Seorang muslim, jika mau bicara hendaklah berpikir terlebih dahulu. Jika ia melihat apa yang akan diucapkan adalah kebaikan dan bisa mendapatkan pahala, barulah ia mengucapkannya. Namun, jika keburukan, atau sifatnya tidak jelas, maka hendaklah ia menahan dan tidak mengucapkan. Sikap seperti ini membawa kebaikan dan keselamatan baginya. Karena setiap lafadz yang ia ucapkan akan dihisab. Hanya ada dua kemungkinan, pahala atau siksa. Allah swt berfirman, "Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaf : 18).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut, akan tetapi satu kata itu sangat berharga di sisi Allah. Seseorang mengucapkan satu kata yang dibenci Allah swt. Ia tidak begitu memperhitungkan kata tersebut, akan tetapi satu kata itu menyebabkan masuk neraka." (HR Bukhari)
Â
Adab Berbicara
Seorang muslim hendaknya senantiasa berusaha membicarakan hal-hal yang mendatangkan manfaat, dan tidak mengucapkan ucapan yang tidak diperbolehkan. Dalam mensifati orang mukmin, Allah swt, berfirman, "Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna." (Al-Mukminun : 3). Perkataan tidak berguna tersebut di antaranya ghibah, namimah, mencela orang lain, dan lain sebagainya.
Seorang muslim hendaknya tidak banyak bicara. Karena dengan banyak bicara, meskipun dalam hal yang diperbolehkan, bisa jadi menjerumuskan kepada hal yang dilarang maupun makruh. Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jangan kalian banyak bicara, yang bukan zikir kepada Allah. Karena banyak bicara, yang bukan zikir kepada Allah, akan membuat hati keras. Dan manusia yang paling jauh dari Tuhannya adalah yang hatinya keras." Umar ra berkata, "Barangsiapa yang banyak bicara, tentu banyak salahnya. Barangsiapa yang banyak salahnya, tentu banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya maka neraka lebih pantas baginya."
Wajib berbicara ketika diperlukan, terutama untuk menjelaskan kebenaran dan amar ma'ruf nahi munkar (ajaran Islam yang berarti menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah orang lain dari berbuat kejahatan). Ini adalah sikap mulia yang jika ditinggalkan termasuk pelanggaran dan berdosa, karena orang yang mendiamkan kebenaran pada dasarnya adalah setan bisu.
Dengan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang semakin cepat, penting untuk menjaga etika berkomunikasi, seperti menjaga kesopanan, kejelasan pesan, dan menghargai pendapat orang lain. Dalam ruang digital, komunikasi dapat disalahartikan lebih mudah tanpa interaksi fisik. Dalam keseluruhan, berkomunikasi di era digital memberikan banyak kemudahan, tetapi juga memerlukan perhatian lebih dalam hal etika dan keamanan untuk menjaga kualitas komunikasi yang efektif dan aman.
Berikutnya setiap pribadi dianjurkan senantiasa membaca, memahami dan menelaah dengan cermat serta taat kepada rambu-rambu baik kepada agama maupun yang telah ditetapkan oleh negara berupa UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik), niscaya dapat membawa ketentraman dan kedamaian. (Dea21)
Referensi :
Polisi Ungkap Tawuran Dipicu Ajakan dari Medsos Masih Marak, Republika 10 September 2024. https://news.republika.co.id/berita/sjlv4k425/polisi-ungkap-tawuran-dipicu-ajakan-dari-medsos-masih-marak