Mohon tunggu...
Dwi Meilani Hasmiyatni
Dwi Meilani Hasmiyatni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Guru dalam Membangun Pendidikan Melalui Kurikulum yang Relevan

13 November 2024   21:51 Diperbarui: 13 November 2024   22:01 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum 2004

               Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, yang diterapkan di Indonesia, menekankan pentingnya pencapaian kompetensi siswa, baik secara individu maupun kelompok, dengan pendekatan pembelajaran yang lebih variatif. Berbeda dengan sistem sebelumnya, guru berperan lebih sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan dalam penerapan IPTEK, sementara siswa didorong untuk berkompetisi dan bekerja sama. Pembelajaran berfokus pada hasil dan proses, dengan penilaian yang mencakup ujian tertulis, penugasan, proyek, dan portofolio. Silabus yang disusun oleh sekolah dan daerah mengatur berbagai aspek pembelajaran, termasuk materi, media, dan alokasi waktu. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memastikan kurikulum ini relevan dan efektif, serta memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan lokal. Hasil evaluasi ini digunakan untuk memperbaiki kebijakan pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga kurikulum berbasis kompetensi dapat terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Kurikulum 2006

               Kurikulum 2006 (KTSP) diperkenalkan sebagai respons terhadap tantangan globalisasi dan kebutuhan pendidikan lokal pasca reformasi di Indonesia. Kurikulum ini memberikan kebebasan pada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri, namun tetap dalam kerangka yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP mengedepankan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan sekolah dalam manajemen pendidikan, dengan fokus pada pencapaian kompetensi siswa melalui mata pelajaran standar, seperti agama, kewarganegaraan, sains, dan teknologi. Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa bertanggung jawab atas kemajuan belajarnya. Meskipun memberikan kebebasan kreatif bagi sekolah, KTSP juga menimbulkan kesenjangan kualitas antara sekolah-sekolah yang lebih unggul dan yang biasa. Selain itu, KTSP menghadapi tantangan dalam mencapai standar lulusan yang seragam, yang memunculkan kebutuhan untuk penyempurnaan sistem pelaksanaan dan evaluasi, serta penerapan pendidikan multikultural yang menghargai keragaman budaya.

Kurikulum 2013

               Kurikulum 2013 muncul sebagai respon terhadap perubahan politik di masa pemerintahan SBY dan melibatkan masyarakat dalam penyempurnaannya melalui uji publik. Meskipun sudah disosialisasikan, banyak yang meragukan penerapannya karena dianggap terburu-buru, ditambah lagi buku ajar untuk guru dan siswa sering direvisi. Kurikulum ini mengatur pembelajaran dengan sistem semester, menentukan beban belajar berdasarkan jam pelajaran, dan menawarkan mata pelajaran wajib serta pilihan yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Di SMA/MA, mata pelajaran dibagi dalam kelompok peminatan untuk persiapan perguruan tinggi, sementara di SMK/MAK lebih menekankan pada vokasi. Pembelajaran difokuskan pada pendekatan saintifik dengan model-model pembelajaran inovatif seperti Inquiry Based Learning dan Project Based Learning. Kurikulum ini juga menuntut peran guru yang lebih aktif, tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, dan pengelola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun, kendala muncul karena banyak guru yang belum sepenuhnya memahami cara mengimplementasikannya, yang menghambat efektivitas pembelajaran. Berbeda dengan KTSP, di Kurikulum 2013, guru lebih berperan sebagai pengarah, sementara siswa didorong untuk lebih aktif dan menggali pengetahuan secara mandiri.

Kurikulum merdeka

               Kurikulum Merdeka dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan fokus pada pengembangan karakter pancasila peserta didik. Prinsip utamanya meliputi pengembangan kompetensi, fleksibilitas, dan muatan esensial yang relevan. Pembelajaran dalam kurikulum ini dirancang dengan asesmen berkelanjutan, metode yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, serta refleksi kolaboratif antara pendidik untuk memastikan proses belajar yang efektif. Struktur Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan, memadukan elemen positif dari kurikulum sebelumnya, dan menyesuaikan dengan konteks lokal. Implementasinya melibatkan persiapan matang, pelatihan pendidik, dan kolaborasi dengan komunitas untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Dengan pendekatan ini, Kurikulum Merdeka tidak hanya menekankan konten, tetapi juga menumbuhkan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik.

               Dari perkembangan kurikulum di Indonesia tersebut dapat terlihat bahwa perubahannya menunjukkan evolusi signifikan dalam komponen, landasan, dan bentuk rencana pembelajaran dari waktu ke waktu, mencerminkan perubahan dalam pendekatan pendidikan. Kurikulum pertama, Rentjana Pembelajaran 1947, berfokus pada pengajaran subjek secara tradisional untuk mendukung kebutuhan kolonial, sementara Rentjana Pelajaran Terurai 1952 menekankan penguasaan materi dengan pendekatan yang lebih terstruktur. Pada 1964, Kurikulum Rentjana Pendidikan memperkenalkan pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan secara sosial, diikuti dengan Kurikulum 1968 yang mengintegrasikan pengembangan moral dan karakter siswa. Kurikulum 1975 mulai fokus pada keterampilan praktis, dan Kurikulum 1984 membawa pendekatan tematik untuk mendukung kreativitas siswa. Selanjutnya, Kurikulum 1994 menekankan penguasaan kompetensi dasar sesuai perkembangan siswa, sementara Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 fokus pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal, sementara Kurikulum 2013 (K-13) berfokus pada pembelajaran berpusat pada siswa dan pengembangan karakter. Terakhir, Kurikulum Merdeka menekankan fleksibilitas, inovasi, dan penyesuaian dengan kebutuhan siswa, menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Transformasi ini mencerminkan upaya untuk menciptakan pendidikan yang semakin relevan dan responsif terhadap perkembangan sosial dan kebutuhan masa depan.

               Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami esensi dan prinsip yang terkandung dalam setiap kurikulum, bukan sekadar mengandalkan perangkat pembelajaran yang harus dikumpulkan. Guru harus mampu mengaplikasikan kurikulum secara tepat, mengubah metode pengajaran, dan mengembangkan pendekatan yang inovatif. Jika guru tetap menggunakan metode yang sama tanpa menyesuaikan dengan perubahan kurikulum, transformasi kurikulum tersebut tidak akan berdampak signifikan pada pengalaman belajar siswa.

          Peran guru dalam mengimplementasikan perubahan kurikulum sangat penting untuk memastikan bahwa transformasi tersebut berdampak positif pada pengalaman belajar siswa. Tidak cukup hanya dengan menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai, guru harus mampu memahami esensi dan prinsip-prinsip dasar dari setiap kurikulum yang diterapkan. Ini berarti, seorang guru tidak hanya berfokus pada administrasi pendidikan atau kewajiban administratif, tetapi juga pada bagaimana cara menghubungkan materi yang diajarkan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun