Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menetapkan Pelabuhan Tujuan (Panduan Menulis 2)

23 Desember 2009   19:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dengan adanya kerangka itu, maka akan tampak pula kejadian-kejadian yang sambung menyambung hingga tulisan fiksi itu tamat. Kejadian sambung menyambung seyogyanya mencapai klimaks. Sehingga bila diputus ceritanya, orang akan bertanya, “Bagaimana kelanjutannya?”

Di sinetron televisi atau film-film bioskop (berseri), acapkali kita melihat sebuah cerita dihentikan justru pada saat kita ingin mengetahui bagaimana kelanjutannya. Itu tiada lain sutradara memutuskan sinetron atau film pada suatu klimaks. Dengannya penonton musti menunggu dengan berdebar-debar bagaimana kelanjutannya.

Segi lain di luar masalah pentingnya kerangka dalam penulisan fiksi , yakni adanya  “unsur tiba-tiba “atau “unsur tidak terduga”. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai element of surprise. Contohnya, balas dendam yang aneh tokoh Keiko dalam novel Keindahan dan Kesedihan karya Yanunari Kawabata, misalnya, merupakan “unsur tiba-tiba” dan  “unsur tidak terduga” yang menyentak pembaca novel tersebut.

Menulis non fiksi, saya rasa juga memerlukan kerangka. Walaupun tidak mutlak. Di luar kerangka, apabila kita membuat artikel atau esei, agar lebih akurat diperlukan catatan-catatan (dapat berupa suatu kutipan atau suatu referensi).

Catatan dalam penulisan artikel atau esei bisa berupa informasi  baru mengenai tema yang akan ditulis. Namun bisa pula didasarkan suatu  bacaan atau pengalaman yang pernah kita alami. Jika anda seorang pengarsip yang baik, maka catatan atas suatu kejadian masa lalu tentunya ditulis dalam buku agenda atau diary. Namun bisa pula catatan itu masih mengawang-awang di benak pikiran. Apabila berdasarkan ingatan, sudah barang tentu pula diverifikasi untuk menghindari kesalahan saat penulisan.

***

Kembali ke fokus bahasan, hendaknya sedari awal menetapkan pelabuhan tujuan dalam menulis. Dengan pelabuhan tujuan yang jelas, saat bahtera yang akan dikemudikan itu (aktivitas menulis) terombang-ambing di lautan, anda tetap konsisten mengarahkan bahtera menuju pelabuhan harapan.

*****

Dwiki Setiyawan

Bersambung Bagian 3: Kunci Utamanya Disiplin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun