Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cermin

8 Desember 2022   08:32 Diperbarui: 8 Desember 2022   13:39 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cermin
Karya : Dwiroso

Aku kembali dalam kesendirian
Sendiri ragaku
Sendiri jiwaku

Sejurus  aku berdiri didepan cermin dan bertanya,
Apakah benar-benar sendiriankah diriku ?
Apakah aku melupakan Tuhan yang senantiasa menyertaiku kemana dan saat sedang melakukan apa diriku ?
Apakah diriku juga sudah tidak peduli pada malaikat-malaikat yang bersandar dibahu kanan kiriku ?

Lalu aku berjalan gontai
Menatap langit-langit ruangan kerjaku hingga tembus ke langit ketujuh,
Jiwaku terbang
Melesat menyusul pandang mata, bergabung dalam gelombang cahaya

Aku tertinggal dibumi
Ragaku tertambat
Ruhku terdiam
Terpaku disudut
Qodamku menuju arsy

Apakah ini mi'rajku
Seperti Muhammad dulu

Aku tak mungkin menjadi seperti Muhammad
Yang mengitari jagat semesta hanya dalam semalam
dan aku tidak bersama Buraq
juga Jibril yang mendampingi

aku bergegas memanggil kembali jiwa
berselubung dalam qodamku
ia masuk kembali dalam ragaku

ruhku terdiam
ragaku bergetar

apakah ini mimpi
atau aku yang kesepian

hingga pikiran mendramatisasi menjadi seperti terjadi sesuatu pada diriku
bahwa aku yang merasa sendiri
berfikir seolah sendiri
dan menjadi seperti dibuang dan terbuang

aku tidak sendiri
aku bersama Tuhan
dan alam yang menjadi ruang
atas eksistensiku

hidupku belumlah berakhir
ruhku masih tinggal
aku hanya berimajinasi
berabsraksi

membumbungkan pikiran
seolah jiwa melesar
menggelindingkan lamunan
jiwa berplesir
jauh seolah menembus langit demi langit
lalu tergeragap saat harus kembali dalam kesadaran

aku meratap
aku malu pada Tuhan
dan mata malaikat yang terus mengawasi

kenapa aku harus kalah oleh kesunyian
oleh rasa kesendirian

aku sungguh berada dalam hirukpikuk dan supersibuknya jin-jin
lalu aku menjadi kehilangan gairah
dan berhenti berproduksi

menjadi lemah dan cengeng
salah memilih sikap
pikiran menjadi liar
seliar serigala yang lapar

dan aku kembali menatap diri dicermin
memandangi seluruhnya
kerut-kerut dikulit wajah
rambut yang memutih
ah...begitu aku melewatkan sesuatu yang berharga, waktu...
waktu yang aku biarkan terbuang percuma
dan tersadar ketika aku menjadi renta

aku hantam cermin hingga retak
menjadi kepingan-kepingan yang masih saling menempel membentuk garis-garis
dan didalam retakan-retakan itu terpampang  puluhan gambar diriku
ah...
gambar dari diri
dan rasa sesalnya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun