Kasak-kusuk tentang K-Reward sebetulnya masih hangat dibicarakan terutama saya membacanya dari Mas Yose Revela(K Reward dan Bahaya "Over sharing", Kompasianer yang artikel olah raga terutama bola sering menjadi langganan Artikel Utama. Ulasannya mengingatkan saya pada penulis, pastor, wartawan Kompas, pengelola majalah Basis  GP Sindhunata, SJ.
Dahulu saya pernah merasakan mendapatkan sejumlah K-Reward. Meskipun nominalnya kecil, seperti tidak sesuai dengan kerja keras dan banyaknya artikel yang dipublish di Kompasiana. Tetapi dengan adanya K-Reward itu memberi stimulus dan semangat untuk terus menulis. Namun lama-lama saya merasakan lelah ketika mencoba mengejar pencapaian Kompasianer lain yang langganan mendapatkan K-Reward dengan jumlah hampir mencapai UMR.
Kalau dilihat dari jumlah viewernya pada artikelnya memang luar biasa. Memang patut karena rata-rata artikel yang trending itu begitu tertib dengan mengacu pada jenis artikel yang bisa memanfaatkan SEO. Tingkat keterbacaan tinggi dan jika dikaitkan dengan media sosial, artikelnya masuk viral.
Penulis Idealis dan Kesempatan Mendapatkan Reward
Saya tahu diri, ketika menulis di Kompasiana, terlalu"idealis". Hanya memilih topik yang sekiranya saya bisa menuliskannya dengan sedikit penguasaan dengan latar belakang saya sebagai guru dan sedikit kebisaan saya dalam bidang seni budaya. Makanya sebagian besar tulisan saya masuk desk senbud, meskipun tidak menutup kemungkinan ikut membahas topik pilihan.
Sayangnya pula, saya merasa interaksi dengan Kompasianer lain tidak seintim Kompasianer yang rajin masuk lapak kompasianer lain untuk memberikan komentar dan vote. Sharing dan connect saya pada Kompasianer lain maaf begitu memprihatinkan. Sebetulnya ingin sekali intens menyediakan waktu beberapa jam untuk memberi vote atas tamu dan teman kompasianer yang sangat beragam profesinya. Di Kompasiana seperti tidak ada jarak antara senior wartawan, Dosen, Peneliti, mahasiswa, guru, konten kreator, novelis, penulis profesional. Semua tulisan saya anggap inspiratif, menarik dan bermanfaat.
Dalam setiap tulisan Kompasianer membuka wawasan, memberi semangat untuk menuliskan apa yang ada di sekitar lingkungan entah di tempat kerja, saat perjalanan pulang, wisata, melihat banyak peristiwa keseharian yang bisa diubah menjadi cerita menarik. Lalu masuklah komunitas yang secara spesifik membahas bidang tertentu seperti kuliner, film, travelling, Commuter, Mantan Jurnalis, Penyuka cerpen dan puisi, ruang guru dan mahasiswa.
Saya yakin para penulis itu sudah secara maksimal menampilkan tulisan yang berkualitas. Mereka menyadari Kompasiana itu adalah ajang untuk berbagi ilmu dan belajar menuangkan gagasan dan percaya diri bahwa tulisan yang dipublish akan mendapat apresiasi pembaca.
Member Kompasiana itu hitungannya ribuan bahkan bisa dikatakan puluhan ribu. Sepanjang hari ada ribuan tulisan masuk dari berbagai topik. Yang beruntung mendapat pembaca banyak adalah tulisan yang mampu menyedot perhatian pembaca, terutama topik yang tengah banyak dibicarakan. Hal itu memicu rasa penasaran pembaca untuk melongok isinya. Kalau anggota kompasiana akan masuk memberi vote dan kalau sempat berinteraksi lewat komentar di bawah artikel.
Awal-awal Kompasiana ada tentu tidak ada K-Reward. Apalagi ketika saya masuk sekitar akhir Januari 2010. Kalau mau mendapatkan reard atau uang yang mengikuti berbagai event menulis berhadiah. Mereka yang terbiasa dengan kompetisi akan terus mencatat dan mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh Kompasiana. Para pejuang literasi itu lama-lama hapal bagaimana tulisan yang bisa memberikan reward lumayan besar dengan mengikuti lomba-lomba menulis dari penyelenggara yang reputasi dan jurinya benar-benar menjanjikan. Banyak Kompasianer yang malang melintang memenangkan berbagai lomba dari skala lokal, nasional bahkan internasional. Lantas mereka terus memelihara asa dengan menjadi blogger profesional, yang memberi dampak mendapatkan endorse barang atau dibayar untuk membuat tulisan yang bisa menaikkan branding perusahaan.
Saya mengikuti perjalanan Kompasiana. Ada banyak anggota yang timbul tenggelam. Mereka para senior ada yang lama-lama menghilang, kesibukan pada pekerjaan dan sampingan menulis membuat Kompasiana semacam tempat gladi atau dalam istilah pewayangan kawah candradimukanya penulis pemula. Setelah pengalaman dan jam terbangnya tinggi mereka merambah menjadi konten kreator, Youtuber. Jika tekun kegiatan itu bisa menguntungkan jika tahu trik dan peluangnya.
Lalu ketika muncul Reward penulis-penulis yang masuk dalam list adalah mereka yang tulisannya sering masuk trending topik, pilihan, nilai tertinggi, populer. Jika hanya sekali-sekali menulis ya  jangan harap mendapatkan reward, kecuali jika cuma menulis sekitar 3 atau 4 tulisan tapi artikelnya trending  dengan keterbacaan sangat tinggi.  Â