Mohon tunggu...
Shinbenuna
Shinbenuna Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Mengosongkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Istri Kedua (3)

13 April 2024   16:05 Diperbarui: 13 April 2024   16:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Gendhis, Ikhlas yang ada diotak nya adalah Terluka , Terpaksa dan berakhir dengan Terbiasa. Tidak umum memang, tapi itulah yang terbersit dalam otak mungilnya.

Bukankah Ada kalanya  dalam kehidupan ini dihadapkan dengan sebuah kegagalan ataupun kekecewaan bahkan luka dan kesedihan?

Gendhis menatapnya sekilas, pria dihadapannya yang kini telah sah menyandang gelar menjadi suaminya. Tidak tampak gurat bahagia ataupun senyuman. Bukankah harusnya tidak begini?

Pernikahan bukanlah sebuah akhir, melainkan titik awal dari semuah perjalanan panjang yang tidak terlihat ujungnya. 

Dan dimulai dengan sebuah kesedihan? Mungkin Semesta ini apakah sedang bercanda? Ini adalah hari pernikahan, bukan upacara pemakaman! 

"Haruskah  aku melakukan semua ini? Benarkah ini semua? Kenapa aku harus melakukannya? Kenapa aku bodoh sekali? Di dunia ini ada milyaran Pria, lalu kenapa aku harus jatuh kepadanya? " Gendhis terus memikirkan kalimat itu dalam otaknya. Seperti kaset rusak, deretan kelimat itu tak hentinya menganggunya  dan membuat luka terus menganga. 

Secara naluri, ketika seseorang sedang jatuh cinta, otak manusia akan terstimulasi untuk mengaktifkan sistem reproduksi. Hal ini dapat memicu korteks frontal, salah bagian otak manusia yang bertugas untuk membuat keputusan akan berhenti bekerja sementara.

Dengan berkurangnya fungsi kerja korteks frontal membuat seseorang tersebut akan sedikit "tumpul" dan sulit membuat keputusan logis berkenaan dengan apapun apalagi tentang sang pujaan hati.

Bodoh sekali!

Pria itu memang adalah orang yang pernah ia sangat harapkan dalam hidupnya. Manusia yang namanya pernah setiap hari ia sebutkan dalam doa. Bahkan pria itu  pernah dinanti sebelum mengenalnya. 

Gendhis masih  mengingatnya dengan jelas. Setiap sepertiga malam ia selalu berdoa untuk dipertemukan dengan seseorang yang kelak akan menjadi jodohnya. Membuatnya jatuh cinta sedalam -- dalamnya. Ia berjanji jika kesempatan itu datang maka ia akan memberikan segalanya, seluruh dunianya. 

Dan lihatlah sekarang, Gendhis benar -- benar memilikinya, Pria yang telah membuatnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. 

Memiiki? Namun sekarang Ini terdengar seperti sebuah candaan ditelinganya. Harapannya adalah memiliki seseorang yang setiap kali dia tersenyum maka semua keadaan terasa lebih baik. Menjadi sinar yang tak seberapa terang namun menuntun jiwa dan raga  dalam jalan kebahagiaan. 

Kebahagiaan dalam pernikahan merupakan tujuan setiap pasangan yang menikah/ Bukankah begitu?

Namun, Kenapa Tuhan mengabulkannya baru sekarang? Setelah Ia lelah bersujud? Setelah ia memutuskan untuk melepaskan harapan itu? Kenapa mempersulitnya dalam waktu yang lama? Tidak! Bukan ini yang Gendhis maksut!. Kenapa ia harus memiliki tapi dibagi dengan orang lain? Ia ingin hak penuh atas pria ini! Benar, hak penuh!

Sekali lagi Gendhis menatapnya, mata mereka beradu. Dika tersenyum kepadanya, senyuman yang terasa hambar dan sangat ganjil. Tidak ada pancaran binar bahagia yang mengiringi. Gendhis membalasnya, sebagai bentuk formalitas saja.

Ironi sekali! 

***

Perayaan telah usai , waktunya kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. Di Kos an yang hanya memiliki lebar 3 x 5 Mtr kehidupan barunya sebagai istri dimulai. Istri? Sebuah istilah yang sangat diinginkan bagi sebagian besar wanita diseluruh dunia, termasuk Gendhis. 

Namun, Menjadi Yang kedua tak pernah terbersit sebelumnya dalam pikirannya. Kehidupan yang akan kejam dan menjengkelkan! Sungguh! Kedepannya ia akan dicap sebagai perusak rumah tangga orang bagi masyarakat. 

Padahal kenyataaannya tidak begitu! Arumi Hartono yang membawannya menjadi madunya. Wanita itu, datang dengan kisah sedihnya dan berlutut memohon mengajukan sebuah permintaan berat sebagai sebuah pertolongan. Gendhis sudah bersusah payah menolak, mengusirnya dan memakinya. Namun Arumi tidak pernah menyerah, dengan pesakitannya tetap mengupayakan segala kemauannya terkabul.

Dika Aditama adalah biang kerok dari kisah rumit dalam hidup seorang Gendhis Kusumaning Ayu. Laki laki pecundang yang sialnya sangat ia cintai. Tampan? Tampan itu relatif, tapi jika di polling Dika sangat tidak pantas. Sekarang, Gendhis terjebak dalam pusaran Takdir yang sangat ia benci . Menjadi Istri Kedua Seorang Dika! Sampah!

 

Full pdf bisa  wa 08772246254

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun