Siapasih yang dari kita ga kenal dengan sosok Minke? yah, pemeran utama dari karya tulis Pramoedya Ananta Toer. Sosok Minke yang digambarkan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetraloginya, bukan hanya sesosok pemuda fana, Pada kenyataannya ia ada, walau beberapa part kisahnya dalam tetralogi Pram, hanya sebagai cerita-cerita pemanis.
Tapi, dari kita tau gasih sosok Minke ini dalam dunia sebenarnya siapa? yaitu Radem Mas Tirto Adhi Soejo (Nama kecil : Djokomono), sosok yang dikenal dengan Bapak Pres Indonesia.Â
Tetapi, jika kita lihat kembali, dari Tetralogi Karya Prmoedya Ananta Toer, RM Tirto Adhi Soejo adalah sosok pemuda yang banyak sekali sumbangsihnya pada Negeri ini, bukan hanya soal pres saja, tapi juga upaya kemerdekaan lainnya, seperti persatuan masyarakat, ekonomi, dan pendidikan. Â Seorang pemuda mandiri yang sudah kritis sejak remaja.
Bahkan, untuk permulaan dari program kesatuan masyarakat Hindia Belanda atau mudahnya Organisasi Nasional Moderen, RM Tirto Adhi Sudjo-lah sosok pembangun dan pemula dari pendirinya.Â
Organisasi pertama yang didirikannya pada tahun 1906 ialah Sarekat Prijaji (Organisasi yang berfokus pada niat untuk memajukan anak Negeri dengan membentuk lembaga dana pendidikan atau studiefonds). Tetapi masa kebangkitan dari Sarekat Prijaji hanya sampai tahun 1907, kabar dari penyebab padamnya-pun masih simpang siur.
Semangat juang RM Tirto Adhi Sudjo saat mendirikan Sarekat Prijaji tidak habis sampai situ, organisasi hasil diriannya tersebut, terdengar juga oleh mahasiswa-mahasiswa pribumi yang bersekolah dengannya dulu di STOVIA : School tot Opleiding van Indische Artsen (sekolah Kedokteran) dan juga dapat dukungan dari seorang pensiunan dokter-jawa bernama dr. Wahidin Sudirohusodo yang pada saat itu sedang mengunjungi STOVIA dan menyerukan kepada siswa-siswa di sana agar mendirikan satu organisasi.
Selang setahun dari padamnya Sarekat Prijaji, berdirilah organisasi nasional yang baru yang bernama BO (Budi Oetomo) pada tahun 1908 (yang kemudian dicetuskan menjadi organisasi pertama dan hari berdirinya dijadikan Harkitnas oleh ir. Soekarno). Budi Oetomo memiliki tipe cakupan yang tak jauh berbeda dengan SP, sama-sama jenis perhimpunan yang beranggotakan para priyayi atau bangsawan.Â
Meskipun cakupannya tidak seluas SP, BO hanya sebatas jawa-madura saja). RM Tirto Adhi Sudjo-pun ikut mendukung pendirian Organisasi tersebut, dengan ikut mempropagandakan hal tersebut di Media Cetaknya (Medan Prijaji : Nama Media Cetak terbitan TAS) dan ia juga menjadi anggota BO Afdeeling II Bandung.
Tak jauh berbeda dengan Sarekat Prijaji, selang setahun perkembangan BO menurun. Hal itu dibuktikan dengan jatuhnya kepemimpinan BO pada angkatan tua (kubu Radjiman Wedyodiningrat), dan Kekuatan kolonial-pun ikut campur dalam pergeseran tersebut.
Setelah jatuhnya BO ke tangan angkatan tua, Â RM. Tirto AS, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat mengundurkan diri dari BO. Kemudian Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat bergabung dengan E F E Douwes Dekker, yang nantinya tiga orang atau dikenal tiga serangkai ini ikut mendeklarasikan sebuah organisasi bernama Indische Partij (IP) di Bandung. Organisasi yang menyerukan kemerdekaannya lewat Media yang dinamai De Express.
Berlanjut dari setelah keluarnya RM Tirto Adhi Sudjo dari BO, RM Tirto Adhi Sudjo-pun berinisiatif untuk mendirikan organisasi nasional lagi yang cakupannya lebih luas, yaitu Serikat Dagang Islam (Landasan yang digunakan dalam pendirian SDI ialah "Kaum Mardika", terjemahan dari bahasa Belanda "Vrije Burgers", yaitu mereka yang mendapatkan penghidupanya bukan dari pengabdian pada Gubermen, Keanggotaannya mencakup seluruh golongan menengah yang terdiri dari pedagang, petani, pekerja, tukang, peladang. Sedang unsur pengikatnya adalah Islam) Â