Mohon tunggu...
Dwina Amelia
Dwina Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesejahteraan Sosial

Meskipun sering kehabisan 'baterai sosial' akibat aktivitas yang padat, saya terus berusaha menemukan keseimbangan antara belajar dan menjaga hubungan dengan teman-teman. Dengan ketertarikan mendalam pada isu-isu sosial, saya berkomitmen untuk memahami dunia dengan lebih baik, meskipun butuh waktu untuk recharge!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Hilang atau Harapan Bangsa? Dampak Narkoba terhadap Masa Depan Remaja

11 November 2024   18:10 Diperbarui: 11 November 2024   18:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: pinterest.com/asdfg665177

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang, merupakan salah satu masalah sosial yang paling serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Istilah ini mencakup berbagai jenis zat, baik yang berasal dari tumbuhan, sintetis, maupun semi-sintetis. Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja menjadi masalah serius yang tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Menurut laporan dari Badan Narkotika Nasional (BNN), prevalensi penggunaan narkoba di Indonesia terus meningkat, dengan remaja menjadi salah satu kelompok yang paling rentan.

Di dunia yang semakin kompleks ini, pemahaman mengenai berbagai jenis narkoba menjadi sangat penting, terutama dalam upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaannya. Narkoba dapat dibedakan berdasarkan sumber, efek, serta cara penggunaannya. Pertama yang perlu dibahas yaitu narkotika. Narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman atau bahan alami yang dapat menekan sistem saraf pusat. Contoh terkenal dari narkotika adalah opium, morfin, dan heroin. 

Opium diperoleh dari getah tanaman poppy, sementara morfin adalah turunan dari opium yang sering digunakan dalam pengobatan untuk mengurangi rasa sakit. Heroin, yang merupakan bentuk yang lebih kuat dan terlarang dari morfin, sering disalahgunakan karena efeknya yang cepat dan sangat mengubah kesadaran. 

Selanjutnya, ada psikotropika, yang merupakan zat yang mempengaruhi fungsi mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan efeknya, seperti stimulan, depresan, dan halusinogen. Stimulan, seperti amfetamin dan kokain, dapat meningkatkan energi dan kewaspadaan, tetapi juga dapat menyebabkan kecemasan dan paranoia. Ekstasi, yang sering digunakan di kalangan remaja dan di pesta, adalah contoh lain dari psikotropika yang memiliki efek stimulan dan halusinogen. 

Di sisi lain, depresan seperti alkohol dan benzodiazepin dapat menenangkan sistem saraf, tetapi berisiko menyebabkan ketergantungan jika digunakan secara berlebihan. Halusinogen, seperti LSD dan psilocybin, dapat menyebabkan perubahan persepsi yang ekstrem, dan meskipun beberapa orang mencarinya untuk pengalaman spiritual, penggunaan zat ini dapat berbahaya dan menyebabkan gangguan mental.

Selain narkotika dan psikotropika, ada juga obat-obatan terlarang sintetis yang menjadi perhatian besar di masyarakat. Obat-obatan ini diproduksi secara kimiawi dan sering kali lebih kuat daripada zat alami. Contohnya adalah methamphetamine, yang dapat menyebabkan euforia yang sangat kuat namun juga memiliki dampak merugikan yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental. 

Fentanyl, yang digunakan dalam pengobatan untuk mengatasi rasa sakit, telah menjadi salah satu penyebab utama overdosis di banyak negara, karena dosis kecilnya dapat berakibat fatal. Penggunaan obat-obatan sintetis ini sering kali tidak terduga dan berisiko tinggi, karena pengguna tidak selalu mengetahui kualitas dan konsentrasi zat yang mereka konsumsi.

Ada banyak faktor yang mendorong remaja untuk mencoba dan akhirnya terjerumus ke dalam penggunaan narkoba. Salah satu faktor utama adalah pengaruh lingkungan sosial. Remaja sering kali merasa tertekan untuk diterima oleh teman sebaya, dan dalam beberapa kasus, mereka mungkin merasa bahwa menggunakan narkoba adalah cara untuk menunjukkan keberanian atau untuk mendapatkan pengakuan. 

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence, pengaruh teman sebaya merupakan faktor signifikan dalam keputusan remaja untuk menggunakan narkoba. Selain itu, ketidakstabilan emosional, seperti depresi atau kecemasan, juga dapat mendorong remaja untuk mencari pelarian melalui obat terlarang tersebut.

Banyak remaja yang menggunakan narkoba untuk mengatasi masalah emosional, tetapi pada kenyataannya, narkoba dapat memperburuk gejala depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya. Penggunaan narkoba juga dapat menyebabkan perubahan perilaku, seperti agresivitas, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai, dan penurunan prestasi akademik. 

Selain itu, penggunaan narkoba juga dapat mengganggu perkembangan otak remaja. Penelitian menunjukkan bahwa otak remaja masih dalam tahap perkembangan, dan penggunaan narkoba dapat mengubah struktur dan fungsi otak, yang berdampak pada kemampuan kognitif dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat mengakibatkan remaja kesulitan dalam merencanakan masa depan mereka, baik dalam hal pendidikan maupun karier.

Salah satu langkah pencegahan yang paling efektif adalah edukasi. Edukasi tentang narkoba harus dimulai sejak dini, di lingkungan sekolah maupun keluarga. Sekolah memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat tentang jenis-jenis narkoba, dampak negatifnya, serta cara-cara untuk menolak tawaran penggunaan narkoba. Kurikulum yang mencakup pendidikan kesehatan, keterampilan hidup, dan kesadaran akan bahaya narkoba harus diperkenalkan dengan metode yang menarik dan interaktif, seperti diskusi, permainan peran, dan kegiatan kelompok. 

Dengan cara ini, remaja tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis untuk menghadapi situasi yang berisiko. Selain itu, program edukasi yang melibatkan orang tua dapat membantu menciptakan kesamaan pandangan mengenai bahaya narkoba dan cara-cara pencegahan yang efektif.

Namun, meskipun upaya pencegahan dilakukan secara maksimal, masih ada kemungkinan bahwa beberapa remaja terjebak dalam penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, penanganan yang tepat bagi mereka yang sudah terlibat dengan narkoba menjadi sangat penting. Rehabilitasi merupakan langkah kunci untuk membantu remaja pulih dari kecanduan. 

Program rehabilitasi yang efektif harus mencakup pendekatan medis dan psikologis, yang difokuskan pada pemulihan fisik dan mental. Terapi perilaku kognitif dan konseling individu dapat membantu remaja memahami dan mengatasi akar masalah yang menyebabkan mereka terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu, dukungan dari keluarga selama proses rehabilitasi sangat penting. Keluarga harus dilibatkan dalam sesi konseling untuk mendiskusikan dinamika hubungan dan cara mendukung pemulihan remaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun