Mohon tunggu...
Dwi Putri Rahayu
Dwi Putri Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerilya

10 Maret 2018   12:05 Diperbarui: 12 Maret 2018   12:43 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Good teachers know how to bring out the best in students."
Charles Kuralt

(Seorang guru yang baik akan tahu cara membangkitkan yang terbaik di dalam diri murid-muridnya)

Aku jatuh cinta, sangat cinta. Bakan karena cinta, aku jatuh cinta pada pekerjaanku.

"Pagi pak.." "Yo pagi pak" "Halo pak.." "Hai bro"

"Pagi juga"

Yah itulah bagian dari pagiku yang indah di sekolah ini. Sapaan para anak murid di sekolah ini, aku tak peduli bagaimana mereka memanggilku, aku malah senang jika mereka menganggapku sebagai teman, bukan guru yang selalu inggin dihormati, tak jarang aku dan anak-ank sering mendapat teguran dari guru yang lain ataupun kepala sekolah. Yah inilah aku, sebut saja aku "Kim" "Pak Kim' atau apalah. Aku bekerja sebagai guru BK di SMA Kebangsaan, Surabaya. 

Sebelum aku bisa menjadi seperti ini, diterima oleh anak-anak jujur aku sangat kesulitan beradaptasi disini karena aku adalah salah satu dari guru BK yang bekerja disini jadi kami sangat kesulitan untuk mengenalkan apa itu bimbingan dan konseling, kami adalaah guru BK pertama setellah bertahun-tahun. 

Setelah perjuangan lebih dari satu tahun akhirnya warga sekolah bisa menerima dan memahami apa itu BK dan peranannya. Sekolah ini memang dikenal dengan para siswanya yang kurang memerhatikan aturan di sekolah. Tujuan awal sekolah ini mengankat kembali guru BK karena sang kepala menyadari bahwa perlu adanya perubahan untuk sekolah, dulu mereka punya guru BK bukan orang yang handal dalam bidang ini, guru BK di sekolah ini adalah guru lain yang merangkap, jadi hasil kerjanya tidak maksimal, atau hampir tidak ada sama sekali.

Mungkin aku akan menceritakan sedikit tentang proses satu tahun terakhir ini.

One Year Ago

Kulangkahkan kakiku dengan mantap melewati gerbang sekolah. Hari ini adalah hari pertamaku menjadi guru BK di sekolah ini. Kata bapak kepala sekola beliau sudah mensosialisaikan pda warga sekolah tentang guru Bk dan perannya. Kulangahkan aki ini keruangan BK.  Aku dan rekan-rekanku memiliki ruang tersendiri. Di sana sudah ada pak Bagus yang duduk di tempatya, sepertinya rekanku pak Min belum datang, mungkin ini hanya perasaanku saja atau apa, pak Min seakan tidak ada keikhlasan dalam peerjaan ini. Sudahlah jangan berfikiran yang macam-macam, aku duduk di meja kerjaku, setengah jam berlalu pak Min datang. 

Beberapa bulan sudah berlalu, kurasa pekerjaan kami tidak ada kemajuan, tidak ada satupun murid yang datang keruang BK. 

Hari ini saat jam istirahat rencananya kami akan mengadakan seminar untuk kelas 3 guna mensosialisasikan cara-cara masuk keperguruan tinggi  di aula. Namun sampai hampir waktunya masuk anak-anak tidak ada yang datang. 

Jujur saja aku kecewa tapi bukan pada anak-anak, namun pada diriku sendiri yang merasa bahwa aku tidak bisa membantu anak-anak. Pak Bagus terlihat sedikit khawatir, tapi pak Min sama sekali tidak terlihat khawatir.

Hari ini aku putuskan akan memasuki satu persatu ruang kelas. Ya ternyata reaksi dari anak-anak tidak jauh dari perkiraanku, ada yang mengabaikanku, ada yang mendengarkan tami seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan, hal itu masih wajar menurutku. Yang paling parah mereka meneriakiku dan berteriak-teriak membuat keributan didalam kelas, ya aku bisa memaklumi itu.

Sesampainya diruagan BK aku sedikit merasa sakit hati pada ucapan pak Min, bohong bila aku tidak sakit hati, kalau dia mengataiku tukang cari perhatian, penjilat dan kurang kerjaan, apakah aku salah bertindak seperti ini toh ini memang tanggung jawab dan tugaskukan, salah tanggung jawab dan tugas kita pak, sedangkan pak Min yang notabennya adalah orang yang bijaksana bisa menerima ini. 

Kenapa mereka begitu ini karena setelah aku selesai dengan urusanku tadi masuk ke kelas rupanya kepala sekolah melihatku tadi dan dia kekantor BK untuk mencariku dan mngudangku untuk datang kekantornya, saat ditanya untuk apa, beliau bilang untuk mengucapkan terimakasih, mungkin dia iri atau semacamnya. Bukan maksutku untuk tidak mengajak mereka tapi karena keadaan, pak Bagus sedang merekap nilai kelas 3, dan pak Min inggin kuajak, tapi dijak bicara saja susah.

Sudahlah aku tidak peduli yang aku pemtingkan sekarang aalah bagaimana membuat para murid memanfaatkan kami para guru BK. Setelah perjuangan yang aku da pak agus lakukan, segala jenis cara agar kami bisa dekat dengan para murid. Dari mulai masuk ke ruang kelas, ikut bergabung dengan anak-anak yang sedang nongkrongdi lapangan, kantin dan tempat-tempat tertentu. Sedikit demi sedikit sikap pak Min berubah dia mulai ikut serta dalam usaha kami, bahkan kami tiddak segan-segan memanfaatkan "ketampanan"-nya untu menarik perhatian para siswi agar bisa mau beriteraksi denga BK. Namun usaha kami tidak berjalan mulus, api masih bisa dikatakan berhasil buktinya ada beberapa siswi yang pura-pura konseling tapi sebenarnya hnya untuk curi-curi anda ada pak Min, hal ini tentu saja mengundang tawaku dan pak Bagus, dan pak Min terkadang ngedumelkarena itu. 

Hari selanjutnya saat aku pulang kerja aku tidak sengaja melihat sala satu anak sekolahku, ebetulan hari ini aku sedang igin jalan kaki, aku mengenalinya dari seragaam yang dia pakai, sepertiya dia sedang dalam masalah dan banyak sekali orag yang mengepungnya di gang kecil itu mereka terliat seperti preman, dan anak muridku itu terlihat akan dikeroyok oleh mereka. Aku kena siapa dia, dia adalah Candra, anak yang selalu meghalang-halangi teman-temannya untuk pergi keruang BK, sebenarnya sebulan terakhir banyak anak-anak yang akan datang keruang BK tapi dihalangi olehnya, aku tau akan hal itu karena ketidak sengajaan, dan aku tidak tau apa alasannya.

 Sekarang yang terpenting dia dalam kesusahan, aku berinisiatif membantunya tapi saat aku menekat dia merasa tidak butuh bantuanku, aku haanya tersenyum, kutawarkan satu ha padanya. Kita kan taruhan jika aku berhasil mengalahkan mereka semua maka dia harus mau datang ke ruang BK dan berhenti menghalangi teman-temannya yaang igin datang ke ruang BK, awalnya dia meremehkanku tapi dia menerima tantanganku, namun dia juga mengajukan syarat bahwa jika aku gagaal maka aku harus mengundurkan diri dari sekolah.

Dan hasill taruhan itu dimenangkan oleh aku, sekarng banyak anak-anak yang datang ke ruang BK, Candra juga sekaraang sering datang, walau awalnya terpaksa karena alah dalam taruhan dan tidak mau dianggap pengecut oleh teman-temanya karena dia seolah-olah sebagai 'penguasa' sekolah. Awalnya dia tidak mau menerima kekalahan dia sangat percaya diri akan menang tapi dia tidak tau kalau aku dalah emegang sabu hitam di karate dan sering engikuti turamen saat aku kuliah dulu. Dan aku cuga merekam percakaanku dan ia tadi di handphone-ku dan langsungku kirimkan pada saudaraku,berjaga-jaga jika dia inggin menghancurkan Hpku. Dan aku juga tau aapaa asalaan dia menghalang-halangi temannya setela dia sering datang ke ruang BK.

Sejak saat itu ruang BK selalu ramai dengan anak-anak saat jam istirahat atau sepulang sekolah, sampai kami harus "mengusir" mereka saat jam istrahat sudah habis atau sudah saatnya mereka pulang. Dan Candra menjadi anak terakhir yang keluar dari ruang BK, bahkan terkadang dia sangat sulit dibujuk oleh pak Bagus dan pak Min untuk pergi kalau aku sedang tidak ada di ruang BK, dia hanya akan menurut padaku.

======================

 Itu tadi cerita setahun yang lalu sekarang....

"Bang.. bang tunggu aku, hah...hah... kenapa dipanggil dari tadi gak denger sih" Candra menghampiriku sambil berlari dan nafasnya terengah-engah, sepertinya tadi aku terlalu asik bercerita sampai tidak memperhatikan sekelilingku.

"Kenapa pagi-pagi sudah mencariku?" jawabku

"Ini titipan makan siang dari kakak Mel" jawabnya

"Oh kalau gitu sampaikan terimakasihku padanya" sambil tanganku terulur mengambil kotak makan siang yang dibawahnya, tapi dia mmengelak "Imbalannya mana dulu" tuh kan kebiasaan "Iya ini, hari ini 10.000 aja abang belum gajian, niatnya mau hemat mumpug dapet makan siang gratis, eh malah diperas" jawabku sambil menyerahkan uang.

"cuma 10.000 belum gajian atau uangnya ditabung buat nikah"dasaar aak satu ini ada aja jawabnya "Iya buat nikah emang mau nanti pas nikah gak ada makanan dan yang lainnya" "Jangan dong, harus ada" "Tuh tau sendirikan, udah sana masuk kelas bentar lagi bel" setelah memberi tanta 'ok' dengan jarnya dia lari menuju kelasnya. 

Candra sekarang berubah dia terlihat sangat ramah dan banya teman, disukai guru-guru, tidak seperti setaun yang lalu, walaupu dia masik kelas 2 tapi ditakuti para siswa. Sekarang dia kelas 3 dan sudah mau merencanaakan masuk uiversitas negeri, kurasa dia bisa dengan nilai yang sedikit demi sedikt naik. dan kenapa dia memanggilku 'Bang'karena 2 bulan lagi aku akan menikh dengan kakak perempuannya dan dan kami bertemu juga karena Candra, saat aku menangani masalahnya dulu, dan mengetahui alasan dibali sikapnya. 

"Guru yang sebenarnya bukan hanya memberi sanksi atas pelangaran siswanya tap juga mecari tau alasan dibalik elanggaran itu"

The end or TBC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun