Mohon tunggu...
DWI SAPUTRO SINUGROHO
DWI SAPUTRO SINUGROHO Mohon Tunggu... -

never give up for anything

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Biarkan Aku Menyimpannya Sendirian

26 Oktober 2015   12:46 Diperbarui: 1 November 2015   15:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Setelah selesai mencerna makananku , aku bergegas ke kamar dan membuka handphoneku . Dan ternyata , bukan sekedar notif atau bbm dari sahabatku , tapi Arief. Ya arief mengundang kontak bbm ku . Aku bingung . Harus akuterima atau aku abaikan? Aku tidak berani mengambil keputusan sekarang . Aku hanya melihatnya dan menutup apllikasi bbm. Beberapa hari kemudian , aku memutuskan untuk menerima undangan kontak bbm dari Arief . Aku tak berani memulai chatt duluan. Setiap handphone ku berbunyi , aku kembali berharap jika itu bbm darinya . Tapi ternyata bukan bbm darinya .

          Entah 2 minggu atau 3 minggu setelah dia mengundang kontak bbm ku, Akhirnya Arief memulai obrolan denganku . Obrolan kami sangat dingin dan singkat . ku merasa ada jarak yang membatasi aku dan Arief . Ia hanya berbasa basi menanyakan bagaimana keadaanku dan sebagainya. Dan aku hanya menanyakan bagaimana keadaannya di Jogja dan bagaimana pendidikannya sampai saat ini . Ya hanya itu saja .

          Aku tidak berani berharap lebih kepadanya , aku tidak berani menunjukkan semua perhatianku kepadanya . Aku takut rasa sakit itu terulang kembali. Dan malam ini Arief memulai chatt bbm denganku lagi . Ia bilang jika Ia ingin bertemu denganku . Sontak aku merasa kaget. Banyak tanda tanya bermunculan dipikiranku. Apa maksudnya? Apa arief membutuhkanku? Apa Arief merindukanku? Bagaimana dengan Angel perempuang yang bersamanya dulu? Apa hubungan itu sudah berakhir? Aku membalasnya ajakan arief dengan berbagai pertanyaan yang muncul di pikiranku.

          Ia Bercerita semuanya . Hubungannya masih berlanjut dengan angel, Arief hanya rindu denganku , selayaknya rindu dengan seorang sahabat . Ya , lagi lagi hanya sebagai seorang sahabat . Aku merasa sedikit kecewa , tapi sudhlah kalau memang bukan jalanku , mau apalagi?

          Kami merencanakan pertemuan kami pada saat ilbur Natal . Sekalian juga Ia pulang ke kampung halamannya untuk melepas rindu dengan keluarganya. Aku tak sabar menanti pertemuanku dengannya . Tapi aku harus ingat bahwa aku tak boleh berharap lebih . Nanti pada saat pertemuanku dengannya , aku ingin dia tau semuanya . Tau tentang perasaanku , aku hanya ingin dia mengetahuinya dan aku tak memaksa dia untu membalas semuanya . Aku sudah lelah memendam ini sendirian , aku sudah lelah membohongi perasaanku sendiri. Dan akhirnya tibalah waktu pertemuan kami . Aku dijemput Arief di rumahku dan sepakat untuk sekedar ngobrol di cafe terdekat. Obrolan kami memang cukup dingin . Aku tak tau mau membahas apa dengannya . Kami hanya membicarakan tentang kenangan-kenangan waktu SMA .

           Jujur saja ketika ia berbicara , aku tak pernah berani melihat sorot matanya. Aku hanya berani melihatnya ketika ia mengalihkan pandangan ke sudut yang lain . Ia masih tetap seperti Arief yang dulu , senyumnya yang manis dan tatapannya yag mengahangatkan. Akhirnya , aku memberanikan diri untuk memulai topik pembicaraan baru dengannya “rief , aku mau ngomong , dengerin ya” . Arif mengerutkan keningnya lalu tertawa “haha iya iya aku dengerin kok santai aja na” . “Gini lo rief , aku pengen banget ngomong tapi ya gitu” jawabku . “hahahaha kamu lucu banget na , mau ngomong aja susah banget” kata arief sambil tertawa. “masalahnya ini ribet , ini bukan guyonan rief . sebenernya gini , sebenernya aku sayang sama kamu” dan akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulutku . Arief terdiam . Dan aku hanya menundukkan kepalaku , entah apa yang harus aku lakukan setelah ini . Aku takut Arief marah . “Na , kamu gak usah malu buat ngomong sayang sama aku kan kita udah sahabat baik dari dulu , aku juga sayang kamu kok , kamu kan sahabat paling baik” kata Arief.

           Entah kenapa rasanya sangat kecewa , semua runtuh begitu saja . Selama ini Arief hanya menganggapku sebagai seorang teman , Ia tak pernah tau jika aku punya rasa yang lebih untuknya. “haha iya rief , maaf kalo gak jelas gini” jawabku . Aku hanya memendam  semua kekecewaan ini dan memaksa air mataku untuk tidak jatuh saat ini . “Terima kasih rief sudah menganggapku menjadi sahabat terbaikmu.” Kataku pada Arief . Setelah itu aku pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepada Arief . Sudah cukup , aku sudah terlalu sakit.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun