Mohon tunggu...
Dwik Prasetyanti
Dwik Prasetyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selain menulis, hobi saya adalah berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pura sebagai Tempat Suci Persembahyangan Umat Hindu di Bali

16 April 2023   16:10 Diperbarui: 16 April 2023   16:19 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pura Pusering Jagat, yang bertempat di tengah Pulau Bali tepatnya di Kabupaten Gianyar sebagai sthana dari Dewa Siwa.

Pura Sad Kahyangan merupakan pura yang terletak pada enam arah mata angin yang merupakan bagian dari Pura Kahyangan Jagat yang terdiri dari Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pulau Goa Lawah, Pura Uluwatu, Pura Batukaru dan Pura Pusering Jagat. 

Selain Kahyangan Jagat, dikenal juga Dang Kahyangan Jagat sebagai Pura yang dibangun untuk pemujaan dan penghormatan terhadap guru-guru suci yang disebut dengan Dang guru yang terdiri dari Pura Rambut Siwi, Pura Purancak, Pura Pulaki, Pura Ponjok Batu, Pura Sakenan, Pura Silayukti dan lainnya. 

Pura Kahyangan Tiga merupakan pembagian pura yang terletak di setiap desa pekraman yang ada di Bali yang terdiri dari tiga pura utama untuk memuja Dewa Tri Murti. Pertama adalah Pura Desa atau dikenal juga dengan Pura Bale Agung sebagai sthana dari Dewa Brahma. Pura Puseh sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu. Terakhir adalah Pura Dalem sebagai sthana dan tempat pemujaan Dewa Siwa dengan wujud Dewi Durga. 

Pura Swagina adalah pembagian jenis pura berdasarkan jenis fungsional yang disatukan oleh kesamaan swagina/swadayanya dalam sistem mata pencaharian umat Hindu. 

Pura ini terdiri dari Pura Melanting yang terletak di pasar sebagai pemujaan bagi para pedagang, Pura bagi para petani yang umumnya terletak dekat dengan sumber air seperti Pura Ulun Danu, Ulun Siwi, Ulun Carik di subak dan lainnya, Pura Segara atau Pura Pabean untuk para nelayan, Pura Alas Harum bagi para peternak. 

Pura Kawitan merupakan pura untuk pemujaan roh-roh leluhur pendahulu (Dewa Pitara). Kawitan berasal dari kata 'wit' yang bermakna asal usul atau asal mula manusia sehingga Pura Kawitan merupakan pura bagi umat Hindu yang memiliki kesamaan keluarga atau klan. Pura ini dapat berupa Merajan atau Sanggah Kemulan yang terletak di hulu setiap rumah umat Hindu di Bali yang diusung oleh satu atau lebih keluarga yang mempunyai garis keturunan yang paling dekat. 

Pura Dadia merupakan pura yang diusung oleh sejumlah keluarga yang masih memiliki satu garis keturunan yang umumnya berada dalam satu desa. Pura Padharman yaitu pura yang lingkupnya lebih besar dari Pura Dadia yang diusung oleh sejumlah keluarga yang masih satu garis keturunan namun telah berpencar ke berbagai desa atau kabupaten yang berbeda. 

Persembahyangan yang dilakukan di pura tentunya memiliki etika dan aturan-aturan khusus yang harus ditaati. Untuk menjaga kesucian Pura, terdapat beberapa tata cara atau larangan  memasuki pura, antara lain:

  1. Tidak sedang berada dalam kondisi cuntaka seperti baru melahirkan, kematian, datang bulan bagi wanita, bayi yang belum di upacara tiga bulanan dan lain sebagainya.

  2. Bersih secara lahir dan batin. Bersih secara lahir artinya sudah membersihkan diri dengan mandi, berpakaian bersih dan sopan sesuai dengan aturan yang berlaku dimana wanita biasanya menggunakan kebaya, kain, selendang, rambut diikat rapi dan pria biasanya menggunakan baju, kain, saput, dan udeng. Bersih secara batin artinya adalah datang ke pura dengan pikiran yang bersih dan jiwa yang tenang.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun