Mohon tunggu...
Dwi Haryanti
Dwi Haryanti Mohon Tunggu... Relawan - Bukan Pewayang

Tulislah apa yang bisa kau tulis, Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, yang penting mah seneng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenang Gugurnya Imam NII (Mata Pisau Dibalik Pascaproklamasi)

30 Juni 2021   14:30 Diperbarui: 30 Juni 2021   14:36 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramoedya Ananta Toer - Sekali Peristiwa di Banten Selatan

....Beberapa tahun lalu, Indonesia dihebohkan dengan kabar "pergerakan perubahan sistem pemerintahan", yang mulanya dipimpin oleh bakal calon (presiden) dengan sistem demokrasi, akan diganti menjadi sistem khilafah, yang mana segala aturannya berdasar dari hukum Syariah.


Dilansir dari laman KOMPAS.com - Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menilai, ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terbukti ingin mendirikan negara khilafah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bukti ini dijadikan salah satu pertimbangan hakim untuk menolak gugatan yang diajukan HTI terkait pembubaran ormas.
Menurut Hakim, hal itu terlihat dari bukti-bukti yang ditampilkan saat persidangan berlangsung.
Salah satu bukti yang dipertimbangkan majelis hakim ialah buku 'Struktur Negara Khilafah' yang diterbitkan HTI pada tahun 2005.
Menimbang bahwa buku 'Struktur Negara Khilafah' yang diterbitkan HTI 2005, penggugat memandang demokrasi adalah sistem kufur karena menjadikan kewenangan ada di tangan manusia bukan pada Allah. Dengan demikian, penggugat tidak menghendaki adanya pemilu," ucapnya. (7/5/2018).


Hal tersebut sedikit banyaknya cukup mencuri perhatian publik. Pro dan kontra pastinya dijumpai dalam berbagai konflik, Begitupun isu yang tak kalah menggemparkan ini.


Menurut kompasioner sendiri gimana nih? Setuju atau Tidak Indonesia menjadi Negeri Khilafah?


Sekarang ini, Penulis tidak akan fokus terhadap bahasan isu "Gerakan pergantian sistem" yang terjadi 3 tahun lalu.


Tapi ingin sedikitnya menjabarkan kembali atau menguak kembali tragedi yang lebih dulu terjadi. Musabab kenapa tidak sejak dulu saja sistem Islamisme ini ditegakkan di Nasion Indonesia.


Sebagian dari kita pasti kenal Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, anak asuh dari HOS Tjorkroaminoto (Salah satu Pemimpin dari ormas tertua di Indonesia yaitu Serikat Islam), Kawan karib dari Soekarno, dan Semaun, pemuda yang namanya masih didengungkan sampai saat ini karna kisah hidupnya yang tersorot media. Sehingga masih jadi bahasan hangat hingga sekarang.


Menurut kabarnya, ketiga pemuda yang fenomenal ini, walaupun terlahir dari asuhan Raja Jawa Tanpa Mahkota. Pola berfikir, cara pandang, dan tangkapan dari ajaran yang dituahkan memiliki metodenya tersendiri. Semua memang sama-sama memiliki niat persatuan, mensejahterakan yang membutuhkan, namun, yang sudah sejahtera ini baiknya diapakan?.


Soekarno sendiri  memiliki intuisi yang berdasarkan nasionalis, ia sadar bahwa nasion Indonesia lahir bukan hanya dari satu warna.


Begitupun Semaun, penuh sadar akan perbedaan tersebut, dan baginya ketidak samarataan itulah asal muasal ketimpangan yang terjadi dan akan terjadi kelak.


Dan bagaimana dengan Kartosuwirjo?


Seorang yang ingin mendirikan NII (Negara Islam Indonesia) dengan membangun ormas bernamakan DI (Darul Islam)atau TII (Tentara Islam Indonesia). Yang membawa-bawa agama dalam khalayak umum. Bahkan omong dari omong, sebab keberanian berfikir dan bertindaknya ini, ia mengakhiri hidupnya, tidak bersamaan dengan kehendaknya. Pada 4 Juni 1962 Kartosoewirjo dan pengikutnya di daerah Gunung Sangkar dan Gunung Geber di Jawa Barat, ditangkap oleh Batalyon Kujang II Siliwangi, dan Pengadilan Mahkamah Militer menyatakan Kartosoewirjo bersalah dan menjatuhkan vonis hukuman mati.


Ntah bagaimana, hal tersebut sebenarnya cukup membuat penasaran dalam hati Penulis, kenapa harus sampai vonis mati? Apa agama begitu dilarang?


Bukankah agama itu Universal, dan agama itulah sumber  dari kedamaian? Apa yang salah?, dan bagian mana yang disalahkan?


Tragedi ini dimulai pada saat DI didirikan,  dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim (SM Kartosoewirjo)** di Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Sebuah kisah yg mengambil latar tempat hampir seluruh tataran Indonesia menjadi saksi kebengisan penyalah gunaan agama yang dipertunjukan para pemberontak ke Masyarakat.


Latar belakang terjadinya Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) disetiap wilayah jarahan memiliki Pimpinan dan alasannya tersendiri. Meskipun Tujuan awal tetap karna besarnya rasa ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia.


- Pemberontakan DI/TII dipimpin Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, di Jawa Barat
- Pemberontakan DI/TII dipimpin Daud Beureueh, di Aceh
- Pemberontakan DI/TII dipimpin Amir Fatah, di Jawa Tengah
- Pemberontakan DI/TII dipimpin Ibnu Hadjar, di Kalimantan Selatan
- Pemberontakan DI/TII dipimpin Kahar Muzakar, di Sulawesi Selatan


Bagai mata pisau, walaupun agama menjadi dasar pergerakannya, namun gerakan yang dilakukan berbalik jauh dengan ajaran yang sebenarnya.


Seperti kisah yang diabadikan Pram dalam Karyanya "Sekali Peristiwa di Banten Selatan" Salah satu tempat yang menjadi saksi sekaligus korban kekejaman pemberontakan Darul Islam. (yang saat itu menjadi wilayah kekuasaan Belanda, karna perjanjian Renvile (Jawa Barat)).


Pada saat itupun aparatur pemerintahan resmi tidaklah diam, hanya saja strategi yang ada memang belum maksimal sehinggal penanganan berjalan sangat alot.


Penganut atau anggota dari DI/TII ini diduga menafsirkan agama Islam secara kaku, atau bisa dibilang penganut fanatik. Hal itu dapat dilihat dari Pelarangan menjalankan budaya kesenian daerah seperti tapi pakkarena di Sulawesi Selatan tidak boleh dilakukan.


Sebab itu pada 1962 setelah SM Kartosuwirjo ditangkap, DI/TII resmi dibubarkan, karena dianggap organisasi tidak resmi dan memang Kurangnya dukungan dari masyarakat, khususnya masyarakat yang sempat menjadi korban pemberontakan, sehingga membuat perlawanannya cepat berakhir.


Setelah sepercik tragedi tersebut ditilik kembali, sedikitnya pasti muncul kesadaran dalam diri kita. Mengingat Negara kita tidak dihuni oleh satu agama. Bahkan  perjuangan yang dilakukan untuk membangun nasion ini bukan hanya dari satu ras saja. Tapi semua-muanya, tak kenal apa itu pahlawan, karna pahlawan itu lahir dari diri mereka sendiri, mereka yang ikut memperjuangkan tanah airnnya, dan mereka yang bergotong royong membangunnya tanpa pandang bulu. Sistem demokrasi yang membudaya sejak proklamasi didengungkan memang masih sangat layak digunakan hingga sekarang. Di Indonesia ini.


Dengan memanfaatkan sifat toleransi yang sudah masuk dalam diri kita sejak lama, budaya turun temurun sejak zaman kerajaan, sebesar apapun persoalannya, jika kita mau berGotong royong hasil terbaik pasti akan sangat bisa diupayakan.


Seperti yang dikutipan dari Buku "Sekali Peristiwa di Banten Selatan" yang ditulia Pramoedya Ananta Toer:


"Kalau kita semua tidak mau bersatu, kita semua akan berkelahi terus menerus satu dengan yang lain. Apa akhirnya? Akhirnya barang siapa yang kuat, dia berubah menjadi binatang buas...."(Hal.76).

Info lain:
* DI didirikan oleh majlis syuro yang dihadiri oleh perwakilan ulama-ulama dari beberapa gerakan umat Islam Indonesia. Dan Kartosuwiryo ditunjuk oleh kesepakatan Syuro, oleh suara perwakilan umat Islam Indonesia untuk menjadi pemimpin.
Majelis Syuro Muslimin Indonesia, adalah organisasi masyarakat yang dibentuk Jepang pada 1943 untuk meredam potensi pemberontakan yang mungkin dikerahkan kelompok Islam. Karna isu ini, setelah pembubaran DI/TII. Majelis Syuro ikut dibubarkan (pada masa pemerintahan Soekarno).(Sumber:https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201107112509-32-567049/sejarah-masyumi-partai-1945-yang-resmi-aktif-kembali)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun