Mendengar kabar itu, telinga raja memerah, separuh lebih pasukannya disiapkan untuk menuju perbatasan, sang raja sangat sedih ada satu ketidakadilan terhadap seorang rakyatnya yang ia naungi, selama ini ia kira memerintah dengan damai, kesemua patih dan gubernur yang ia dengar semua laporannya tentang berita baik, aman dan damai ternyata ada satu ha yang mengiris-iris nurani raja.
 Ia tak sudi satu pun gadis tersakiti, tak sudi satu jiwa rakyat terbunuh sia-sia. Raja bersama rombongan besar prajuritnya kini telah tiba diperbatasan, ia menyurati penguasa dimana gadis itu disakiti, raja hanya ingin meminta beberapa pemuda yang menyakiti gadis dan membunuh seorang kerabatnya untuk diadili. Penguasa yang menerima surat dari sang raja bergetar, ia belum pernah melihat lautan prajurit yang mengepung daerahnya.Â
Penguasa tersebut akhirnya tunduk terhadap raja, ia menyerahkan beberapa pemuda yang telah berbuat salah, dihadapan raja yang menunggang kuda kecil itu, gadis tersebut sangat berterima kasih, ia sendiri tak menyangka raja akan jauh-jauh datang kesini untuk membelanya, bahkan dengan kekuatan penuh kerajaan tersebut. Setelah hari itu negeri tersebut hidup damai, sang raja yang bijak mendengarkan dan selalu memikirkan nasib rakyatnya, sekalipun ia hanya seorang rakyat kecil yang tinggal jauh diperbatasan negeri. -selesai-
Satu pagi yang cerah,
Sahabat Kompasianermu, Dwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H