Ganjar Pranowo adalah orang yang sangat menghargai perbedaan dan tidak bersoal dengan adanya perbedaan itu sehingga menjadikan permasalahan yang bisa menerbitkan perpecahan.Â
Sikap-sikap Ganjar yang mencintai kerukunan sebagai aktualisasi dari ekspresinya mencintai adanya penghargaan terhadap perbedaan itu tercermin dari beberapa peristiwa yang dijalaninya sebagai gubernur di Provinsi Jawa Tengah.
Sejauh yang saya ikuti dan akhirnya saya yakini, Ganjar punya intensitas dan percepatan dalam melakukan komunikasi yang sifatnya menghargai keberagaman itu, salah satunya dengan menyampaikan ucapan selamat hari raya keagamaan bagi pemeluk agama apapun yang diakui di Indonesia melalui akun resmi medsosnya.Â
Tidak saja mengucapkan selamat hari besar keagamaan Islam, agama yang dianutnya, akan tetapi juga mengucapkannya dengan adat yang baik terhadap hari raya keagamaan dan kepercayaan umat agama lain.
Begitupun Ganjar juga selalu berkenan untuk mendatangi perayaan-perayaan hari besar umat beragama itu di tempat-tempat ibadah agama di lingkup Jawa Tengah dengan sikap yang hangat dan gembira.Â
Maka tak heran jika kemudian Ganjar pun punya hubungan yang baik dengan para pendeta, biksu, alim ulama dan tokoh-tokoh agama lainnya. Bukan tidak mungkin pula jika ada masalah terkait dengan keagamaan, Ganjar selalu terlibat dan punya peran yang baik untuk ikut serta mencari jalan keluarnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia kita yang terdiri dari banyak perbedaan ini merupakan anugerah yang terindah bagi kita semua. Saya meyakini jika hanya dipimpin oleh orang yang mencintai kerukunan maka kesatuan yang terhimpun dari keanekaan itu, akan mendapatkan berkahnya bagi Indonesia, bisa tumbuh dan berkembang menjadi negara yang beradab, modern dan maju.
Apa yang terefleksi dari gerakan-gerakan kerukunan yang dilakukan Ganjar Pranowo dalam forum lintas agama selama ini juga menjadi simbol bagi visi kepemimpinannya memimpin Jawa Tengah.Â
Maka, saya sangat memahami jika kemudian nampak sikap Ganjar yang keras dan tegas dalam memerangi paham radikalisme yang berkembang dan masif keberadaannya di beberapa daerah di Jawa Tengah. Karena pada prinsip yang dianut ideologi kelompok radikal itu tidak mengakui adanya keberagaman dan demokrasi yang sangat dijunjung tinggi di negeri yang Bhineka ini.
Aktualisasi ketidaksukaan kaum radikal itu tercermin dari praktik-praktik teror yang dilakukan terhadap tempat-tempat peribadatan dan dilakukan saat perayaan hari besar agama tersebut berlangsung. Kejadian bom bunuh diri mereka yang dilakukan di gereja di Surabaya itu adalah contoh yang nyata dan mengerikan belaka.Â
Begitupun kita masih mengingat tentunya beberapa peristiwa lampau tentang pengeboman di Candi Borobudur dan teror di kuil-kuil. Itu semua adalah bentuk-bentuk aksi jahat dari kaum radikal yang mengatasnamakan kebenaran agama menurut pemahaman mereka sendiri.
Makin masifnya gerakan radikal itu sangat berpotensi terhadap munculnya perpecahan. Tidak itu saja, beberapa kejadian seperti praktik terorisme di beberapa tempat di Indonesia, ternyata jaringannya dan terafiliasi dengan gerakan radikal itu banyak yang berasal dari daerah di Jawa Tengah.Â
Bagaimanapun gerakan radikalisme itu sangat mengerikan sifatnya karena suka memaksakan kehendaknya. Bahkan dengan jalan dan cara apapun. Sehingga seperti tidak menghitung dan pandang bulu terhadap jatuhnya korban, hanya karena keharusan gerakan yang harus mereka lakukan.
Apa yang bisa dilakukan? Â Sebagai kepala pemerintahan di Jawa Tengah, salah satu gebrakan Ganjar yang terkenal yaitu sikapnya yang keras dan tegas kepada para kepala sekolah SMAN, SMKN dan SLBN serta ASN di lingkup Jawa Tengah, bagi siapa saja yang terbukti terpapar radikalisme maka akan dipecat.
Selain itu, tentu banyak upaya dilakukan, yaitu dengan mengimbau dan melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat Jateng agar terbuka untuk bekerjasama dengan pemerintah dan berani menghadapi praktik-praktik radikalisme.Â
Ganjar juga meminta kepada semua organisasi keagamaan di seluruh Jawa Tengah agar bersikap kompak dalam memahami situasi dan kondisi yang berkembang, tidak cepat tersulut provokasi dan saling berjibaku dalam menggalang solidaritas demi memperkuat toleransi.
Provokasi kaum radikalisme memang sangat membahayakan, hanya dengan kerukunan semata dari kita semua umat beragama tanpa terkecuali akan bisa ditanggulangi. Dalam kerukunan ada kelenturan dan keluwesan, punya juga kemerdekaan untuk mengembangkan gotong-royong dalam mengatasi permasalahan.Â
Maka, sikap Ganjar Pranowo yang hangat dan gembira dalam pergaulannya di lintas agama itu, menurut saya adalah wujud ekspresi yang mengharukan. Saya mempercayai jika sikap-sikap para pemimpin di semua provinsi di seluruh Indonesia ini keras dan tegas dalam memerangi korupsi, suap, pungli, intoleransi dan radikalisme, niscaya Indonesia kita yang luas dan makmur ini akan menemukan kesejahteraan dan kejayaannya.
Kerasnya seorang Ganjar saya meyakini karena terdorong oleh kelembutan budinya. Ia tidak rela jika Indonesia yang dicintainya menjadi pecah dan berantakan karena ulah para bromocorah.
(Dwi Klik Santosa)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H