Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang adakan sosialisasi pemanfaatan popok sekali pakai menjadi media tanam kepada ibu-ibu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) Desa Kedungringin sebagai kiat pengurangan melimpahnya sampah popok sekali pakai.Â
Sosialisasi yang telah diadakan pada 9 posyandu tersebut merupakan salah satu program kerja dari mahasiswa KKN Reguler UIN Walispngo Semarang Posko 28 bersama bidan setempat pada tanggal 12 hingga 21 Oktober 2022.
Latar belakang diadakannya kegiatan sosialisasi ini yakni karena belum ada solusi serta menimbulkan beberapa masalah akibat banyaknya sampah popok yang menumpuk di sungai. Daerah yang kebanyakan tempat tinggalnya terletak di sekitar sungai sangat mendukung masyarakat untuk membuang sampah disana, terutama sampah popok sekali pakai.
Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 8.00-11.00 pagi di seluruh dusun yang ada Desa Kedungringin, yakni Jagir, Lestri, Kaliloko, Boro Lor, Boro Kidul, Boro Miri, Krajan, Krenceng, serta Krisik yang diikuti oleh para ibu posyandu dan posbindu.Â
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah diatur oleh Bu Sri Widiasih, S. Tr. Keb selaku bidan yang menangani posyandu di Desa Kedungringin.
Di setiap posyandu yang didatangi, sosialisasi telah dilakukan dengan lancar. Mulai dari para ibu yang telah terkumpul ini posyandu, mereka mendengarkannya dengan penuh antusias pada sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Reguler UIN Walispngo Semarang Posko 28.Â
Setelah penyampaian materi sosialisasi selesai, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktik secara langsung bagaimana membuat media tanam dari popok bekas sekali pakai.
Cara membuat media tanam tersebut tergolong cukup mudah. Bahan-bahan yang digunakan juga cukup sederhana dan mudah ditemui di lingkungan sekitar seperti gel atau bisa disebut sebagai hidrogel yang berasal dari popok bekas pakai, air sumur atau PDAM yang bersih, dan cairan mol. Untuk cairan mol ini dibagi menjadi dua, bisa menggunakan pupuk EM4 yang biasa digunakan dalam pertanian atau bisa dibuat secara sendiri.Â
Khusus untuk pembuatan pupuk mol organik sendiri ada banyak jenisnya baik itu mulai dari yang berbahan dasar sayuran dan buah-buahan busuk, nasi basi yang sudah berjamur, hingga bonggol pisang.Â
Semua bahan dicampur hingga rata, kemudian ditutup rapat, lalu difermentasi selama 10-14 hari. Setelah itu, pupuk popok siap untuk digunakan. Dalam pengaplikasiannya, percampuran dengan tanah bisa menggunakan perbandingan 1:1 atau 2:1. Contohnya perbandingan 1 gelas tanah dicampur dengan 1 gelas pupuk atau 2 gelas tanah dicampur dengan 1 gelas pupuk.
Kegiatan tersebut tentunya tidak selesai sampai disitu saja. Setelah selama kurang lebih dua minggu dari tim Divisi Lingkungan KKN Reguler UIN Walispngo Semarang Posko 28 melakukan sosialiasi ke 9 posyandu, tim KKN Posko 28 berkolaborasi dalam pembuatan brosur dengan tema yang sama bersama Puskesmas Dadapayam. Brosur tersebut akan diperbanyak dan dibagikan di setiap posyandu.Â
"Semoga setelah adanya sosialisasi dan adanya brosur ini, dari para ibu semakin sadar bahwasanya membuang sampah popok bekas pakai di sungai itu kurang baik, dosa kan. Mungkin saja terlihat bersih di mata kita, tapi kalau membuat menderita yang lain?. Selain itu, semoga ke depannya posyandu bisa secara mandiri mulai membuat pupuk dari pampers secara mandiri. Jika hal ini berhasil, bukan hanya menguntungkan bagi diri sendiri, tentunya bisa menguntungkan semua pihak" tutur Bu Sri Widiasih yang kerap dipanggil Bu Asih.Â
Reporter: Bela Ardianti (Tim KKN Reguler 79 Posko 28 UIN Walisongo Semarang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H