Sebagian pendapatan dari penjualan listrik ke PLN dan penjualan pilahan limbah daur ulang digunakan untuk biaya pengangkutan sampah. Sisa pendapatan digunakan untuk membantu pembiayaan proses pengolahan di TPSA dan perawatan peralatan. Tentu saja sekian banyak persen pendanaan berasal dari pemerintah.
Yang saya sampaikan di atas hanyalah sebuah harapan besar. Saya berharap Jogja bisa benar-benar bersih dari sampah dan bakar sampah, persis seperti yang saya harapkan di atas.
Mengapa yang saya harapkan Jogja? Karena, pertama, para pemimpin Jogja, Sri Sultan dan jajaran kepemimpinan di bawah beliau, sangat dicintai dan dihormati warganya, dan karena mereka terkenal dengan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat dan pro-lingkungan. Alasan kedua, warga Jogja adalah orang-orang yang berpikiran maju, enak diajak diskusi, dan mencintai lingkungan.
Belajar dari Bu Risma, Walikota Surabaya
Jogja bisa belajar dari Surabaya dalam mengelola sampah. Bu Risma sangat berhasil dalam menjadikan Surabaya super bersih (dan memiliki 'ribuan' taman dan hutan).Â
Surabaya yang dulunya kotor dan pengap, kini berudara bersih dan segar karena sampah hilang dari jalan-jalan dan kampung-kampungnya. Juga tidak ada bakar sampah di Kota Pahlawan ini. Dalam jiwa warga Surabaya sudah tertanam budaya malu membuang sampah dan budaya malu membakar sampah.
Sampah di kota bunga Tabebuya ini dikelola dengan sangat baik di TPSA di ujung barat kota. Bekas TPSA di ujung timur kota, di wilayah Keputih, disulap menjadi hutan bambu. Dulu Surabaya belajar ke Singapura tentang penghijauan kota, kini Singapura yang belajar ke Surabaya.
Sungai-sungai di Surabaya yang dulu kumuh dan bau penuh sampah sekarang diubah menjadi taman-taman nan indah dan bersih. Tidak perlu ke Yarra River di Melbourne untuk menikmati wisata tepi sungai.Â
Cukup ke Surabaya, ibukota Jawa Timur. Di sana akan kita temukan tepian sungai yang indah dan bersih, yang mengular dari taman Waduk Jagir Wonokromo, sampai taman-taman di sekitar Delta Plaza, Balai Pemuda, dan Gedung Grahadi, sampai Pelabuhan Ujung di Selat Madura.
Gerakan Risma, Khofifah, Ganjar, Sri Sultan, dan Ridwan Kamil untuk Indonesia bebas sampah
Peraturan tentang pengolahan sampah sudah lama ada, tapi pelaksanaannya secara nasional belum optimal, masih sporadis, dan bahkan di beberapa wilayah sangat menyedihkan. Perlu ada gerakan Indonesia bersih, gerakan Indonesia bebas sampah dan bebas bakar sampah, dari level bawah, dari daerah, dari kabupaten/kota, dari provinsi.