Bau wangi menyelimuti hati,
Seakan indah tak terganti,
Tak perlu kau tikam dengan belati,
Tak lama lagi kepalanya pecah sendiri,
Lalu mati,
Yang mengerti akan tandas,
Seperti jalan RA Dinata yang amblas,
Seperti aspal yang selalu terlindas,
Seperti pion yang selalu terlibas,
Kemudian mati,
Ya..., harus ada yang di persalahkan ,
Agar dapat mencapai suatu tujuan,
Menikmati nikmatnya suatu jamuan,
Tanpa sadar mengesampingkan haluan,
Yang mengerti kau persalahkan,
Kau jadikan bahan injakan,
Atau kau jadikan keset dipojokan,
Lalu kau dapat menikmati indahnya jabatan,
Yang mengerti cukup sudah sampai disini,
Lalu mati,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H