Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sembilan Mei ('07)

22 Juli 2023   20:23 Diperbarui: 23 Juli 2023   03:54 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sembilan Mei ('07)

By. Dwiroso

Sembilan Mei

Disana, 

Kalian berdua 

Berada dalam keteduhan 

Merenda irama kehidupan

Merajut cinta dalam cinta Tuhan

Melagukan syair dari rintih berjuang

Aku disini

Meratapi kesialan

Karena memilih masuk dalam bilik ketidakberdayaan

Membiarkan kelaparan

Karena tergusur rasa lapar

Aku disini

Berkubang

Dalam kelelahan dan melankolis

Menyandera diri 

Dari riuhnya canda tawa 

Lunglai 

Menggenggam buah dari sebuah kecerobohan

Aku disini

Membayar semua sikap meremehkan

Mengganti segala yang pernah terfikir

Asumsi-asumsi tentang rasa percaya

Bahwa aku terjebak dalam kesalahan berfikir

Kukira kejujuran saja sudah cukup

Dan menomor dua kan hukum pembuktian

Bahwa kejujuran adalah rohani

namun kerja tidak butuh sekedar rohani

azas bukti lebih sakti

dari sebuah pengakuan hati nurani

ini bukan lagi zaman mekkah

berjuang penuh pengabdian

kini kita hidup dalam kerja sesungguhnya

dan penuh konsekuensi

celakanya

aku tertumbuk dalam keasyikan masa pengabdian

begitu sadar sudah terhadang tembok tebal aturan

dan harus membuat pengakuan

pengakuan untuk membuat semuanya selesai

karena sudah teramat ekstrim iklim ketidak percayaan 

kata kejujuranpun seperti suara setan yang mengerikan

Hari ini, 

Sembilan Mei  

Kalian disana dengan penuh mesranya

Mendendangkan lagu kerinduan dan harapan

Suara kalian berpadu merdu

menghilangkan segala gusar

Sementara, 

Disini

Aku terkapar dalam ruang bisu

Seraya menunggu

Hati-hati yang masih mengijinkan...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun