GADIS cantik itu bernama Ilona Ianovska. Seorang mahasiswi keturunan Polandia yang lahir dan besar di Jerman. Sosoknya, selain putih khas gadis eropa lainnya, juga selalu menampakkan aura optimisme. Dan pertemuannya malam itu dengan pemuda bernama Bacharuddin Jusuf Habibie, rupanya menjadi awal dari kisah emosi cinta dua insan berbeda negara, Indonesia dan Polandia. Ilona, begitu nama akrabnya, selalu mendukung berbagai hal, terutama tentang mimpi-mimpi sosok Rudy Habibie, pemuda yang memang dikenal memiliki sejuta ide dan mimpi, bahkan bisa jadi, seluruh isi di otak Rudy adalah gumpalan-gumpalan ide yang kadang muncul begitu saja.
Sementara, Rudy juga demikian. Kebersamaan, perhatian dan optimisme, ditambah kecantikan yang ada pada sosok Ilona menjadikan Rudy mencintainya. Cinta pertama Rudy pada seorang gadis. Keduanya pun mulai saling mencintai, saling mendukung dalam berbagai kegiatan. Kadang Ilona suka membenarkan posisi dasi pada jas Rudy, Rudy pun juga demikian. Beberapa hasil percakapan dengan Ilona, kadang berbuah gagasan yang sangat berguna bagi Rudy, untuk mengeksekusinya menjadi sebuah karya. Salah satunya adalah ide tentang pembuatan kapal selam, yang terinspirasi hasil candaan Rudy bersama Ilona.
Begitulah. Awalnya bagi Rudy dan Ilona, pertemuannya di kampus Aachen, sebuah kota di negara Jerman bagaikan sebuah surga bagi mereka berdua. Namun rumusnya selalu demikian, ada pertemuan, ada pula perpisahan. Rudy sangat mencintai Ilona, begitu juga sebaliknya. Namun rupanya pertemuan siang itu, pukul 14.00 waktu setempat, di Stasion Bonn, Jerman, menjadi akhir dari segala kisah cinta mereka berdua. Perbedaan visi antara keduanya rupanya menjadi penghambat mereka untuk bersatu, membentuk mahligai rumah tangga dalam bingkai pernikahan. Ilona ingin Rudy tetap tinggal di Jerman. Disisi lain, jiwa nasionalisme, kecintaan Rudy kepada Indonesia membuatnya meras terpanggil, untuk kembali ke tanah air.
Namun kata orang, orang yang kuat adalah saat dirinya mampu membuat hati yang tersayat, hancur berkeping-keping itu dihimpun kembali, untuk disatukan, menjadi hati yang kembali bersemi, kembali menumbuhkan cinta. Itulah yang dilakukan Rudy Habibie.
Mengaduk emosi
Melihat film karya anak bangsa ini, Rudy Habibie, bagi saya adalah sebuah film penuh nilai dan inspirasi. Selain cinta dua insan, nilai lain banyak ditemukan dalam film ini, diantaranya berbagai nasihat dari ayah dan kakek Rudy, seperti “jadilah seperti air yang mengalir, jika airnya bening, maka beninglah semuanya, sebaliknya jika airnya kotor, maka kotorlah lingkungannya.”
Atau nasihat teramat dalam maknanya dari Romo, bahwa aliran air itu mengalir di tanah yang bergejolak. Dari berbagai inspirasi inilah, pada akhirnya menjadi pembelajaran bagi sosok Rudy untuk mencintai Indonesia, dengan berbagai karya-karyanya.
Sosok kreator dan inspirator bernama Rudy
Kembalilah pada mereka yang kau cintai
Pun ada para sahabat Rudy yang diperankan oleh Liem Keng Kie (Ernest Prakasa), Ayu (Indah Permatasari, (Peter Manumasa) Pandji Pragiwaksono dan Poltak Simanjutak (Boris Bokir) membuat kehidupan semakin bermakna. Keberadaan para sahabat ini jua yang di akhir film menjadi penghibur lara Rudy yang berpisah dengan cinta pertamanya.
Demikianlah secuplik kisah cinta dalam film Rudy Habibie. Overall, film ini adalah film rekomendasi bagi Anda yang menginginkan film inspiratif karya anak bangsa. Saya memberi nilai 8,5 untuk film ini. Selamat menonton bagi Anda yang belum menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H