Mohon tunggu...
Ni Made Dwi Meithayani
Ni Made Dwi Meithayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Goes On~

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Perayaan Hari Raya Galungan

9 November 2021   09:48 Diperbarui: 19 November 2021   20:32 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Bali merupakan pulau kecil yang menyimpan segudang tradisi yang diwarisi secara turun-temurun oleh para nenek moyang dan masih dilestarikan hingga saat ini. Bukan Bali namanya apabila tidak ada kebudayaan-kebudayaan unik yang menjadi ciri khas yang menjadi daya Tarik bagi setiap orang untuk mengusut lebih jauh mengenai keunikan-keunikan yang terdapat di Pulau kecil ini. 

Kurang lengkap rasanya apabila membahas mengenai pulau bali jika tidak membahas mengenai ciri khas pulau bali yang terdiri dari makanan khas bali, tarian khas bali, rumah adat bali, musik, upacara keagamaan, hari-hari suci, serta keindahan alam yang tentunya sudah tidak usah diragukan lagi. 

Semua ciri khas yang dimiliki pulau bali tersebut takkan lepas dari peran Agama Hindu sebagai agama mayoritas yang mendiami pulau bali ini. Sama halnya dengan Bali, Agama Hindu pun menyimpan berbagai keistimewaan yang hanya dijumpai di Agama Hindu ini.

Agama Hindu sangat erat kaitannya dengan upacara-upacara keagamaan yang dilangsungkan setiap hari maupun di hari-hari suci tertentu. Sebagai masyarakat Indonesia, tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita mendengar hari suci Umat Hindu yang disebut dengan Hari Raya Galungan. 

Hari Raya Galungan merupakan suatu perayaan Hari Suci Agama Hindu yang dilangsungkan setiap 6 bulan atau 210 hari sekali yakni pada hari Buddhaa Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan). Hari Raya Galungan dirayakan sebagai hari dimana kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). 

Rangkaian perayaan Hari Raya Galungan ini disertai dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh Umat Hindu yang dilakukan secara khusus. Hampir disetiap daerah di pulau bali memiliki ciri khas ataupun keunikan tersendiri dalam menyambut datangnya hari kemenangan dharma melawan adharma atau hari raya galungan ini. Keunikan-keunikan dalam Menyambut Hari Raya Galungan antara lain :

1. Metanding Banten

Perayaan hari raya galungan tak terlepas dari persiapan panjang yang dilakukan sebelum akhirnya melakukan perayaan Hari Raya Galungan yang bertepatan di Hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Salah satu rangkaian persiapan untuk menyambut Hari Raya Galungan adalah dengan mempersiapkan banten atau persembahan yang kerap kali disebut sebagai Metanding Banten. Banten merupakan sarana upacara atau upakara untuk menunjang pelaksanaan upacara keagamaan Umat Hindu. Banten merupakan persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai bentuk syukur atas anugrah yang telah diberikan kepada umat manusia Adapun beberapa macam banten dalam melaksanakan Hari Raya Galungan antara lain : Sodan Tamasan, Pejati Jangkep, Pesucian, Segehan, dan Canang

2. Memasang Wastra

Menjelang Hari Raya Galungan, Umat Hindu akan melaksanakan bersih-bersih disekitar rumah dan juga tempat-tempat suci yang diiringi dengan pemasangan Wastra. Wastra merupakan kain yang digunakan untuk menghiasi pelinggih-pelinggih pada perayaan hari tertentu. Umumnya wastra berwarna putih sebagai simbol kesucian yang bersumber dari ajaran Dewa Siwa dan Kuning sebagai simbol kebijaksanaan yang bersumber dari ajaran Buddha.

3. Ngias Penjor

Hari Raya Galungan sangat identik dengan salah satu sarana yang bernama Penjor. Penjor merupakan salah satu sarana upacara untuk merayakan Hari Raya Galungan ataupun upacara keagamaaan lainnya bagi Agama Hindu. Penjor merupakan simbolisasi dari Naga Basuki dan Ananta Boga yang dipercaya memiliki arti kesejahteraan dan kemakmuran. Umat Hindu juga mempercayai Penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci. Penjor dipasang menjelang perayaan Hari Raya Galungan tepatnya sehari sebelum perayaaan Hari Raya Galungan yakni pada Penampahan Galungan. Penjor dipasang pada hari penampahan galungan setelah jam 12 siang yang memiliki makna pada hari penampahan galungan ini, kita sebagai umat manusia sedang berperan untuk melawan sifat negatif, pikiran yang kotor, serta sifat ego yang melekat dalam diri. Dengan keberhasilan kita untuk melawan sikap-sikap negatif tersebut, maka dipasangkanlah penjor sebagai simbol kemenangan

Menjelang perayaan Hari Raya Galungan, Umat Hindu akan saling bergotong royong untuk menghias penjor yang akan dipasangkan di hari penampahan galungan nantinya. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam penjor memiliki makna dan filosofi tersendiri yakni : (1) Bambu sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma sebagai sang pencipta alam semesta dalam keyakinan Umat Hindu, (2) Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra sebagai dewa angin atau badai, (3) Kain kuning dan janur sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara sebagai Dewa kesuburan, (4) Pala Bungkah dan Pala Gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu sebagai Dewa pemelihara dan melindungi segala ciptaaan Brahman, (5) Tebu sebagai vibrasi Dewa Sambu, (6) Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Pertanian, (7) Kain Putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara sebagai dewa penguasa, (8) Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur alam semesta, disamping itu, sanggah pada penjor disimbolisasikan sebagai kepala dari Naga Basuki, (9) Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sradha Siwa dan Parama Siwa. Penjor bisa dibuat seindah atau seseni mungkin sesuai dengan kemampuan, atau bahkan dibuat dengan sederhana sesuai kemampuan, situasi dan kondisi, namun yang tidak bisa dikurangi adalah unsur perlengkapannya.

4. Tradisi Mepatung

Mepatung merupakan tradisi yang dilaksanakan sehari menjelang perayaan Hari Raya Galungan yang bertepat di hari penampahan Galungan. Mepatung dilaksanakan oleh masyarakat hindu dengan cara memotong atau menyembelih hewan khususnya babi secara bersama-sama dan dagingnya akan dibagikan secara merata kepada setiap warga yang berpartisipasi sesuai dengan kesepakatan atau sesuai dengan dana yang yang dikeluarkan untuk ikut berpartisipasi dalam tradisi mepatung ini. Semakin banyak uang yang dikeluarkan, maka semakin banyak pula daging yang akan didapatkan. Dengan adanya tradisi mepatung ini, dapat meningkatkan rasa kekeluargaan yang terjalin antar umat beragama Hindu sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan sejahtera.

5. Makanan Khas

Kurang lengkap rasanya apabila menyambut Hari Raya Galungan tanpa disuguhkan dengan makanan-makanan khas yang umumnya hanya dimasak pada hari raya ini. Makanan-makanan khas ini umumnya disiapkan sehari sebelum perayaan Hari Raya Galungan yakni pada hari penampahan galungan. Makanan-makanan yang dimasak umumnya bukalah makanan sehari-hari yang dimasak oleh umat hindu, melainkan dimasak pada hari-hari tertentu, seperti pada hari keagamaan Umat Hindu, serta Hari Raya Galungan. Makanan khas galungan antara lain Tum / pepes, lawar, sate lilit, jukut ares, urutan, tape ketan, jaja ketan dan masih banyak lagi.

6. Tradisi Ngejot

Umat Hindu di Bali sangat terkenal akan sikap toleransi yang sangat tinggi baik antar sesama pemeluk Agama Hindu maupun antar umat beragama lain yang ada disekitarnya. Tradisi ngejot ini merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh Umat Hindu dibali yang mencerminkan betapa eratnya sikap toleransi yang dimiliki oleh Umat Hindu di Bali. 

Tradisi Ngejot ini dilaksanakan dengan membagikan makanan kepada tetangga ataupun sanak saudara tanpa memandang perbedaan yang ada. Tradisi ngejot ini umumnya dilakukan ketika hendak menjelang hari keagamaan Umat Hindu seperti saat menjelang Galungan sampai dengan saat Galungan Berlangsung. Tujuan dari dilaksanakannya tradisi ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mempererat tali persaudaraan antar umat sehingga terciptanya kehidupan yang rukun dan harmonis.

7. Ngelawang Barong Bangkung

Ngelawang Barong merupakan salah satu tradisi unik yang dilaksanakan oleh Umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Galungan. Barong sendiri merupakan lambang dari perwujudan Sang Banas Pati Raja yang bisa menjaga manusia dari wabah dan bahaya. Ngelawang barong sering dijumpai di jalan-jalan yang dapat menarik perhatian bagi setiap orang yang menyaksikannya. Ngelawang barong ini berlangsung dengan cara diarak keliling desa dengan diiringi gamelan khas Bali. Tradisi ngelawang barong ini diikuti dengan tradisi ngupah, yakni memberikan sejumlah uang kepada penari barong untuk melakukan tarian barong dirumahnya.  Masyarakat Hindu mempercayai bahwa Ngelawang Barong merupakan tradisi yang bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat serta menolak bala yang terdapat di desa.

8. Melakukan Sembahyang Bersama

Hari Raya Galungan merupakan waktu yang tepat bagi Umat Hindu di bali untuk berkumpul Kembali dengan sanak saudara terlepas dari berbagai kesibukan yang dimiliki selama ini. Pada Hari Raya Galungan, keluarga besar akan berkumpul dan melakukan persembahyangan Bersama baik di pura maupun merajan untuk memohon anugerah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hal ini akan mempererat tali persaudaraan antar anggota keluarga sehingga hubungan kekeluargaan menjadi lebih erat dan harmonis.

9. Umanis Galungan

Sehari setelah perayaan Hari Raya Galungan, atau disebut sebagai manis galungan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat hindu di bali untuk saling berkunjung ke rumah saudara atau berlibur ke suatu tempat wisata.

Nama : Ni Made Dwi Meithayani

NIM    : 2111031021

Jurusan : Pendidikan Dasar

Prodi  : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun