Genap berusia 8 tahun, Rumah Ori, salah satu bisnis UMKM yang bergerak di bidang Food and Beverage di Yogyakarta ini tidaklah selalu berjalan mulus. Dengan tempo waktu selama itu, Muhammad Imam Bukhori, owner dari Rumah Ori sudah lengkap mencicipi asam, manis, pahit kehidupan berbisnis, hingga dapat bertahan sampai sekarang.
Ditengah masa pandemi seperti ini, Rumah Ori menjadi salah satu bisnis yang terdampak. Meskipun kategori produknya adalah Food and Beverage, yang notabenenya adalah kebutuhan premier atau utama, tapi tetap saja omzet penjualan jatuh sampai kurang lebih 80% di masa awal pandemi. Belum lagi, dengan berat hati Ori, nama panggilannya, harus membuat kebijakan menyuntik mati 3 cabang nya, yang bahkan satu cabang itu belum sempat di launching untuk openingnya, dan yang 2 lagi baru berjalan kurang lebih 2-3 bulan.
Dengan keadaan seperti ini, memang Ori sangat terpukul. Terlebih, sudah 5 tahun lamanya, bisnis Rumah Ori ini adalah penopang tonggak ekonomi dirinya dan keluarga besarnya. Ya, merintis dari sekedar hobi pada saat masa kuliah, Rumah Ori harus bertransformasi menjadi bisnis utama karena pada saat itu keluarganya mengalami kebangkrutan dan bukan hanya saja kehilangan aset, melainkan menyisakan hutang, yang tidak sedikit jumlahnya.
Berbagai pengorbanan Ori lakukan untuk bisa mempertahankan Rumah Ori. Mulai dari mundurnya waktu untuk menyelesaikan kuliah, mencari tambahan modal hingga menjadi buruh di negeri Paman Sam, atau sekedar kehilangan waktu bersenang-senang bersama teman-teman. Semua ia curahkan untuk bisa membuat Rumah Ori, yang sekarang menghidupi seluruh keluarganya tetap bertahan.
Meskipun disaat pandemi ini berat, tapi bukanlah kondisi yang paling berat. Karena Ori sudah mengalami fase yang paling berat sebelumnya. Fase dimana dia berjuang bersama ibu dan adiknya di rumah kontrakan yang hanya berukuran 6x5m untuk merintis Rumah Ori.
"Kalau sekarang, meskipun keadaan sedang sulit, tapi Alhamdulillah masih bisa makan satu orang satu piring dengan lauk dan sayur. Waktu itu, jangankan satu orang satu piring, lauk pun kami hanya mengandalkan kuah atau bumbu dari masakan yang kita jual. Sangat memprihatinkan." Tutur Ori, menceritakan bagaimana sulitnya perjuangan pada masa itu.
Ya, Ori punya cara tersendiri menghadapi fase pandemi ini, yaitu dengan cara bersyukur. Dengan keadaan seperti ini, tidak lantas membuat Ori dan keluarga untuk berhenti bersyukur, karena sebetulnya ini tidak seberapa dengan yang pernah ia lalui dulu. Selain dengan bersyukur, Ori juga menyadari bahwa ada beberapa orang yang memiliki ketergantungan terhadap bisnisnya, terutama para driver ojek online. Rumah Ori ini adalah salah satu mitra terbaik dari platform transportasi online. Oleh karenanya, para driver sering menjadikan Rumah Ori sebagai basecamp untuk menunggu orderan atau bahkan sekedar mengobrol, bercanda bersama rekan satu perjuangan.
Disaat seperti ini, sering kali Ori mengutak-atik database pemesanan para pelanggan sebelumnya untuk menemukan racikan promo yang pas agar ramai kembali dipesan. Selain itu, dimasa pandemi ini juga, banyak sekali menu baru yang Rumah Ori sediakan, yang dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, seperti menyediakan frozen food, atau cemilan siap masak seperti bakso, pempek , atau sambal dalam bentuk botol dan lain-lain. Hal tersebut ia lakukan selain agar bikin dapur selalu ngebul, ini juga bertujuan untuk membantu pihak lain agar bisa terus mencari nafkah.