggalan kalimat dalam lagu ini sudah mulai benar pada beberapa bagian, namun masih ada nada yang tidak tepat. Siswa juga sering kali mengambil napas di pertengahan kata atau kalimat, yang mengganggu kelancaran penyampaian lagu. Meskipun sebagian besar siswa sudah memperbaiki sikap badan mereka, masih ada beberapa yang bernyanyi dengan sikap tubuh yang tidak lurus, bahkan ada yang membungkuk ke belakang dan mengayunkan tangan saat bernyanyi.  Selain itu, ada juga beberapa siswa yang kesulitan dalam mengatur pernapasan mereka dengan baik, sehingga mereka merasa cepat kehabisan napas saat bernyanyi. Beberapa siswa masih cenderung terfokus pada teknik vokal dan melupakan ekspresi yang harus ditampilkan dalam lagu tersebut. Guru mengingatkan pentingnya tidak hanya fokus pada suara, tetapi juga pada penyampaian pesan dan perasaan yang terkandung dalam lagu "Lukisan Indonesia." Dalam beberapa latihan, siswa mulai menunjukkan peningkatan, terutama dalam hal teknik vokal dan sikap tubuh. Namun, guru tetap memberikan umpan balik agar mereka bisa lebih menguasai pernapasan diafragma, intonasi yang tepat, dan penghayatan lagu agar penampilan mereka semakin maksimal di pertemuan berikutnya. Dalam pertemuan kedua ini guru mulai untuk menilai pembelajaran kelas vokal ini.

Gambar 4, pertemuan kedua kelas vokal
Gambar 4, pertemuan kedua kelas vokal

Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga, fokus pembelajaran beralih ke penjiwaan dan penampilan panggung. Siswa diajarkan untuk tidak hanya menguasai teknik vokal, tetapi juga untuk mengekspresikan emosi dan makna lagu secara mendalam. Guru membimbing siswa untuk memahami pesan yang terkandung dalam lagu "Lukisan Indonesia" dan bagaimana cara menyampaikannya melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan interaksi dengan audiens. Siswa mulai berlatih untuk tampil dengan percaya diri di atas panggung, mengatur postur tubuh dengan tegak, dan memanfaatkan ruang panggung secara maksimal. Guru memberikan latihan ekspresi, seperti memperlihatkan rasa syukur dan kecintaan terhadap alam Indonesia melalui mimik wajah yang sesuai dengan lirik lagu. Siswa juga dilatih untuk menjaga kontak mata dengan audiens dan menyampaikan pesan lagu dengan penuh perasaan. Secara keseluruhan, siswa semakin mahir dalam menggabungkan teknik vokal dengan penjiwaan yang kuat, sehingga penampilan mereka di panggung menjadi lebih hidup, menyentuh, dan mengesankan. Pada pertemuan ketiga, siswa mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam kemampuan vokal mereka. Teknik vokal yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya mulai diterapkan dengan lebih baik, dan siswa semakin mahir dalam menggunakan pernapasan diafragma dengan tepat. Intonasi mereka juga semakin akurat, terutama pada nada-nada tinggi yang sebelumnya sulit dijangkau. Sikap tubuh yang lebih tegak dan pengaturan pernapasan yang lebih terkontrol membantu siswa dalam menyanyikan lagu "Lukisan Indonesia" dengan lebih percaya diri dan ekspresif. Siswa juga semakin memahami pentingnya penghayatan lagu, dan mulai dapat mengekspresikan pesan serta emosi yang terkandung dalam lirik lagu dengan lebih jelas. Selain itu, para siswa kini lebih percaya diri dalam penampilan panggung. Mereka sudah mulai memahami bagaimana cara berinteraksi dengan audiens melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pengaturan vokal. Pemahaman mereka mengenai makna lagu yang sebelumnya diajarkan, tentang kelestarian alam Indonesia dan rasa syukur kepada Tuhan, semakin terasa dalam penampilan mereka. Meskipun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti penguasaan ekspresi panggung dan timing pernapasan, secara keseluruhan teknik vokal siswa semakin sempurna. Mereka mulai menyanyikan lagu "Lukisan Indonesia" dengan lebih harmonis, penuh penghayatan, dan dengan teknik vokal yang jauh lebih baik dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Penampilan mereka semakin matang dan siap untuk tampil di depan audiens, baik dalam hal vokal maupun penampilan panggung. 

Gambar ke 5, Pertemuan ke 3
Gambar ke 5, Pertemuan ke 3

SIMPULAN 

Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran ekstrakurikuler vokal, siswa mengalami perkembangan yang signifikan dalam teknik vokal dan penampilan panggung. Pada pertemuan pertama, siswa belajar dasar-dasar teknik vokal, seperti pernapasan dada dan diafragma, serta memahami pentingnya penguasaan napas dalam bernyanyi. Pada pertemuan kedua, siswa mulai mempraktekkan lagu "Lukisan Indonesia" dengan fokus pada pemahaman makna lagu, intonasi, dan teknik vokal yang tepat, meskipun masih terdapat beberapa tantangan dalam hal pernapasan dan intonasi. Pada pertemuan ketiga, siswa menunjukkan kemajuan yang pesat, terutama dalam teknik vokal yang semakin sempurna, penghayatan lagu, serta penampilan panggung yang lebih ekspresif. Mereka tidak hanya menguasai teknik vokal, tetapi juga mampu mengekspresikan emosi dan pesan lagu dengan lebih baik, menjadikan penampilan mereka lebih hidup dan mengesankan.

Selain itu, penilaian terhadap kemampuan siswa juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dengan latihan yang terus menerus dan bimbingan yang tepat, siswa semakin memahami teknik vokal yang benar dan mampu menerapkannya dalam setiap penampilan. Penilaian tidak hanya berfokus pada ketepatan teknik vokal, tetapi juga pada kemampuan siswa dalam mengekspresikan makna lagu dan menampilkan penjiwaan yang kuat di panggung. Secara keseluruhan, siswa berhasil meningkatkan kualitas vokal, ekspresi, dan penampilan panggung mereka, menjadikan mereka semakin siap untuk tampil di hadapan audiens dengan penampilan yang lebih profesional.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada seluruh siswa SMP Nasional Malang  yang telah berpartisipasi dengan penuh semangat dalam pembelajaran kelas vokal ini. Dedikasi dan kerja keras kalian dalam mengembangkan teknik vokal serta kemampuan penampilan panggung sangat menginspirasi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah SMP  Nasional Malang yang telah mendukung dan menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Tanpa dukungan dari sekolah, program kerja kelas vokal  ini tidak akan berjalan dengan lancar. Semoga pengalaman ini dapat memberikan manfaat dan menginspirasi kalian untuk terus berkembang dalam dunia seni vokal. Terima kasih atas kerjasama dan antusiasme yang luar biasa!

DAFTAR PUSTAKA 

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara. C Et.

Kapoyos, R. J., Liberal, I., & Konservatif, I. (2020). PARADIGMA PENDIDIKAN SENI MELALUI IDEOLOGI LIBERAL DAN IDEOLOGI KONSERVATIF DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4 . 0 THE ART EDUCATION PARADIGM THROUGH LIBERAL IDEOLOGY AND CONSERVATIVE IDEOLOGY IN FACE OF INDUSTRIAL REVOLUTION ERA 4 . 0 Pendahuluan. 2, 39–50.

Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan Diafragma Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi Kekambuhan Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 53–64. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691

Kristanto, A. (2020). Bentuk Pembelajaran Vokal Secara Daring. Tonika: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Seni, 3(2), 128–137. https://doi.org/10.37368/tonika.v3i2.181

Yudha, M. S. (1998). Pengembangan kegiatan ko dan ekstrakurikuler. Depdiknas: Jakarta.

Yulianto, R. E., Studi, P., Seni, P., Pascasarjana, P., Negeri, U., Pendidikan, P., No, M. U. U., No, B. U. U., Pendidikan, S., & Pasal, N. (2020). PENDIDIKAN SENI UNTUK MEMBENTUK MANUSIA IDEAL. XIV(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun