Mohon tunggu...
Dwi Puspitasari
Dwi Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - MahasiswaS1 Manajemn Universitas Airlangga

saya menyukai olahraga

Selanjutnya

Tutup

Nature

Indonesia Darurat Sampah Plastik dan Rumah Tangga, Begini Tanggapan Pemerintah

1 Juni 2023   13:15 Diperbarui: 1 Juni 2023   13:13 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah menjadi salah satu permasalahan sosial dan lingkungan yang paling banyak terjadi hampir di banyak negara, khususnya negara berkembang kawasan Asia yang masih tidak mampu mengelola sampah dengan baik. 

Berdasarkan data website Provinsi Jawa Barat (2022) menyebutkan bahwa pada tahun 2017, sebanyak 182,7 miliar sampah plastic digunakan di Indonesia setiap tahunnya. 

Hal ini sejalan dengan data yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dalam CNN Indonesia (2022) bahwa sebanyak 65,8 juta ton sampah dihasilkan setiap tahunnya. Angka ini cukup fantastis sehingga Indonesia menduduki negara dengan penghasil sampah terbesar kedua di dunia. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan banyaknya sampah di Indonesia?

Kepadatan penduduk menjadi salah satu timbulnya fenomena sampah yang menggunung di Indonesia. Salah satu contoh nyata dari gunung sampah di Indonesia berlokasi di TPST Bantargebang, Bekasi.

Alasan utama adanya gunung sampah yakni banyaknya penggunaan plastic rumah tangga yang tidak dapat dikelola sehingga setiap sampah akan masuk ke pembuangan sampah. Kedua yakni kurangnya sistem daur ulang yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. 

Sebagai contoh, Australia mengirimkan jumlah sampah yang cukup besar ke China, tetapi perubahan kebijakan China pada tahun 2018 mengenai jenis limbah apa yang akan mereka ambil dan proses dari negara lain membuat negara tersebut tidak mungkin untuk terus mengirimkan sampah ke luar negeri sebanyak biasanya.

 Dengan China memperketat pembatasan, semua sampah itu perlu dicarikan pengelola yang baru.  Itu sulit karena Australia mengandalkan pengiriman 1,3 juta ton bahan daur ulang ke China pada 2017. 

Negara itu tidak memiliki kekuatan daur ulang untuk melakukan sebanyak itu di rumah. Itu menyebabkan lebih banyak bahan daur ulang yang berakhir di tempat pembuangan sampah. Sama seperti yang terjadi di Indonesia, tidak mampu mendaur ulang menyebabkan menumpuknya sampah masyarakat. 

Ketiga yakni kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk yang seharusnya dapat dengan mudah di daur ulang. Kita semua tahu bahwa penguraian sampah plastic berlangsung lama, hingga beratus tahun. Seharusnya gerakan peduli alam seperti stop penggunaan plastic harus diwajibkan untuk seluruh daerah, tidak hanya di daerah tertentu saja. Salah satu kota yang menerapkan sistem ini yakni kota Bogor. 

Di sejumlah tempat publik dan perbelanjaan, mereka tidak memberikan plastic pada konsumen melainkan meminta konsumen membawa sendiri keranjang belanja atau menggunakan paperbag. Ini contoh nyata yang dapat dilakukan pemerintah sebagai kebijakan dari mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun