pendidikan Indonesia. Pemerintah akan menerapkan Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning, menggantikan Kurikulum Merdeka yang sebelumnya diterapkan. Kurikulum ini bertujuan untuk mewujudkan Asta Cita sebagai fondasi pembangunan karakter utama bangsa. Dalam implementasinya, Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning mendorong penerapan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat melalui pelibatan Catur Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan).
Tanggal 2 Januari 2025 menjadi momentum penting dalam duniaNamun, seperti halnya setiap perubahan, transisi ini sering kali memunculkan berbagai respons dari kalangan guru. Ada yang menyambut baik, ada pula yang merasa cemas dan khawatir. Lalu, bagaimana sebaiknya seorang guru menyikapi perubahan ini dengan bijak?
1. Memahami Esensi Perubahan
Memahami esensi dan tujuan dari Kurikulum dengan pendekatan Deep Learning. Guru perlu membaca, berdiskusi, dan mengikuti sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah atau komunitas pendidikan. Asta Cita bertujuan membangun karakter siswa religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri dan bermanfaat. Dengan memahami alasan di balik perubahan ini, guru akan lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri. so jangan langsung bereaksi ya..
2. Melihat Perubahan sebagai Peluang
Guru bisa melihatnya sebagai peluang untuk berkembang. Kurikulum baru memberikan ruang bagi inovasi dan kreativitas di mana tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat menjadi fondasi utama dalam membangun karakter siswa. Dengan pembiasaan Bangun Pagi, Beribadah, berolah raga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur cepat. Guru dapat mendorong kebiasaan ini dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran dan aktivitas sekolah.
3. Meningkatkan Kompetensi Diri
Guru perlu proaktif meningkatkan kompetensi diri. Mengikuti pelatihan yang berfokus pada implementasi Asta Cita dan strategi pendekatan  Deep Learning, bergabung dalam komunitas belajar, dan berdiskusi dengan rekan sejawat bisa menjadi cara efektif untuk beradaptasi.
4. Berkolaborasi dengan Catur Pusat Pendidikan
Diharapkan dapat membangun hubungan yang erat dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar dalam mendukung pembentukan karakter siswa. Kolaborasi ini akan memperkuat kebiasaan positif siswa di luar lingkungan sekolah, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih holistik.
5. Berpikir Fleksibel dan Adaptif
Dengan Berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Guru perlu memiliki pola pikir fleksibel dan adaptif. Kebiasaan seperti positif Thingking, menerima hal baru dan mencobanya, membangun pola pikir yang fleksibel dan adaptif dapan menjadi modal guru untuk bisa dinyatakan siap menjawab tantangan.
6. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
Perubahan kurikulum sering kali menuntut waktu dan upaya ekstra dalam implementasinya. Guru perlu mengingat bahwa tujuan akhir dari perubahan ini adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu siswa menjadi individu yang lebih kompeten dan berkarakter.Â
7. Memberikan Masukan yang Konstruktif
Sebagai pelaku utama dalam implementasi kurikulum, guru memiliki pengalaman langsung di lapangan. karena  masukan yang berangkat dari praktik nyata akan membantu penyempurnaan kurikulum di masa mendatang.
Kesimpulan
Perubahan kurikulum adalah keniscayaan dalam dunia pendidikan. Guru yang bijak adalah mereka yang mampu menyikapi perubahan ini dengan positif, terbuka, dan siap untuk terus belajar. Dengan semangat kolaborasi dan pengembangan diri, serta keterlibatan aktif dalam Catur Pusat Pendidikan, guru tidak hanya akan berhasil melewati perubahan ini, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Semoga bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H