Tanpa pikir panjang lagi dokter itu kemudian mengenakan topi dan mantelnya, mengambil tempat lilin itu dan bergegas ke rumah Uhov.
"Bagaimana kabarmu, teman!" serunya, begitu ia sampai di rumah itu. "Aku datang untuk menemui Anda... Terima kasih untuk segala pertolongan yang telah kau berikan kepadaku selama ini.... Aku tahu kau tak suka uang sehingga kau harus setidaknya menerima hal ini di sini.... Lihat, sahabatku karya seni ini.... Hal yang luar biasa! "
Tatkala pengacara itu melihat benda kecil itu ia segera menerimanya dengan gembira.
"Oh, benar-benar luar biasa!" ia tertawa. "Bagaimana mereka bisa menciptakan karya seindah ini? Hebat luar biasa! Menggairahkan! Dari mana kau peroleh benda yang semahal permata ini?"
Setelah capai menyatakan kegembiraannya, pengacara itu tampak malu-malu menuju pintu dan berkata: "........ Hanya saja tolong berbuat baik sedikit kepadaku dan bawalah benda ini kembali, tidak keberatan kan? Aku tak dapat menerimanya….”
"Kenapa?" ucap dokter itu bingung.
"Alasannya jelas banyak… Pikirkanlah ibuku yang sebentar lagi akan masuk ke sini, pikirkan juga klien-klienku… Dan bagaimana pula aku bisa melihat muka-muka merah padam pembantu-pembantuku?”
"Omong kosong Omong kosong! Jangan sekali-kali kau ngotot menolaknya!" kata dokter, itu seraya tangannya menolak ke arahnya. "Itu namanya kau kurang tahu adat! Ini sebuah karya seni hasil sebuah inspirasi. Lihat saja gerak garis-garisnya… ekspresinya… Jangan macam-macam lagi, kecuali kalau kau menghinaku?”
“Jika saja benda ini bisa dilumatkan atau berbentuk daun ara yang bisa dilipat….”
Akan tetapi dokter itu menolak dengan menggerak-gerakkan tangannya dengan cepat, sejurus kemudian dengan gesit menyelinap keluar dari apartemen itu dan terus pulang. Bersyukur sekali ia telah berhasil melepaskan barang itu dari tangannya….
Ketika temannya sudah pergi, sang pengacara mengamat-amati tempat lilin itu, merabanya, dan kemudian, seperti dokter itu, memeras otak tentang apa yang harus dilakukannya dengan batang itu.