Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepotong Kayu untuk Tuhan

3 September 2010   19:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:28 4276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_249524" align="alignleft" width="225" caption="Pohon Nangka (http://karanganyar.olx.co.id)"][/caption]

Sepotong Kayu untuk Tuhan adalah cerita pendek (cerpen) karya sastrawan sufistik Kuntowijoyo. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki tua yang ingin memberikan sumbangan demi agama, tanpa diketahui orang banyak. Dalam cerpen ini si lelaki tua ingin merahasiakan sumbangan yang akan diberikan dengan maksud agar dirinya tidak menjadi sombong atau riya‘.

Di benak si lelaki tua dalam cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan tersebut, memberi sumbangan demi agama musti dilakukan dengan kegembiraan dan keikhlasan, bukan untuk pamer dan bukan pula agar orang memandang sebagai orang kaya atau berjasa.

Cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan rasanya merupakan paradoks dengan beberapa peristiwa yang senantiasa berulang di bulan Ramadhan ini. Di mana kita saksikan berita melalui media massa cetak maupun elektronika, tentang seseorang memberi suatu sumbangan atas nama agama kepada orang miskin secara demontratif. Yang terjadi kemudian, di samping terkesan pamer, tidak jarang demonstrasi sumbangan tersebut berakhir dengan ricuh. Tak jarang mengakibatkan jatuh korban sia-sia dari kalangan orang miskin. Sungguh kasihan benar nasib orang miskin…

Dengan hanya membaca ringkasan cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhandi bawah ini, harapan saya kepada sidang pembaca, hendaknya jika kita ingin berderma sesuatu kepada institusi atau orang lain yang sedang membutuhkan musti dilandasi oleh keikhlasan. Semata-mata diniatkan untuk mencari ridha-Nya. Seyogyanya secara diam-diam. Bukannya malah kita demonstrasikan, yang terkesan ada motif riya’ dibaliknya. Bukan berkah yang didapatkan, namun bencana yang menghampiri.

Semoga kita bukan termasuk orang-orang semacam itu….

***

Kini marilah kita simak ringkasan cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan dimaksud. Dikisahkan bahwa seorang lelaki tua di sebuah dusun terpencil ditinggalkan oleh istrinya, yang sedang menjenguk cucu-cucunya. Istri si lelaki tua tersebut, tipikal perempuan bawel, dan senantiasa mengatakan suaminya adalah seorang pemalas. Dalam kenyataannya, si lelaki tua itu adalah seorang laki-laki yang gemar bekerja keras.

Tatkala lelaki tua itu sendiri saja di rumah, ia senang alang kepalang. Lantas muncul keinginannya untuk bermalas-malas, menikmati hari-hari luang tanpa mendapat gerutuan istrinya. Namun demikian, kesadarannya bangkit: seorang yang beragama tidak boleh bersantai-santai dan bermalas-malasan. Ia kemudian tersadarkan bahwa tidak jauh dari  rumahnya akan dibangun sebuah rumah ibadah. Ia bermaksud memberi sumbangan.

Maka bergegas ia ke kebun miliknya, dan menemukan ide bahwa sebaiknya ia memberikan sumbangan sebatang kayu nangka yang kuat dan besar. Kayu nangka itu sudah tua usianya dan baik untuk tiang bangunan tempat ibadah. Dalam pikirannya toh pohon itu ia sendiri yang menanamnya dan merawatnya hingga besar.

Berbeda dengan orang lain, ia ingin menyampaikan sumbangannya tanpa diketahui oleh banyak orang. Diam-diam ia menebang pohon nangka itu bersama seorang penebang kayu yang bersedia merahasiakan maksud-maksudnya.

Ketika kayu telah ditebang, ia hanyutkan balok kayu itu ke sungai. Dan kayu itu pun terhenti tepat tidak jauh dari tempat ibadah yang akan dibangun. Si lelaki tua yang saleh itu gembira, tidak lama lagi angan-angannya menyumbang tanpa diketahui banyak orang tersebut akan terwujud. Pikirnya, orang-orang akan melihat balok kayu itu dan akan membawanya ke tempat ibadah yang sedang dibangun.

Akan tetapi untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, tengah malam banjir datang dan kayu nangka itu pun hanyut dibawa air bah ke tempat yang jauh dan tak diketahui lagi di mana rimbanya.

Semestinya cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan itu ditutup dengan kekecewaan sang tokoh, namun Kuntowijyo melakukan hal sebaliknya. Lelaki tua itu berhasil mengatasi kekecewaannya dengan iman. Seraya menyadari kesalahannya, lelaki tua itu tersenyum dan berkata, “Sesuatu telah hilang. Tidak. Tidak ada yang hilang. Sampai kepada-Mu-kah, Tuhan?”

***

Dalam cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan di atas ditekankan masalah kecintaan seseorang kepada Tuhan dan pengabdiannya yang tanpa pamrih. Dikatakan oleh Kuntowijoyo dalam cerpennya itu bahwa segala sesuatu tidak pernah diciptakan sia-sia, dan karenanya manusia tidak boleh menyia-nyiakan waktu, yakni dengan bekerja, berpikir dan beribadah secara giat. Juga ditonjolkan hendaknya segala apa yang dikerjakan oleh individual datang dari kesadaran bukan karena paksaan dari luar.

*****

Sumber Ilustrasi Gambar: http://karanganyar.olx.co.id

Referensi: Abdul Hadi WM, Sastra Transedental dan Kecenderungan Sufistik Kepengarangan di Indonesia, makalah Festival Istiqlal tahun 1991.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun