Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Money

Titip Rindu Buat Ibuku

29 Juli 2010   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dengan tabungan hasil usahanya itu, suatu ketika aku pernah diajak pulang ke Yogya dan Klaten naik kereta api. Ada momen kecil dan indah untuk dikenang saat bepergian dengan ibu pada sebuah rangkaian gerbong kereta api. Saat ia membuka bekal perjalanan, dikeluarkannya beberapa butir telur asin yang dibawanya. Bukan untuk dimakan kami saja, namun untuk dibagikan kepada beberapa penumpang sebelahya.

Berbagi kebahagian pada sesama, barangkali suatu sifat yang patut aku teladani dari sosok ibuku. Kelak bertahun kemudian, aku dengar cerita menawan tentang ibu dari bebarapa sepupu, kerabat dan tetanggaku di Jogya dan Klaten. Walau bukan dari keluarga mampu, setiap pulang kampung, kata mereka,  ibu acap menyelipkan lembaran-lembaran uang kertas satu ringgit (Rp 2,5) kepada mereka sembari berkata ramah dan menyunggingkan senyum. Bukan soal sedikit atau banyaknya yang diterima, namun mereka melihat ada ketulusan di balik pemberian itu. Terus terang aku bangga mendengar cerita tentang kemurahan ibuku itu.

Tiga puluh tahun lebih telah berlalu, aku titip rindu buat ibuku. Ingin rasanya aku bertemu, sekalipun itu hanya dalam mimpi. Aku ingin bersimpuh di pangkuanmu, sembari memohon maaf dan berterima kasih kepadamu. Ingin pula aku kecup kening dan sentuh jari-jemari tangan halusmu… Walau hanya mengenal sosoknya tak terlalu lama, ada suri teladan yang ditinggalkannya. Dan menjadi warisan tak ternilai harganya. Membekas di lubuk hati.

Warisan tak ternilai harganya dari ibuku bukan muncul dari kata-kata yang terucap. Namun dari bahasa tubuh dan tindakan nyata yang pernah aku saksikan dari sejengkal kenangan bersamanya. Ia seakan-akan lirih berucap, “Anakku, dalam hidup di dunia yang sebentar ini, dalam keadaan apapun engkau harus berbagi kebahagiaan pada sesama. Engkau wajib peduli pada lingkungan sekelilingmu. Apa saja sesuatu kelebihan pada dirimu, bagikanlah untuk orang lain. Terlebih bagi membutuhkan.  Jika engkau memiliki rezeki banyak atau sedikit, janganlah pelit berbagi. Pun ilmu yang engkau dapatkan, tularkan pada yang lain. Dan janganlah engkau mengharapkan datang balasan dari sikap pedulimu itu. Tuhan tidak pernah tidur, dan engkau akan dapat balasan setimpal dari-Nya tanpa engkau mengetahui apa, bilamana dan bagaimana semuanya itu datang.”

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun