Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Urbaningrum: Soal Kandidat RI 1, Tanya Saya Tahun 2013!

6 Agustus 2010   06:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_4744" align="alignleft" width="270" caption="Munas KAHMI 2009 dari kiri Saan Mustopa, Lely Soebekty Saad, Muhammad Saad, Anas Urbaningrum dan Joni Nur Ashari (Foto: Dwikis)"][/caption]

Beberapa hari lalu Redaktur Eksekutif Majalah Femina, Yoseptin Pratiwi, menemui saya bermaksud meminjam koleksi foto tatkala Anas Urbaningrum menjabat Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999. Menurut Yoseptin, foto yang akan dipinjam tersebut untuk ilustrasi tulisan tentang Anas Urbaningrum. Dengan berseloroh saya mengatakan, "Nggak usah dipinjam mbak. Saya hibahkan saja."

Benar saja, pada Majalah Femina bergambar sampul artis cantik Alexandra Gottardo edisi No. 31/XXXVIII • 7 - 13 Agustus 2010, Yoseptin Pratiwi menurunkan tulisan bertajuk Ilmu Takaran Anas Urbaningrum sepanjang 4 halaman pada rubrik Omong-Omong.

Ada enam item topik yang disajikan tentang Anas Urbaningrum dimaksud. Keenam topik tersebut masing-masing: Hidup Saya Datar Saja, Saya Pendiam Anak Saya 'The Protestant', Saya 'Si Air Dingin', Saya Orang HMI, Saya Gagal  Jadi Dosen, dan Soal Kandidat RI 1 Tanya Saya Tahun 2013!

Tentang Ilmu Takaran ala Anas Urbaningrum, ia mengatakan, "Bagaimanapun, saya dari kecil diajari orang tua ilmu takaran, yaitu segala sesuatu itu harus ada takarannya. Misal, saat ini waktunya tampil, waktunya bicara. Atau, sekarang ini waktunya diam, jangan bicara dulu, tapi tunggu dulu sampai matang, entoh besok atau lusa. Saya beruntung memiliki ilmu itu karena bisa membantu saya untu tidak reaktif."

Dari keenam topik pernak-pernik Anas Urbaningrum itu, di blog ini akan saya turunkan lengkap topik di halaman 60: Soal Kandidat RI 1 Tanya Saya Tahun 2013! Sedangkan apabila pembaca penasaran dengan topik-topik lainnya, silakan segera mencari Majalah Femina edisi No. 31/XXXVIII • 7 - 13 Agustus 2010 di toko buku atau kios majalah favorit anda.

Bagaimanapun, saya dari kecil diajari orang tua ilmu takaran, yaitu segala sesuatu itu harus ada takarannya. Misal, saat ini waktunya tampil, waktunya bicara. Atau, sekarang ini waktunya diam, jangan bicara dulu, tapi tunggu dulu sampai matang, entoh besok atau lusa. Saya beruntung memiliki ilmu itu karena bisa membantu saya untuk tidak reaktif

****

Berikut narasi Anas Urbaningrum di Majalah Femina dengan titel Soal Kandidat RI 1 Tanya Saya Tahun 2013! Selengkapnya:

Ketika maju menjadi calon Ketua Umum HMI Periode 1997-199, saya adalah calon paling muda, yang mungkin tidak diperhitungkan. Ah, masih anak kecil, tidak bakalan menang. Saya maju karena dukungan teman-teman. Saya menawarkan sesuatu yang berbeda.

Bila calon lain menawarkan warna yang lebih politik, saya lebih intelektual. Saya calon Ketua Umum HMI yang pertama kali melakukan kampanye dengan menerbitkan buku yang berjudul Menuju Masyarakat Madani. Dalam hal itu kemudian menjadi tradisi di HMI. Dalam kongres, yang berlangsung cukup panas, saya berhasil menjadi ketua umum.

Keberhasilan itu benar-benar menjadi pelajaran penting bagi saya. Karena, pemilihan itu jauh lebih complicated. Bukan hanya siapa tokoh di belakang masing-masing calon, namun mahasiswa itu sangat cair, seperti bola liar yang sulit dipegang. Perasaan, saya merasa lebih surprise ketika menang jadi Ketua HMI, ketimbang Ketua Partai Demokrat.

Saya maju menjadi Ketua Umum Partai Demokrat juga karena dukungan teman-teman di DPP, DPD, dan DPC. Tapi, saya memutuskan maju, hanya 3 bulan sebelum kongres, tepat setelah saya selesai mengurus Pansus Century yang penuh huru-hara itu.

Meski begitu, sejak awal saya bilang pada teman-teman, menang kalah itu bukan yang utama. Walaupun dari kalkulasi politik saya merasakan adanya setrum, tapi belum dihitung dengan persis.

Tapi, menjelang saya berangkat ke kongres di Bandung itu, saya optimis bila kongres berjalan normal dan tidak ada tsunami politik, secara angka dukungan kami akan menang. Tidak terlalu sulit untuk menghitung jumlah dukungan, karena saya pernah belajar itu di HMI.

Setelah menjadi ketua umum, saya berkomitmen untuk fokus mengurus partai. Saya meninggalkan kursi DPR agar pikiran tak bercabang. Kini saya dan keluarga hidup dari gaji sebagai ketua umum partai saja.

Bila orang sibuk mengait-ngaitkan nama saya sebagai kandidat presiden untuk pemilu 2014, saya tidak terlalu menanggapi karena fokus saya hanya melaksanakan tugas yang diamanatkan kepada saya sebaik mungkin.

Bahkan, kadang-kadang, saya rela mengerjakan sesuatu yang melebihi tugas-tugas pokok saya.

Dalam bahasa Jawa, pokoknya apa yang bisa saya candhak (pegang), ya, saya jalankan.

Kalau ini episode yang menjadi simbol achivement, saya sudah amat bersyukur. Menjadi seperti yang sekarang adalah sesuatu yang tak terbayangkan. Bukan hanya saya, tapi juga keluarga dan teman-teman saya.

Makanya, wujud rasa syukur yang paling bertanggungjawab adalah menunaikan tugas dengan sebaik mungkin, itu saja. Soal tahun 2014? Saya akan jawab nanti pada tahun 2013 saja. Toh, kalau jalur saya memang ke sana, tahun 2019 atau 2024 pun belum terlalu tua untuk saya. Biarlan semua mengalir begitu saja.

*****

Posting di atas tayang beberapa menit sebelumnya di Dwiki Setiyawan's Blog, telusuri pula artikel terkait:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun