Adakah teman kalian yang cepat tanggap terhadap sesuatu atau mudah paham materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru atau dosen saat pembelajaran? sedangkan kalian bermain games saja susah paham, apalagi materi pelajaran. Kok bisa terjadi ya ? padahal waktunya sama, guru/ dosennya sama, materinya sama. Lalu, adakah teman kalian yang proporsi tubuhnya cenderung normal sedangkan kalian berbadan lebih pendek dan lebih kurus padahal usianya sama?Â
Apa Itu Stunting ?
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek menurut umur hingga melampaui defisit -2 SB dibawah median standar panjang atau tinggi badan (Wellina, 2016). Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Dampak stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Karima (2012) anak yang mengalami stunting pada masa balita akan memiliki tingkat kognitif rendah, prestasi belajar dan psikososial buruk.
Ternyata selain adanya pengaruh usaha belajar, usaha meningkatkan tinggi badan, ada satu faktor penting yang sering dilupakan padahal sangat mempengaruhi kecerdasan, kognisi, serta pertumbuhan kamu, yaitu asupan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan atau biasa disingkat HPK. Yuk ketahui lebih jauh!
Mengapa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) penting?
Tingkat kognitif rendah dan gangguan pertumbuhan pada balita stunting merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kehilangan produktivitas pada saat dewasa. So , pemenuhan gizi di 1000 HPK sangat penting bukan? Sebab apabila gizi pada anak tidak terpenuhi dampaknya pada perkembangan anak akan bersifat permanen.
Lalu, bagaimana caranya supaya asupan gizi dapat optimal selama periode 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) ?
1. Meningkatkan porsi makan Ibu ketika hamil dan menyusui
Ibu hamil berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilannya. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Kebutuhan gizi pada saat masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibanding dengan wanita normal (Trisnawati, 2016). Oleh karena itu makanan yang dikonsumsi harus seimbang dan mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan pelindung.
2. Memberikan ASI Ekslusif
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi merupakan saat yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan dalam air susu yang diproduksi oleh ibu memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik yaitu kolostrum yang mengandung antibodi yang akan melindungi bayi dari zat yang dapat menimbulkan alergi (Trisnawati, 2016). Selain itu ASI juga mengandung komposisi yang lebih mudah dicerna oleh bayi daripada susu formula, dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, kecerdasan, dan perkembangan anak tersebut.
3. Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI)
Sistem pencernaan bayi usia enam bulan ke atas sudah relatif sempurna, oleh karena itu MPASI perlu diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer menjadi bentuk yang lebih kental.
4. Budayakan Hidup Bersih dan Sehat
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai hidup bersih dan sehat di antaranya yaitu mengikuti imunisasi lengkap ketika bayi hingga balita supaya daya tahan tubuh menjadi lebih kuat, kemudian selalu menggunakan alas kaki ketika beraktivitas di luar rumah, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah melakukan aktivitas dan ketika sebelum makan.
Referensi :
Karima, K., & Achadi, E. L. (2012). Status gizi ibu dan berat badan lahir bayi. Kesmas: National Public Health Journal, 7(3), 111-119.
Trisnawati, Y., Purwanti, S., & Retnowati, M. (2016). Studi Deskriptif Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Sokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebidanan, 8(02).
Wellina, W. F., Kartasurya, M. I., & Rahfiludin, M. Z. (2016). Faktor risiko stunting pada anak umur 12-24 bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 5(1), 55-61.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H