"Mereka berjalan kaki ke sini, ke Civic, ke Turner. Bahkan ke Woden dan Belconnen untuk menyebarkan onde-onde ke toko-toko Asia, dan mengambil uang hasil penjualannya setiap sore."
"Aku belum paham."
"Uang hasil penjualan, mereka ambil secukupnya untuk makan. Sebagian mereka gunakan untuk membeli bahan-bahan untuk membuat onde-onde keesokan harinya. Dan sisanya, semuanya, mereka sumbangkan."
"Onde-ondenya enak?"
"Enak. Enak sekali. Aku koki senior, koki top dari Selangor, tapi tidak bisa mengalahkan kehebatan mereka dalam membuat onde-onde. Onde-onde buatan mereka kulitnya lembut. Kacang ijo isinya lumer. Wijennya gurih harum. Onde-onde buatanku, keras kulitnya. Gosong wijennya. Eh, kamu mau ke mana!"
"Ke toko Asia. Cari onde-onde!"
Kisah ini terinspirasi oleh sebuah percakapan dengan sebuah keluarga yang sangat saya hormati, keluarga Bapak Anton Lucas dan Ibu Sri Kadarsih, di Omah Permadi, Jogja.
Minggu, 12 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H