Tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling panas dalam dinamika perpolitikan global. Mulai dari pemilu yang terjadi di beberapa negara, memanasnya isu-isu global, hingga pembahasan mengenai konflik dan penjajahan modern seperti yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap Palestina yang tidak akan habis pembahasannya seiring bergantinya tahun.Â
Kekejaman yang dilakukan oleh Israel lewat serangan pada Oktober tahun lalu menewaskan hampir 42.000 orang, 1,9 juta orang mengungsi, dan menyebabkan 500.000 orang lainnya mengalami kerawanan pangan parah ini memantik empati dan dukungan masyarakat yang tersebar di berbagai negara untuk menekan dunia internasional membuat tindakan tegas dalam menindaklanjuti adanya tragedi kemanusiaan ini. Salah satu bentuk dukungan terhadap Palestina ini juga dilakukan oleh kelompok masyarakat dari berbagai latar belakang di Australia (Wind, 2024).
Ribuan pendukung Palestina di Australia menggelar aksi protes pada Minggu, 6 Oktober 2024, untuk mengecam serangan brutal Israel yang terjadi setahun lalu. Demonstrasi besar ini berlangsung di Sydney, Melbourne, dan Adelaide di tengah pengamanan ketat dari kepolisian. Di Melbourne, massa berkumpul di Flinders Street Station dan berlanjut melakukan pawai melewati Swanston Street dari State Library. Di Adelaide, ratusan demonstran berkumpul di depan Gedung Parlemen Australia Selatan untuk menyampaikan aspirasi mereka.Â
Di Sydney, demonstran mengkritik para pemimpin Australia, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese, Menteri Luar Negeri Penny Wong, serta media-media, atas kurangnya respons aktif mereka mengenai isu Palestina ini. Menurut laporan The Guardian, sekitar 10.000 orang yang berpartisipasi dalam aksi ini berlangsung secara damai dan mematuhi arahan polisi. Gerakan dukungan ini juga meluas hingga ke lingkungan kampus.Â
Kehadiran mahasiswa sebagai kelompok intelektual dalam perjuangan suatu isu selalu memiliki peran penting di berbagai negara  Dalam konteks perjuangan kemerdekaan Palestina, mahasiswa-mahasiswa di Australia melakukan aksi unjuk rasa yang terkonsentrasi di intra kampus guna mendorong petinggi universitas untuk mengungkapkan, melepaskan, dan memutus hubungan dengan produsen senjata yang terkait dengan Israel, dengan alasan hal itu membuat mereka terlibat dalam perang di Gaza.Â
Demonstrasi ini tersebar di beberapa kampus lewat aksi unjuk rasa yang dilanjut dengan perkemahan di gedung kampus selama beberapa hari sebagai bentuk sikap resisten dan solidaritas mereka terhadap warga Palestina di tengah perang Israel-Gaza. Aksi kemah ini bermula pada bulan April 2024 di Universitas Sydney, kemudian menyebar ke beberapa kampus lain seperti Universitas Queensland, Universitas Adelaide, Universitas Nasional Australia di Canberra, RMIT di Melbourne, dan Universitas Curtin di Australia Barat (Cassidy & Ittimani, 2024).Â
Dalam konteks studi ilmu politik, Â aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat Australia dengan turun ke jalan termasuk dalam bentuk partisipasi politik masyarakat sipil sebagai upaya mendorong pihak-pihak yang berkuasa untuk melakukan tindakan demi mengubah suatu kondisi yang dianggap penting. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh terhadap bidang politik, kini bentuk partisipasi publik tidak hanya bersifat tradisional dengan cara ikut aksi turun ke jalan.Â
Namun, muncul gerakan-gerakan digital yang ikut menyebarluaskan pemahaman mengenai isu Palestina ini ke berbagai pelosok dunia hanya dengan memanfaatkan jaringan internet di ponsel yang kita pegang (Sammak & Brown, 2024). Kebangkitan media sosial di era sekarang telah memainkan peran penting dalam memobilisasi dukungan terhadap suatu gerakan salah satunya seperti gerakan pro-Palestina di Australia ini. Sekarang gerakan demonstrasi tidak hanya bersifat hierarkis dimana mobilisasi diinisasi oleh seorang pemimpin formal dalam sebuah organisasi.Â
Lewat keterbukaan di media sosial, setiap individu dapat merespons peristiwa konflik Israel-Palestina ini lewat platform seperti X, Facebook, dan Instagram untuk berbagi informasi, mengorganisir acara, dan memperkuat suara rakyat Palestina dengan tagar-tagar tertentu sepert #FreePalestine sebagai simbol dalam mengekspresikan pendapat mereka mengenai isu terkait (Anisa et al., 2023).Â
Selain mendorong adanya gerakan yang bersifat organik di tingkat individu, perkembangan teknologi informasi ini juga memberikan kemudahan bagi organisasi-organisasi yang bertujuan menagdvokasi isu Palestina di Australia dapat berkembang, salah satunya seperti Australia Palestine Advocacy Network (APAN). APAN berfokus pada advokasi, pendidikan, dan kampanye untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina, termasuk melalui pemanfaatan media digital.Â