bulan purnama angin berjalan tanpa suara
ombak begitu tenang di tengah lautan
di atas kapal besar, elegan perkasa
pangeran bermain pedang, membelah-belah bintang fatamorgana
seorang putri bermata jeli dan putri kecilnya mendampingi
melantunkan kitab suci, lirih membelai-belai sepi
menembus, menyebar-nyebar ke dasar lautan
memecah-mecah kesunyian
surat At takwir di bacakan, pangeran berhenti bermain pedang
terpaku mendengarkan, di atas kapal yang berlayar
tegap menatap langit malam yang bercahaya
menghitung jarak arah bintang rasi selatan dan utara
nun jauh di tepi daratan, berbaris memanjang ribuan pasukan
semua keluarga, pejabat kerajaan dan dayang-dayang
raja dan ratu di depan, erat bergandengan tangan
menantikan pangeran datang
mata berkaca-kaca hati bingung gundah gulana
raja terdiam ratu menangis pelan menghadapi kenyataan
teringat surat terakhir dari pangeran
yang di bawa oleh utusan berjubah bersorban
"bunda ratu dan baginda raja,
ibu dan ayah yang putra cinta
semoga bahagia dan sejahtera
begitu pula seluruh rakyat dan negara
ibu dan ayah yang putra cinta
nantikanlah putra datang
tiga hari setelah purnama
insyaallah, bulan depan
alhamdulillah, telah putra temukan
jawaban dari semua pertanyaan
apa yang di maksud kebenaran
ilmu keadilan dan kebijaksanaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H