Mohon tunggu...
Dwi Mariyono
Dwi Mariyono Mohon Tunggu... Dosen - Doctor at the Faculty of Islamic Religion, Malang Islamic University

Doctor at the Faculty of Islamic Religion, Malang Islamic University. This position has been trusted as Head of the Human Resources Division since June 2023

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI, Mesin dan Manusia: Sahabat dan Mitra Setia

22 April 2024   01:01 Diperbarui: 22 April 2024   01:06 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Kemampuan ini didasarkan pada kompleksitas struktur otak manusia, keberagaman pengalaman, dan kemampuan untuk merasakan, berpikir, dan merasa.

Di sisi lain, AI cenderung bersifat statis dalam arti bahwa mereka beroperasi berdasarkan algoritma dan aturan yang telah diprogram sebelumnya. Meskipun AI dapat belajar dari data dan pengalaman untuk meningkatkan kinerjanya, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengubah inti dari cara mereka beroperasi secara fundamental. Mereka terbatas pada logika dan pemrograman yang telah ditentukan sebelumnya oleh manusia.

Perbedaan ini memiliki implikasi penting dalam konteks penggunaan dan pengembangan teknologi. Manusia memiliki kelebihan dalam situasi di mana diperlukan fleksibilitas, kreativitas, dan responsivitas terhadap perubahan yang cepat. Mereka dapat berpikir di luar kotak, menemukan solusi baru untuk masalah yang kompleks, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah dengan cepat.

Namun, AI memiliki keunggulan dalam hal pemrosesan data yang cepat, analisis yang akurat, dan konsistensi dalam melakukan tugas-tugas yang repetitif. Mereka dapat menangani volume besar informasi dengan efisiensi yang luar biasa dan memberikan hasil yang konsisten tanpa adanya kelelahan atau kecenderungan untuk membuat kesalahan manusia.

Dalam prakteknya, hubungan antara manusia dan AI sering kali menciptakan keseimbangan yang ideal antara dinamisme dan statisme. Manusia dapat menggunakan keunggulan mereka dalam berpikir kreatif dan adaptif untuk membimbing dan mengelola AI dalam konteks yang berubah-ubah. 

Sementara itu, AI dapat memberikan dukungan yang berharga dalam pemrosesan informasi dan tugas-tugas yang memerlukan konsistensi dan akurasi tinggi.

Dengan memahami perbedaan sifat ini, kita dapat mengoptimalkan potensi masing-masing entitas untuk mencapai tujuan bersama secara lebih efektif. 

Melalui kolaborasi antara manusia dan AI, kita dapat menciptakan sistem yang lebih cerdas, responsif, dan adaptif, yang mampu mengatasi tantangan kompleks dan mendorong kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.

Kesimpulannya, dengan atau tanpa AI manusia tetap harus berkarya untuk makan dan makan untuk berkarya serta bersahabat, bersahabat dan bersahabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun