Mohon tunggu...
Ni Made Dwi Meithayani
Ni Made Dwi Meithayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Goes On~

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Perayaan Hari Raya Galungan

9 November 2021   09:48 Diperbarui: 19 November 2021   20:32 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Galungan sangat identik dengan salah satu sarana yang bernama Penjor. Penjor merupakan salah satu sarana upacara untuk merayakan Hari Raya Galungan ataupun upacara keagamaaan lainnya bagi Agama Hindu. Penjor merupakan simbolisasi dari Naga Basuki dan Ananta Boga yang dipercaya memiliki arti kesejahteraan dan kemakmuran. Umat Hindu juga mempercayai Penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci. Penjor dipasang menjelang perayaan Hari Raya Galungan tepatnya sehari sebelum perayaaan Hari Raya Galungan yakni pada Penampahan Galungan. Penjor dipasang pada hari penampahan galungan setelah jam 12 siang yang memiliki makna pada hari penampahan galungan ini, kita sebagai umat manusia sedang berperan untuk melawan sifat negatif, pikiran yang kotor, serta sifat ego yang melekat dalam diri. Dengan keberhasilan kita untuk melawan sikap-sikap negatif tersebut, maka dipasangkanlah penjor sebagai simbol kemenangan

Menjelang perayaan Hari Raya Galungan, Umat Hindu akan saling bergotong royong untuk menghias penjor yang akan dipasangkan di hari penampahan galungan nantinya. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam penjor memiliki makna dan filosofi tersendiri yakni : (1) Bambu sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma sebagai sang pencipta alam semesta dalam keyakinan Umat Hindu, (2) Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra sebagai dewa angin atau badai, (3) Kain kuning dan janur sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara sebagai Dewa kesuburan, (4) Pala Bungkah dan Pala Gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu sebagai Dewa pemelihara dan melindungi segala ciptaaan Brahman, (5) Tebu sebagai vibrasi Dewa Sambu, (6) Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Pertanian, (7) Kain Putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara sebagai dewa penguasa, (8) Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur alam semesta, disamping itu, sanggah pada penjor disimbolisasikan sebagai kepala dari Naga Basuki, (9) Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sradha Siwa dan Parama Siwa. Penjor bisa dibuat seindah atau seseni mungkin sesuai dengan kemampuan, atau bahkan dibuat dengan sederhana sesuai kemampuan, situasi dan kondisi, namun yang tidak bisa dikurangi adalah unsur perlengkapannya.

4. Tradisi Mepatung

Mepatung merupakan tradisi yang dilaksanakan sehari menjelang perayaan Hari Raya Galungan yang bertepat di hari penampahan Galungan. Mepatung dilaksanakan oleh masyarakat hindu dengan cara memotong atau menyembelih hewan khususnya babi secara bersama-sama dan dagingnya akan dibagikan secara merata kepada setiap warga yang berpartisipasi sesuai dengan kesepakatan atau sesuai dengan dana yang yang dikeluarkan untuk ikut berpartisipasi dalam tradisi mepatung ini. Semakin banyak uang yang dikeluarkan, maka semakin banyak pula daging yang akan didapatkan. Dengan adanya tradisi mepatung ini, dapat meningkatkan rasa kekeluargaan yang terjalin antar umat beragama Hindu sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan sejahtera.

5. Makanan Khas

Kurang lengkap rasanya apabila menyambut Hari Raya Galungan tanpa disuguhkan dengan makanan-makanan khas yang umumnya hanya dimasak pada hari raya ini. Makanan-makanan khas ini umumnya disiapkan sehari sebelum perayaan Hari Raya Galungan yakni pada hari penampahan galungan. Makanan-makanan yang dimasak umumnya bukalah makanan sehari-hari yang dimasak oleh umat hindu, melainkan dimasak pada hari-hari tertentu, seperti pada hari keagamaan Umat Hindu, serta Hari Raya Galungan. Makanan khas galungan antara lain Tum / pepes, lawar, sate lilit, jukut ares, urutan, tape ketan, jaja ketan dan masih banyak lagi.

6. Tradisi Ngejot

Umat Hindu di Bali sangat terkenal akan sikap toleransi yang sangat tinggi baik antar sesama pemeluk Agama Hindu maupun antar umat beragama lain yang ada disekitarnya. Tradisi ngejot ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh Umat Hindu dibali yang mencerminkan betapa eratnya sikap toleransi yang dimiliki oleh Umat Hindu di Bali. 

Tradisi Ngejot ini dilaksanakan dengan membagikan makanan kepada tetangga ataupun sanak saudara tanpa memandang perbedaan yang ada. Tradisi ngejot ini umumnya dilakukan ketika hendak menjelang hari keagamaan Umat Hindu seperti saat menjelang Galungan sampai dengan saat Galungan Berlangsung. Tujuan dari dilaksanakannya tradisi ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mempererat tali persaudaraan antar umat sehingga terciptanya kehidupan yang rukun dan harmonis.

7. Ngelawang Barong Bangkung

Ngelawang Barong merupakan salah satu tradisi unik yang dilaksanakan oleh Umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Galungan. Barong sendiri merupakan lambang dari perwujudan Sang Banas Pati Raja yang bisa menjaga manusia dari wabah dan bahaya. Ngelawang barong sering dijumpai di jalan-jalan yang dapat menarik perhatian bagi setiap orang yang menyaksikannya. Ngelawang barong ini berlangsung dengan cara diarak keliling desa dengan diiringi gamelan khas Bali. Tradisi ngelawang barong ini diikuti dengan tradisi ngupah, yakni memberikan sejumlah uang kepada penari barong untuk melakukan tarian barong dirumahnya.  Masyarakat Hindu mempercayai bahwa Ngelawang Barong merupakan tradisi yang bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat serta menolak bala yang terdapat di desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun