Mohon tunggu...
Shinbenuna
Shinbenuna Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Mengosongkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Istri Kedua (4)

16 April 2024   10:50 Diperbarui: 16 April 2024   10:52 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati Arumi sangat gelisah mendengarnya. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Tubuhnya tak mampu membuka mata dan tak mampu juga bergerak. Tapi ia masih sadar untuk mendengar suara. Apakah mungkin Arumi lumpuh? 

"Kabar buruk apa itu Dokter? Istri saya tidak apa -- apa kan dok?" suara serak Dika yang terdengar sangat menyedihkan. 

"Kami harus segera mengoperasi istri anda, karena ada pendarahan cukup hebat di perut istri anda. Kabar buruknya, kami akan mengangkat rahim istri anda. Rahimnya rusak karena benturan yang cukup keras." Dokter itu menjelaskan perlahan dan hati --hati. 

Runtuh sudah dunia Arumi dalam sekejap. Belum matipun ia  akan hidup dalam neraka! Wanita tanpa Rahim bisa dibayangkan bagaimana rasanya?

Membayangkannya saja Arumi tak mampu. Untuk apa tetap hidup jika Tuhan telah mengambil salah satu alasannya untuk hidup di dunia ini? Arumi sudah cukup sakit tiap mendengar selentingan orang yang selalu bertanya kapan dirinya hamil. Mereka baru saja menikah setahun! tapi mulut orang -- orang sudah gatal bertanya tentang kehadiran anak diantara kami. Bukan mereka ingin menundanya, setiap kali bersujud Arumi selalu berdoa agar diberi kesempatan untuk melahirkan seorang anak. Tapi, ternyata Tuhan masih mengujinya dengan tidak mengabulkan permintaannya. Lalu, sekarang bahkan Tuhan sedang mencabut impiannya dengan sangat kejam dan mengerikan. Wanita tanpa Rahim?Tak berguna!

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan istri saya Dokter" Dika mengatakannya dengan terisak. Tidak peduli orang akan melihatnya seperti apa. Ia memang laki -- laki, tapi untuk kali ini biarkanlah sejenak ia menjadi lemah. Ini terlalu berat, sungguh!

Baru kali ini Arumi mendengar suaminya menangis. Ia tak pernah sekalipun  menunjukkan kesedihanya padanya. Sepanjang Arumi mengenalnya, Ia hanya melihat tingkah konyolnya dan senyuman yang menghiasi wajahnya. Selalu ceria dan tampak bahagia, itulah yang membuat Arumi jatuh cinta kepadanya. Dan sekarang Arumi mendengar isak tangisnya. Sudah tahu kan betapa terlukanya hatinya? Separuh jiwanya sedang menitihkan air mata untuk dirinya. Sakit! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun