Mohon tunggu...
Dwi Rahayu
Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah

Kebahagiaan dan Kesuksesan itu bukan suatu kebetulan tapi pilihan. Perjuangkan harimu bukan hanya untuk sekedar bertahan hidup tapi untuk lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sikap Guru Menjawab Tantangan 2025

31 Desember 2024   20:50 Diperbarui: 1 Januari 2025   09:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 2 Januari 2025 menjadi momentum penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Pemerintah akan menerapkan Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning, menggantikan Kurikulum Merdeka yang sebelumnya diterapkan. Kurikulum ini bertujuan untuk mewujudkan Asta Cita sebagai fondasi pembangunan karakter utama bangsa. Dalam implementasinya, Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning mendorong penerapan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat melalui pelibatan Catur Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan).

Namun, seperti halnya setiap perubahan, transisi ini sering kali memunculkan berbagai respons dari kalangan guru. Ada yang menyambut baik, ada pula yang merasa cemas dan khawatir. Lalu, bagaimana sebaiknya seorang guru menyikapi perubahan ini dengan bijak?

1. Memahami Esensi Perubahan

Memahami esensi dan tujuan dari Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning. Guru perlu membaca, berdiskusi, dan mengikuti sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah atau komunitas pendidikan. Asta Cita bertujuan membangun karakter siswa religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri dan bermanfaat. Dengan memahami alasan di balik perubahan ini, guru akan lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri. so jangan langsung bereaksi ya..

2. Melihat Perubahan sebagai Peluang

Guru bisa melihatnya sebagai peluang untuk berkembang. Kurikulum baru memberikan ruang bagi inovasi dan kreativitas di mana tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat menjadi fondasi utama dalam membangun karakter siswa. Dengan pembiasaan Bangun Pagi, Beribadah, berolah raga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur cepat. Guru dapat mendorong kebiasaan ini dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran dan aktivitas sekolah.

3. Meningkatkan Kompetensi Diri

Guru perlu proaktif meningkatkan kompetensi diri. Mengikuti pelatihan yang berfokus pada implementasi Asta Cita dan strategi pendekatan  Deep Learning, bergabung dalam komunitas belajar, dan berdiskusi dengan rekan sejawat bisa menjadi cara efektif untuk beradaptasi.

4. Berkolaborasi dengan Catur Pusat Pendidikan

Diharapkan dapat membangun hubungan yang erat dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar dalam mendukung pembentukan karakter siswa. Kolaborasi ini akan memperkuat kebiasaan positif siswa di luar lingkungan sekolah, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih holistik.

5. Berpikir Fleksibel dan Adaptif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun