Mohon tunggu...
Dwi Klik Santosa
Dwi Klik Santosa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis Dongeng Nusantara dan Menulis Apa Saja demi Memanja Kecintaan kepada Hidup yang Damai dan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara Gemuruh Para Penipu

16 Agustus 2023   08:29 Diperbarui: 20 Agustus 2023   08:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Catatan 2014

TERTIPU

Tetapi siapakah engkau
yang rajin menyalakan api
di tengah gaduh
dan ketidakpastian.
Sungguh, aku terbuai
kata-kata indahmu yang menipu.

BERCERMIN

Dan hanya ketika
pada tatapnya merah.
Putih dalam harapnya
hangus.
Mestikah ia berpaling
meyakini wajah sendiri
di cermin?

NYANYI TEROMPET

Aku ingin meniup terompet
dari nyanyi laguku sendiri
Untuk mengusir sepi
kerna hadir yang tak mampu mengisi
Kepadamu yang piawai dan penuh
maukah berbagi bunyi
Agar irama hatiku
mengenali harmoni
Tak lagi merasa sunyi

KETIKA MALAM PERGI

ketika malam pergi
dibangunkan lelap oleh kesadaran pagi
akan lenyap pula dalam sekejap
yang ajaib, fantastis dan niscaya
dunia mimpi yang entah datang darimana
menjadi hartawan mendadak kaya bergelimang harta
menjilma pangeran paling tampan tiada dua
bermandi-mandi masyuk dalam genangan asmara
bercintaan dengan para dewi dan seribu peri
terbang bak kupu-kupu dikerumuni bebauan wangi
melintang di punggung bulan
hinggap di pohon-pohon teduh penuh bunga
bermesraan di taman langit
saling lempar puisi mengumbar puja dan puji
oh, begitu elok dunia hayal asmara
pun ada kalanya, panas-panas neraka
seperti nyata melintas di panorama
berkoar jadi raja paling berkuasa tapi pias
dikejar-kejar ular ganas, hendak melilit dan memangsa
dipelototi macan dan singa, hendak mengadu
lebih tajam mana cakar dan taring
berhayal jadi karang, tapi retas dihantami ombak
menjerit-jerit tak tahan dipanggang terik siang
pedih dan perih karena ditindih kesendirian

ketika malam pergi
panas surya adalah dunia nyata
mimpi-mimpi yang harus direngkuh
dengan kekuatan budi. dengan kefasihan cinta
masih ada taman sorga itu
mungkin tak serupa kerajaan-kerajaan hayal
tapi nyata terdapat panas persaingan
yang tak kalah seru dengan hukum rimba

(Dwi Klik Santosa)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun