Mohon tunggu...
Dwi Garini Oktavianti
Dwi Garini Oktavianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Musik Klasik Kurang Diminati di Indonesia

21 Oktober 2023   16:15 Diperbarui: 21 Oktober 2023   19:07 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Dwi Garini Oktavianti

Mahasiswa Program Studi : Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu : Drs. Syafruddin Pohan, S.H, M.Si, Ph.D.

Email : dwioktavianti02@gmail.com

Siapa yang tak kenal Mozart dan Beethoven? Ya, kedua nama legendaris ini sudah pasti muncul ketika kita sedang berbicara mengenai musik Klasik. Namun, nyatanya masih banyak yang tak tahu mengapa tokoh-tokoh ini terkenal atau mengapa musik mereka abadi dan masih lazim hingga saat ini. Seperti Sonata No. 14 "Moonlight" in C-Sharp Minor yang merupakan salah satu lagu terpopuler di kalangan para pendengar musik Klasik. Terdengar asing, bukan? 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa musik Klasik memiliki pandangan kuno, membosankan, dan juga ketinggalan zaman. Dilansir dari Arts Journal oleh Jack Miles dan Douglas McLennan, genre musik Klasik menjadi jenis musik yang paling sedikit disukai oleh anak muda. Bahkan pada tahun 2008, hanya 3% tiket penampilan musik Klasik yang berhasil dijual. 

Musik Klasik lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Musik ini tergolong dalam beberapa periodisasi, mulai dari periode Klasik, Barok, Rokoko, dan Romantik. Musik Klasik sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh besarnya, yakni Mozart, Bach, Beethoven, atau Haydn. Banyak dari mahakarya mereka yang masih diperdengarkan sampai hari ini.

Keberadaan musik Klasik kerap diartikan sebagai genre musik yang penuh dengan keindahan serta intelektualitas tinggi pada semua zaman. Seringkali dikaitkan dengan klasikisme, gaya seni, sastra, maupun arsitektur dari Eropa terutama pada abad ke-18. Salah satu karakteristik utama dari genre musik ini adalah memberi lebih banyak arti pada musik instrumentalnya. Di dalamnya terdapat irama dan nada yang teratur, bukan nada-nada miring. 

Musik Klasik sendiri masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Eropa. Pada saat itu, nada dan bunyi mereka dinilai "eksklusif" karena hanya bisa dinikmati oleh segelintir bangsawan Belanda dan pejabat-pejabat kaya dalam pertemuan klub-klub elit serta pesta eksklusif mereka. Barulah memasuki pertengahan tahun 1930-an, industri musik dan film Indonesia mulai memainkan musik Klasik dan mengadakan pentas orkestra yang walau pada saat itu jarang diduduki oleh orang Indonesia, sudah dapat dinikmati oleh rakyat. 

Dewasa ini, stigma bahwasanya musik Klasik hanya diperuntukkan bagi orang-orang dari kalangan tertentu masih melekat sehingga menyebabkan minat terhadap musik Klasik tergolong rendah. Berikut beberapa alasan mengapa musik Klasik kurang diminati, terutama di era modern: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun