Mohon tunggu...
Dwi Mughni Saddam Hanafiah
Dwi Mughni Saddam Hanafiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa tahun kedua di program studi Hubungan Internasional yang memiliki ketertarikan pada fenomena sosial-budaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menilik Efektivitas dan Pengaruh Hallyu dalam Diplomasi Budaya Korea Selatan di Kawasan Asia Pasifik

1 Juli 2023   22:52 Diperbarui: 2 Juli 2023   07:48 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un, sedang berbincang dengan musisi Korea Selatan, Red Velvet. Sumber gambar: South China Morning Post.

Di negara Asia Tenggara lain seperti Filipina dan Indonesia, keberadaan Hallyu pada umumnya diterima dengan baik dan bahkan cenderung menciptakan hibriditas. Di Filipina sendiri, popularitas Hallyu sukses membentuk citra positif Korea Selatan sebagai sebuah negara dalam sudut pandang masyarakat lokal (Igno & Cenidoza, 2016). Walaupun terdapat beberapa sentimen negatif, namun pada kenyataannya, Hallyu telah memengaruhi masyarakat Filipina pada banyak aspek kehidupan. Penerimaan ini menjadi salah satu formula dalam kelancaran hubungan bilateral kedua negara. Hal yang serupa berlaku di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar dari produk-produk Hallyu, terlihat dari adanya pengaruh kuatnya pada industri hiburan Indonesia yang bisa diamati secara langsung, mulai dari K-pop, K-drama, K-food, K-beauty, dan produk digital seperti game. Pemerintah Korea Selatan berusaha mengembangkan keuntungan ini agar dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan hubungan kedua negara. Langkah ini direalisasikan melalui pembangunan Korean Cultural Center Indonesia di Jakarta.

Korea Selatan telah mengambil langkah yang tepat dalam penggunaan Hallyu sebagai alat diplomasi budaya. Melalui paparan di atas terlihat bagaimana kesuksesan Hallyu dalam menciptakan persepsi global mengenai Korea Selatan dan membentuk citra yang positif. Hallyu telah memengaruhi aspek kehidupan publik di beberapa negara di dunia, selanjutnya turut memengaruhi level hubungan negara tersebut dengan Korea Selatan. Hal ini menegaskan peran Hallyu atau Korean Wave sebagai instrumen diplomasi budaya dari Korea Selatan.

Kesimpulan

Korea Selatan sebagai sebuah negara sekaligus aktor dalam dinamika hubungan internasional telah berhasil mengembangkan potensi yang dimiliki negaranya. Melalui kesadaran sipil dan dukungan pemerintah, Korea Selatan mengkonversi budaya populernya yang disebut Hallyu menjadi soft power sejati. Hallyu sebagai salah satu sumber soft power, sebagaimana yang telah disinggung tadi, dimanfaatkan dalam bentuk kebijakan diplomasi publik untuk membangun pandangan akan citra positif Korea Selatan di kalangan masyarakat global. Brand Hallyu yang diinisiasi pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta akan menghasilkan kesan Korea Selatan sebagai mitra yang yang krusial bagi negara lain di dalam hubungan internasional (Walsh, 2014). Selanjutnya, eksistensi dan distribusi Hallyu akan menimbulkan pengaruhnya di beberapa negara di dunia dan turut memengaruhi hubungan yang terjalin antara negara penerima dan negara asal — Korea Selatan. Hubungan ini relatif memproduksi umpan balik yang tentatif bagi masyarakat asing, tetapi pada umumnya bersifat positif.

Hallyu sebagai strategi diplomasi publik tidak begitu saja beroperasi tanpa hambatan. Dalam hal ini, dikenal sebuah istilah dilema diplomasi budaya. Korea Selatan adalah contoh yang tepat untuk menganalisis dilema diplomasi budaya. Tujuan awal dari diplomasi budaya dengan pendekatan soft power adalah untuk memenuhi kepentingan nasional, tetapi di sisi lain juga harus dapat mengeliminasinya demi kebaikan bersama lewat pertukaran budaya (Ang et al., 2015). Namun, pada beberapa kesempatan, pemerintah Korea Selatan kurang cermat dalam memerhatikan hal ini, di mana mereka secara aktif terlalu memaksakan kepentingan nasional berupa motif politik dan ekonomi ke dalam produk budaya populernya. Hal ini berpotensi menimbulkan kesan buruk bagi pihak asing, terutama negara-negara terdekat di Asia Timur. Mereka bisa saja menganggap bahwa Hallyu telah ditransformasi menjadi sebuah propaganda. Dengan demikian, Korea Selatan akan dicap gagal dalam membangun citra positifnya sebagai “A Good Neighbor” karena kekentalan peranan pemerintah yang terlibat secara aktif. Inilah yang mengakibatkan munculnya backwash effect seperti gerakan anti-Hallyu di beberapa negara, misalnya Jepang.

Ditulis oleh Dwi Mughni Saddam Hanafiah dan Rafie Shalhan Fairza Irwin.

Daftar Pustaka:

Ang, I., Isar, Y. R., & Mar, P. (2015). Cultural diplomacy: Beyond the national interest? International Journal of Cultural Policy, 21(4), 365–381. https://doi.org/10.1080/10286632.2015.1042474

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2017). public diplomacy. Encyclopedia Britannica. Retrieved  June 28, from https://www.britannica.com/topic/public-diplomacy

Clarke, D. (2020). Cultural Diplomacy. Oxford Research Encyclopedia of International Studies. https://doi.org/10.1093/acrefore/9780190846626.013.543

Gibson, J. (2020). How South Korean pop culture can be a source of soft power - the case for South Korean Soft Power. Carnegie Endowment for International Peace. Retrieved  June 28, from https://carnegieendowment.org/2020/12/15/how-south-korean-pop-culture-can-be-source-of-soft-power-pub-83411

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun