aku tidak sendiri
aku bersama Tuhan
dan alam yang menjadi ruang
atas eksistensiku
hidupku belumlah berakhir
ruhku masih tinggal
aku hanya berimajinasi
berabsraksi
membumbungkan pikiran
seolah jiwa melesar
menggelindingkan lamunan
jiwa berplesir
jauh seolah menembus langit demi langit
lalu tergeragap saat harus kembali dalam kesadaran
aku meratap
aku malu pada Tuhan
dan mata malaikat yang terus mengawasi
kenapa aku harus kalah oleh kesunyian
oleh rasa kesendirian
aku sungguh berada dalam hirukpikuk dan supersibuknya jin-jin
lalu aku menjadi kehilangan gairah
dan berhenti berproduksi
menjadi lemah dan cengeng
salah memilih sikap
pikiran menjadi liar
seliar serigala yang lapar
dan aku kembali menatap diri dicermin
memandangi seluruhnya
kerut-kerut dikulit wajah
rambut yang memutih
ah...begitu aku melewatkan sesuatu yang berharga, waktu...
waktu yang aku biarkan terbuang percuma
dan tersadar ketika aku menjadi renta
aku hantam cermin hingga retak
menjadi kepingan-kepingan yang masih saling menempel membentuk garis-garis
dan didalam retakan-retakan itu terpampang  puluhan gambar diriku
ah...
gambar dari diri
dan rasa sesalnya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H