Indonesia memiliki ragam suku yang melimpah salah satu suku nya adalah suku Betawi. Suku yang mayoritas penduduknya bertempat tinggal di Jakarta ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, selain kuliner tradisionalnya yang lezat suku Betawi juga terkenal dengan ragam budayanya yang unik dan masih terjaga hingga sekarang.
Berikut ini adalah ragam budaya dan tradisi suku Betawi.
Pertama ondel-ondel, ondel-ondel merupakan boneka raksasa khas Betawi boneka ini sering dijadikan sebagai bentuk pertunjukan yang ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat Betawi boneka yang terbuat dari anyaman bambu ini biasanya dicat warna merah dan biru pada bagian wajahnya merah melambangkan ondel-ondel perempuan dan biru melambangkan ondel-ondel laki-laki.Â
Kedua, Tanjidor untuk menampilkan pertunjukan ondel-ondel tidak lengkap jika tidak menggunakan pengiring musik salah satu pengiring musik ondel-ondel adalah Tanjidor. Tanjidor merupakan orkes khas Betawi yang juga digunakan untuk pesta rakyat dan pengantar pengantin ada beberapa instrumen dalam orkes Tanjidor diantaranya adalah klarinet, drum, saxophone, tenor, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketiga, lenong merupakan kesenian teater tradisional khas Betawi jumlah pemain ini tidak lebih dari 10 orang dan menggunakan dialog bahasa Betawi saat pertunjukkan pemain lenong ini sesekali adu pantun sehingga menambah keseruan jalan ceritanya berbeda dengan ondel-ondel teater yang penuh dengan lelucon ini menggunakan gambang kromong sebagai iringan musiknya.
Keempat, silat Beksi. Seni bela diri tradisional khas Betawi adalah silat Beksi ini pertama kali dikembangkan oleh masyarakat di daerah Kampung Dadap, Kecamatan Kosambi, Tangerang. Baju yang digunakan oleh pesilat ini disebut pangsi yaitu baju longgar khas Betawi yang dipadukan dengan celana mengatur diatas mata kaki kain sarung kotak-kotak yang disematkan di leher dan peci hitam atau merah biasanya pesilat juga menambahkan atribut seperti sabuk hijau, cincin batu akik, sendal kulit, dan sebilah golok di bagian pinggang.
Kelima, Tari Cokek. Tari Cokek merupakan sebuah tari tradisional dari budaya Betawi tempo doeloe gerakan tari ini yaitu tangan yang gemulai dan pinggul yang bergoyang seirama. Tak jarang juga penari memainkan selendangnya yang semakin membuat para penonton terpesona karena keanggunannya sama seperti lenong, Tari Cokek juga menggunakan gambang kromong sebagai iringan musiknya.
Betawi Mutiara yang terpendam.
Bicara soal Betawi, banyak sekali pertanyaan yang muncul dan membutuhkan jawaban diantaranya. Siapakah nenek moyang suku Betawi? Kenapa di Suku Betawi tidak ada istilah kepala suku, raja, atau Sultan? Benarkah suku Betawi bukanlah Penduduk asli kota Jakarta? banyak sekali kajian dan penelitian tentang pertanyaan tersebut dari banyaknya pendapat tentang muasal suku Betawi ada dua pendapat yang saling bersilangan yaitu pendapat sejarawan Australia yang bernama lens cashless dengan Ridwan Saidi.
Kisah ini dimulai pada tahun 1967, pagi itu sebuah majalah baru saja terbit majalah Indonesia terbitan Cornell University Amerika Serikat itu memuat sebuah jurnal yang berjudul di etnik Profile of Jakarta penulis jurnal itu bernama one cashless.Â
Dalam tulisannya dia sedikit menyinggung tentang asal-muasal Suku Betawi suku yang kita tahu saat ini mendiami kota Jakarta dan sekitarnya dia mengatakan bahwa Betawi itu ada sejak pertengahan abad ke-19 masehi.Â
Betawi berasal dari peleburan berbagai macam suku yang bercampur-baur di wilayah Batavia mereka semua menjadi satu dan menjadi suku Betawi lalu dia juga mengatakan bahwa suku-suku yang bercampur itu berasal dari golongan budak yang dibawa dari berbagai daerah dengan dominan budak dari daerah Bali secara tidak langsung lenscrafters mengatakan bahwa asal muasal suku Betawi adalah budak yang dikirim dari Bali.
Budak-budak ialah individu yang diperjualbelikan seperti barang untuk menjadi pelayan bagi orang yang membelinya saat ini perbudakan sudah dilarang di seluruh dunia karena tidak sesuai dengan hak asasi manusia tentunya tidak sembarang bicara dia menggunakan data-data yang dipakai untuk menunjang pendapatnya itu di antara lain adalah Dek restore yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia, kedua catatan Thomas Stamford Raffles dalam History Of Java pada tahun 1815.
Ketiga catatan penduduk pada ensiklopedia di tahun 1893, dan keempat sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930. Namun pendapat terkait asal muasal Betawi banyak dikritik oleh sejarawan lokal salah satunya yang paling kuat mengkritik mendapatkan cashless adalah Ridwan Saidi yang akrab dipanggil dengan Babe yang satu ini yang sering muncul di acara-acara top song televisi yang berambut gondrong dan rada putih itu Ridwan Saidi menyanggah pendapat translates yang mengatakan suku Betawi baru ada sejak abad 19 pertengahan.
Ia juga menolak tegas pendapat yang bilang kalau orang Betawi berasal dari sekelompok budak yang datang dari Bali.
Ridwansyah juga membangun argumennya menurutnya suku Betawi sudah ada sejak zaman batu akhir sekitar 3500 sampai 3000 tahun sebelum masehi yang disebut sebagai proto Betawi senada dengan Ridwan Saidi pun mengatakan hal yang serupa ia mengatakan suku Betawi sudah mendiami kota yang saat ini disebut sebagai Jakarta sekitar 3500 sampai 3000 tahun sebelum masehi.
Hal ini dibuktikan dengan temu tepak pecahan gerabah berupa alat dapur atau makan alat berburu seperti kapak persegi beliung dan Serpihan batu, perhiasan seperti mute dan gelang batu, serta alat bercocok tanam yang dibuat dari batu di sekitar wilayah Batavia atau Jakarta dan lagi dalam sebuah kesempatan Ridwan Saidi juga mengatakan jika suku Betawi itu masih memiliki nasab kepada istri ketiga Nabi Ibrahim yang bernama Siti.
Menurut sebagian ulama dan sejarawan Siti ini adalah nenek moyang Bangsa Melayu Bangsa Melayu yang menempati wilayah Sumatera. Kemudian menyebar saat Kerajaan Samudra Pasai berdiri bahkan sebelum itu pun sudah ada beberapa masyarakat melayu yang mendiami pulau Jawa tepatnya saat kerajaan Sriwijaya menguasai wilayah yang disebut sebagai Nusa Jawa.
Wilayah itu mulai jadi daratan Sunda hingga wilayah yang disebut sebagai kelapa atau Sunda Kelapa di wilayah itu ada dua bahasa yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa sehari-hari pertama adalah bahasa Kawi dan yang kedua adalah bahasa Melayu golongan yang menggunakan bahasa Melayu inilah yang disebut-sebut sebagai cikal-bakal suku Betawi hanya saja sebutan Betawi pada saat itu belum ada dan belum melekat pada masyarakat yang mendiami Pelabuhan Sunda Kelapa itu.
penyebutan Betawi baru muncul pada periode kekuasaan Kolonial bercokol di Jakarta dibawah Panji kolonial Jakarta berganti nama menjadi Batavia masyarakat atau orang Sunda yang wilayahnya dekat dengan Batavia menyebut orang Batavia dan Betawi. Hal ini dapat dimengerti karena lidah orang Sunda sulit untuk mengatakan Batavia dari penyebutan itulah lambat laun dikenal istilah Betawi untuk menyebut penduduk Batavia secara tertulis. Sebutan orang Betawi pertama kali terdapat dalam dokumen tahun 1644 berubah testamen info janda tuan tanah bengong kapitel Tionghoa pertama di Batavia.
Betawi juga mungkin bisa dikatakan satu-satunya suku di Indonesia yang tidak memiliki kepala suku, sultan, tetua adat, atau Raja. Kenapa bisa demikian, karena saat itu wilayah Betawi tidak memiliki nilai politis wilayah itu hanya menjadi zona ekonomi mengutip yang dikatakan Ridwan Saidi dalam salah satu pendapatnya ia mengatakan Betawi tidak ada Sultan adanya Syahbandar.
Syahbandar adalah orang yang mengatur sistem perdagangan di pelabuha. Hal inilah yang menyebabkan di Betawi tidak ada raja, sultan, ataupun kepala suku yang ada hanyalah Syahbandar dan saudagar, ada juga sebutan Pangeran kala itu tetapi sebutan itu disandingkan untuk orang-orang yang memiliki kekayaan lebih tinggi dari masyarakat lainnya dan keturunan Si Pangeran itu belum tentu menjadi pangeran. Kisah tentang asal-muasal suatu suku memanglah sangat sulit untuk ditelisik beruntung kita masih memiliki orang-orang yang mau peduli dan meneliti tentang sejarah bangsa Indonesia
Seiring berjalannya waktu suku Betawi semakin lama semakin berkembang hingga tak hanya mendiami kota Jakarta saja terlebih setelah Betawi dipopulerkan oleh salah satu seniman asal Jakarta yang bernama Benjamin lewat karya-karyanya hal ini membuat Betawi lebih dikenal dan caranya pun mencapai kota-kota di pinggiran Jakarta sehingga muncullah istilah Betawi Tengah dan Betawi pinggir, semakin berjalannya waktu Betawi pun ikut berjuang menahan arus laju modernisasi dan mengimbangi agar suku Betawi dan kebudayaan Betawi tetap eksis di tanah kelahirannya.
Akhir kata Buah Delima Enak Rasanya Mari Kita Jaga Budaya Indonesia
Referensi : https://youtu.be/gxkZWqtANg8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H