Mohon tunggu...
Dwi Lestari Wiyono
Dwi Lestari Wiyono Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja di industri Food and Beverage yang menyukai dunia kepenulisan

Dwi Lestari atau Dwi Lestari Wiyono adalah seorang Pekerja - Penulis – Sajak – Cerita, serta menjadi bagian dari NaDi Collection Series @nadicollectionseries (instagram akun) sebuah seni dalam tumbler. Dwi pun bisa dijumpai: Facebook : Dwi Lestari Wiyono (Dwi) Instagram: @dwilestariwiyono

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepotong Kuas XVII

19 Juni 2024   10:55 Diperbarui: 19 Juni 2024   11:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dwi Lestari Wiyono 

Oleh : Dwi Lestari Wiyono

 

Ini benua biru `kan bukan benua Australia. Ini benua biru `kan bukan benua tempatmu dilahirkan. Ini benua biru, bukan benua di mana aku melihatmu untuk terakhir kalinya. Di mana ... di mana itu? Kota sucikah?

 

***

 

Reinkarnasi ke seratus aku bertemu dengannya di sebuah kota pada abad pertengahan. Reinkarnasi ke seribu, aku harap aku bertemu dengannya kembali sebelum dunia ini menghembuskan napas untuk terakhir kalinya. Aku bukan manusia. Aku bukan makhluk bumi. Aku Tuhan. Percayakah kau bila Tuhan juga memiliki kenangan? Percayakah kau bila aku Tuhan yang kau sembah pernah hidup dan terlahir sebagai manusia? Aku iblis hanya mencari secuil kenangan yang hilang pada negeri di mana mentari bersinar penuh. Aku iblis makhluk Tuhan yang mengaku Tuhan hanya mencari segenggam ingatan pada negeri di mana garis khatulistiwa masih berlabuh. Zamrud khatulistiwa - Indonesia.

 

Jika jarak adalah permasalahannya, lalu bagaimana dengan waktu. Bagaimana dengan waktu yang memiliki kuasa penuh akan dunia. Waktu kini berbeda. Waktu kini tidaklah sama. Aku pun sang iblis tak berdaya akan adanya waktu. Apa kau tahu bila waktu, sang waktu adalah Tuhan sepertiku. Ia adalah perwujudan kasatria sejati yang telah menyelesaikan tugasnya di bumi. Aku mengenalnya. Itulah mengapa aku bisa sedikit bernego dengan sang waktu karena aku pernah mengenalnya. 

 

***  

 

Kasatria dan iblis, Pantaskah bersanding? Aku tak mengerti mengapa ia memilihku. Aku tak mengerti mengapa ia menginginkanku. Apakah ia sang iblis terobsesi akan sesuatu. Terobsesi pada kenangan yang tak dapat ia katakan padaku. Aku bisa merasakannya. Aku bisa mengenalinya. Kau lupa, aku berbeda. 

 

Semenanjung Malaka berembun. Fajar di arah timur tidaklah sama. Tidak akan ada mentari selama kau masih berteguh hati menutup matamu. Tidak akan ada mentari yang menghangatkan tubuhmu selama kau bersikukuh untuk tidak menerima kenyataan. Dosa adalah dosa. Noda adalah noda. Tidak akan ada dosa yang terhapus hanya karena kau memohon pengampunan dalam semalam. Tidak akan ada noda yang menghilang selama kau belum mengijinkan hatimu untuk menerimanya. Akuilah keburukanmu, akuilah. Tak perlu risau bila banyak pasang mata memandangmu rendah. Tak perlu risau bila mereka serentak mempergunjingkanmu di balik layar yang elok. Tak perlu risau kawan. Bersyukurlah setidaknya kau mengetahui kebenarannya sebelum kau sendiri menghembuskan napasmu untuk terakhir kali. Ada masa dunia berputar sebagaimana mestinya. Ada masa dunia berhenti dan menjeda putarannya hanya untuk melakukan ritual khusus. Ritual itu aku `kan? 

 

***

 

Bumi - bulan - matahari - semesta masihlah sama. Bumi - bulan - matahari, aku mengaku bahwa aku seorang pendosa. Bumi - bulan - matahari, bersandinglah denganku iblis setidaknya selama aku belum menemukan apa yang kucari. 

Pemutus perjanjian, Di mana aku harus memulainya? 

 

bersambung ... 

 

(2017/2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun