Mohon tunggu...
Dwi Eka Adhariani
Dwi Eka Adhariani Mohon Tunggu... Penulis - Universitas PTIQ

Pendidikan Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Berkata Baik atau Diam, Seni Berkomunikasi Pada Era Digital

6 Desember 2024   02:30 Diperbarui: 6 Desember 2024   02:30 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai warga negara yang tinggal Indonesia merasakan berbagai kemudahan dan keringanan terkait mendapatkan informasi publik. Informasi dari berbagai belahan dunia dapat diterima dengan cepat melalui media internet yang terjangkau, telepon selular atau pun saluran televisi digital. Pada saat yang sama, berbagai negara melakukan pembatasan akses internet, seperti kabar terbaru dari negara tetangga kita, sebagaimana dikutip Kompas (4/12/2024), Australia menetapkan undang-undang yang melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun menggunakan media sosial.

Diperkirakan pembatasan tersebut mencakup platform seperti TikTok, Instagram, X, dan Snapchat. Langkah ini bertujuan untuk melindungi anak-anak, agar dapat tumbuh secara optimal dan melindungi mereka dari risiko bahaya penggunaan media sosial.

Sumber Republika (10/09/2024) menyebutkan fenomena tawuran antar kelompok remaja masih menjadi masalah serius di berbagai daerah. Lebih mengkhawatirkannya lagi, aksi kekerasan ini semakin sering dipicu oleh ajakan dan provokasi melalui media sosial.

Merujuk pada pokok-pokok ajaran Islam, sebagai muslim di tengah informasi yang serba cepat khususnya yang beredar di media sosial kita patut mempunyai saringan informasi atau filter dengan kembali menggali nilai-nilai yang menjadi pedoman setiap manusia, agar apa yang kita lakukan membawa kebaikan dan keselamatan bersama. Bahasan penulis kali ini terkait lisan atau perkataan sehari-hari, kerap menjadi sebab timbulkan konflik.


"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan kebaikan atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya."

Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab al-Adab, bab Man Kaana Yu'minu bil-Llahi wal-Yaumil-Aakhir fa-la Yu'adzdzi Jaarahu, nomor 5672. Dan dalam Shahih Muslim terdapat pada kitab al-limaan, bab al-Hatstsu 'ala Ikraamil-Jaari wadh-Dhaif wa Luzuumush-Shamti illa 'anil-KHair wa Kauun dzaalika Kulluhu minal-limaan, nomor 47.  

Ibnu Hajar ra. berkata, "Hadis ini termasuk ucapan yang singkat dan padat, mencakup tiga hal yang terangkum di dalamnya berbagai akhlak terpuji, baik dalam perbuatan maupun ucapan, yaitu perkataan yang baik, penghormatan terhadap tetangga, dan penghormatan terhadap tamu."

Sebagian dari tanda kesempurnaan iman adalah berkata baik, atau diam

Dalam hadis ini Rasulullah saw. menganjurkan kita agar melakukan berbagai macam amal kebajikan yang membuahkan balasan dan manfaat yang besar. Baginda menjelaskan bahwa sebagian dari tanda kesempurnaan iman dan Islam seseorang adalah berbicara dengan sesuatu yang membawa manfaat, baik bagi dunianya maupun akhiratnya, serta membuahkan kebahagiaan dan ketenangan dari masyarakat. Jika pembicaraan hanya melahirkan rasa sakit dan mengarah kepada kerusakan, maka dia lebih memilih diam, karena takut kepada kemarahan dan kemurkaan Allah.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad dalam Musnad-nya "Dari Anas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda "Tidak akan lurus (benar) keimanan seorang hamba kecuali setelah hatinya lurus, dan tidak akan lurus hatinya hati seorang hamba, kecuali setelah lisannya lurus."

Thabrani juga meriwayatkan hadis dari Anas ra. dari Nabi saw. bersabda : "Dari Anas ra. dari Nabi saw. Nabi bersabda, "Seorang hamba tidak akan bisa sampai pada hakikat iman, kecuali setelah ia menahan lisannya."

Seorang muslim, jika mau bicara hendaklah berpikir terlebih dahulu. Jika ia melihat apa yang akan diucapkan adalah kebaikan dan bisa mendapatkan pahala, barulah ia mengucapkannya. Namun, jika keburukan, atau sifatnya tidak jelas, maka hendaklah ia menahan dan tidak mengucapkan. Sikap seperti ini membawa kebaikan dan keselamatan baginya. Karena setiap lafadz yang ia ucapkan akan dihisab. Hanya ada dua kemungkinan, pahala atau siksa. Allah swt berfirman, "Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaf : 18).

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut, akan tetapi satu kata itu sangat berharga di sisi Allah. Seseorang mengucapkan satu kata yang dibenci Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut, akan tetapi satu kata itu menyebabkan masuk neraka." (HR Bukhari)

 

Adab Berbicara

Seorang muslim hendaknya senantiasa berusaha membicarakan hal-hal yang mendatangkan manfaat, dan tidak mengucapkan ucapan yang tidak diperbolehkan. Dalam mensifati orang mukmin, Allah swt, berfirman, "Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna." (Al-Mukminun : 3). Perkataan tidak berguna tersebut di antaranya ghibah, namimah, mencela orang lain, dan lain sebagainya.

Seorang muslim hendaknya tidak banyak bicara. Karena dengan banyak bicara, meskipun dalam hal yang diperbolehkan, bisa jadi menjerumuskan kepada hal yang dilarang maupun makruh. Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jangan kalian banyak bicara, yang bukan zikir kepada Allah. Karena banyak bicara, yang bukan zikir kepada Allah, akan membuat hati keras. Dan manusia yang paling jauh dari Tuhannya adalah yang hatinya keras." Umar ra berkata, "Barangsiapa yang banyak bicara, tentu banyak salahnya. Barangsiapa yang banyak salahnya, tentu banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya maka neraka lebih pantas baginya."

Wajib berbicara ketika diperlukan, terutama untuk menjelaskan kebenaran dan amar ma'ruf nahi munkar (ajaran Islam yang berarti menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah orang lain dari berbuat kejahatan). Ini adalah sikap mulia yang jika ditinggalkan termasuk pelanggaran dan berdosa, karena orang yang mendiamkan kebenaran pada dasarnya adalah setan bisu.

Dengan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang semakin cepat, penting untuk menjaga etika berkomunikasi, seperti menjaga kesopanan, kejelasan pesan, dan menghargai pendapat orang lain. Dalam ruang digital, komunikasi dapat disalahartikan lebih mudah tanpa interaksi fisik. Dalam keseluruhan, berkomunikasi di era digital memberikan banyak kemudahan, tetapi juga memerlukan perhatian lebih dalam hal etika dan keamanan untuk menjaga kualitas komunikasi yang efektif dan aman.

Berikutnya setiap pribadi dianjurkan senantiasa membaca, memahami dan menelaah dengan cermat serta taat kepada rambu-rambu baik kepada agama maupun yang telah ditetapkan oleh negara berupa UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik), niscaya dapat membawa ketentraman dan kedamaian. (Dea21)

Referensi :

Polisi Ungkap Tawuran Dipicu Ajakan dari Medsos Masih Marak, Republika 10 September 2024. https://news.republika.co.id/berita/sjlv4k425/polisi-ungkap-tawuran-dipicu-ajakan-dari-medsos-masih-marak

Australia Larang Remaja di Bawah 16 Tahun Main Media Sosial, Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?", Kompas 4 Desember 2024. https://lifestyle.kompas.com/read/2024/12/04/110100920/australia-larang-remaja-di-bawah-16-tahun-main-media-sosial-mungkinkah.

Dr. Musthafa Al-Buqha -- Muhyidin Misto, Syarah Arbain Nawawi, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Rabbani Press, Jakarta 2005

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun