Kelompok :
1. Dwiki Nanda Kurniawan
2. Rio Indriansyah K.D
Struktur:
1.OrientasiÂ
Bagian pembuka ini memperkenalkan sejarah singkat Kerajaan Majapahit sebagai cikal bakal Nusantara dan sebagai penerus Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok. Ditulis secara deskriptif, bagian ini menjelaskan latar belakang runtuhnya Kerajaan Singasari serta peran awal Raden Wijaya setelah pelariannya.
2. Urutan Peristiwa
1.Teks ini mencatat peristiwa secara kronologis mulai dari:
2.Pelarian Raden Wijaya dari Singasari yang runtuh.
3.Pertemuan dan bantuan dari Arya Wiraja di Sumenep.
4.Pembukaan hutan Tarik yang kemudian dinamai Majapahit.
5.Pembentukan desa baru dan persiapan Raden Wijaya untuk merebut kembali kekuasaan.
6.Kedatangan tentara Mongol yang tidak mengetahui perubahan politik di Jawa.
7.Persekutuan Raden Wijaya dengan pasukan Mongol untuk menaklukkan Jayakatwang.
8.Pembalikan situasi di mana Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol hingga mereka keluar dari Jawa.
9.Bagian ini memberikan kronologi lengkap tentang bagaimana Raden Wijaya berhasil mendirikan Majapahit dan memulai era kerajaan besar.
3. Reorientasi
 Teks ini sedikit memberikan reorientasi dalam bentuk ringkasan dampak, yakni berdirinya Kerajaan Majapahit pada 10 November 1293 dan penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Namun, komentar pribadi penulis atau refleksi dampak yang lebih mendalam tidak banyak dijelaskan. Meski begitu, penutup ini mencerminkan berdirinya Majapahit sebagai kerajaan besar di Jawa Timur yang kelak akan berpengaruh luas.
Kaidah kebahasaanÂ
1.Menggunakan Kalimat Bermakna Lampau
  Pada malam itu, Raden Wijaya dan pasukannya berkumpul di hutan Tarik, mempersiapkan serangan besar.
2.Menggunakan Konjungsi Temporal
  Setelah perjalanan panjang yang penuh rintangan, tentara Mongol pun tiba di tanah Jawa.
3.Menggunakan Kalimat Langsung
  "Inilah saat kita mengambil kembali kehormatan kita," kata Raden Wijaya dengan suara penuh keyakinan.
4.Menggunakan Kalimat Tak Langsung
  Raden Wijaya berbicara kepada panglima Shih-pi bahwa mereka dapat menghancurkan Jayakatwang bersama, dan setelah itu, tanah Jawa akan memberi hadiah bagi tentara Mongol.
5.Menggunakan Kata Kerja Mental
  Raden Wijaya mengamati ketidaktahuan tentara Mongol tentang perubahan politik yang baru terjadi di Jawa.
6.Menggunakan Kata Kerja Material
  Tanpa menyadari siasat di balik kata-kata Raden Wijaya, Shih-pi memerintahkan pasukannya untuk menyerang Kediri dengan kekuatan penuh.
7.Menggunakan Kata Sifat
  Raden Wijaya menatap wajah-wajah prajuritnya yang penuh semangat dan keberanian.
8.Menggunakan Kata Kiasan/Majas
  Di bawah sinar bulan yang redup, Raden Wijaya berdiri bak singa yang siap menerkam musuh di hadapannya.Â
Modifikasi ceritaÂ
Konflik :
Di tengah kegelapan malam, Raden Wijaya terjaga dari tidurnya yang gelisah. Bayangan pengkhianatan Jayakatwang masih menghantuinya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam keris pusaka peninggalan leluhurnya. "Demi leluhurku dan rakyat Singasari, aku bersumpah akan membangun kerajaan yang lebih besar," bisiknya dalam hati.
Hari-hari pelarian terasa mencekam. Bersama tiga sahabat setianya---Sora yang perkasa, Nambi sang cerdik, dan Ranggalawe yang gagah---mereka menerobos hutan belantara. Setiap gemerisik daun membuat mereka waspada, setiap suara burung malam bisa jadi pertanda bahaya. Pengejaran pasukan Jayakatwang tak kenal lelah.
Klimaks :
Ketika pasukan Mongol tiba di pantai Jawa, Raden Wijaya melihat kesempatan emas. Dengan kecerdikannya, ia memainkan permainan berbahaya. Di hadapan para panglima Mongol, ia berpura-pura menjadi sekutu setia, sementara diam-diam menyusun rencana besar.
"Biar kutunjukkan jalan menuju Kediri," ujarnya kepada Shih-pi, sang panglima Mongol, sambil menyembunyikan senyum licik. Pasukan gabungan bergerak maju bagai ombak besar menerjang pertahanan Jayakatwang.
Pertempuran dahsyat pecah di istana Kediri. Darah mengalir, pedang beradu, dan teriakan perang memenuhi udara. Di tengah kekacauan itu, Raden Wijaya menunggu momen yang tepat. Begitu Jayakatwang tumbang, ia menghunus kerisnya dan berseru, "Sekarang, saudara-saudaraku! Usir penjajah dari tanah leluhur kita!"
Koda :Â
Majapahit berdiri megah di atas tanah Trowulan. Pohon maja yang berbuah pahit menjadi saksi bisu kelahiran kerajaan baru. Raden Wijaya, kini bergelar Kertarajasa Jayawardhana, memandang ke arah cakrawala. Ia tahu, perjuangannya baru dimulai. Di tangannya, Majapahit akan tumbuh menjadi kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara, menyatukan pulau-pulau dalam satu payung kekuasaan.
Para pujangga kelak akan menyanyikan kisah ini, tentang seorang pangeran pengembara yang mengubah kepahitan takdir menjadi kejayaan sebuah imperium. Dan pohon maja yang pahit itu akan selalu mengingatkan setiap orang bahwa dari kepahitanlah, kemanisan kemenangan dapat dipetik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H