Selama masa transisi penggunaan dosis tinggi, individu menggunakan amfetamine yang bereaksi cepat, yaitu secara intravena atau dihisap. Pada fase ini individu mulai binge, yaitu pemakaian zat secara berulang-ulang sesuai frekuensi perubahan mood. Binge ini dapat berlangsung dalam 12-18 jam tetapi dapat lebih panjang lagi mencapai 2 sampai 3 atau bahkan 7 hari.
Pada penggunaan dengan dosis tinggi akan menimbulkan:
- Kejang-kejan
- Gerakan stereotipik
- Psikosis
Dosis toksik dari amfetamine sangat bervariasi. Kadang-kadang manifestasi toksik dapat terjadi sebagai idiosinkrasi setelah dosis sedikitnya 2 mg. Tetapi sangat jarang terjadi dengan dosis dibawah 15 mg. Reaksi yang berat dapat terjadi pada penggunaa yang kronis. Amfetamine mengakibatkan myoglobinuric tubular necrosis, sedangkan metamfetamine dapat menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari suatu systemic necrotizing vasculitis. Biasanya terjadi bila amfetamine digunakan secara intravena, Merupakan keadaan yang jarang terjadi dan timbul , bila terjadi overdosis yang paling sering adalah derivat metamfetamin.
Bagaimanakah sebenarnya interaksi yang terjadi antara MDMA jika digunakan bersama dengan sabu-sabu?
Seperti yang kita ketahui MDMA merupakan psikotropika golongan I yang dimana hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak untuk pengobatan, memiliki daya adiksi yang tinggi sedangkan sabu-sabu masuk pada golongan II yakni digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan sebagai pilihan terakhir serta memiliki daya adiksi menengah. Kedua campuran bahan ini merupakan penyusun umum dalam pembuatan pil ekstasi, yang dapat meningkatkan energi dan meningkatkan kesenangan.
Namun disisi lain, kombinasi kedua senyawa yang memiliki potensi adiksi yang sangat kuat dapat menyebabkan gangguan kesadaran terutama dapat terjadi pada penggunaan amfetamine. Koma pada amfetamine biasanya terjadi setelah kejang, tetapi pada pengguna narkotika overdosis terjadi antara dengan sedatif adapun efek lain yang membahayakan yakni terjadinya hypertermia. Mekanisme hiperthemia akibat amfetamine biasanya akibat gangguan thermoregulasi. Selain itu sind hiperthermi sentral dapat diakibatkan oleh drug induce amfetamine yang menimbulkan hiperrefleksi otonom (meningkatkan produksi panas). Peningkatan suhu khas berkisar 39 – 40 derajat. Biasanya suhu kembali normal dalam 48 – 72  jam bila obat dihentikan, tetapi dapat menetap beberapa hari sampai minggu bila disertai rash makulopapulaer akibat reaksi obat. Hiperthermi biasanya berhubungan dengan intoksikasi. Merupakan gejala yang paling sering ditemukan dan keadaan ini dapat reversible.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI